Catatan Kecil 2 Di Gerakan Tuban Menulis
Ini adalah catatanku yang kedua
tentang GTM (baca : Gerakan Tuban Menulis). Sungguh harapan besar tersimpan
dibenakku ketika ada undangan pelatihan menulis. Karena selama ini setidaknya
untuk saya sendiri belum pernah mengikuti dan ada kegiatan tentang dunia tulis
menulis di Kabupaten Tuban. Seakan kegiatan ini memang tidak penting sehingga
tidak perlu diadakan oleh yang berwenang baik dari pihak Dikpora maupun
Kemenag. Atau memang tulis menulis sudah menjadi hal lumrah dan biasa sehinga
tidak pelu dibesar-besarkan dengan aneka seremonial yang njlimet. Lha wong
nulis saja kok pakai berlatih segala. Bukankah kita sudah diajari menulis
semenjak TK ?
Kalau kita melihat fakta tentang
dunia literasi di Kabupaten Tuban sungguh miris, tak banyak penulis asli Tuban
yang ikut meramaikan dunia kata. Mungkin ada semisal Muammar MK dengan Jakarta
Undurgroundnya. Selain itu saya kurang mengenal penulis putra daerah yang
berkibar di jagad perbukuan Indonesia. Sebenarnya banyak hal yang perlu ditulis
dan dibukukan tentang seputar Tuban. Bisa tentang kebudayaannya semisal batik
gedog, sejarah kotanya, folklore-foklore masyarakatnya, dan mungkin kalau kita
tertarik bisa mengupas ulang tentang Ranggalawe, Sunan Kalijaga, Sunan Bonang,
Sunan Asmara Qondi dan Sunan-Sunan lain yang tentu dengan model dan pendekatan
yang terasa aroma Tubannya. Dan tentu ini bukanlah pekerjaan mudah. Perlu
banyak data dan fakta yang harus kita persiapkan.
Ini adalah PR besar buat kita dan
buat generasi muda sekarang. Jangan sampai kebudayaan kita lenyap tak berbekas
karena gerusan zaman. Karena saya kira semua tahu bahwa bangsa yang besar
adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah bangsanya. Dan saya sangat suka
sebuah pameo yang dibuat oleh anak-anak muda Tuban di group medsos BAT
(Blusukan Alam Tuban) bagus dan layak kita apresiasi “Kenali Budaya
Sendiri, Ciptakan Karakter Bangsa”. Luar biasa kan.
Salah satu indicator sebuah bangsa
besar adalah seberapa banyak warganya membaca dan menulis. Masyarakat yang
melek baca dan melek menulis adalah masyarakat yang berperadapan, jadi jangan
sampai kita hidup diabad yang dianggap modern dan berperadapan ini namun model
masyarakat kita masih seperti di masa zaman batu. Jangan sampai kita
hanya menjadi masyarakat model food gathering. Masyarakat prasejarah. Karena
yang membedakan zaman primitive dan zaman berperadapan adalah pada
tulisan.
jadi nyesel tadz,, kmrn sy kok gk ikut... +penasarann
BalasHapus