“Menulislah Maka Engkau Abadi”
Menulis adalah aktivitas sehari-hari yang dilakukan
oleh para pelajar, mulai dari pelajar tingkat TK, SD, SMP, SMA, lebih-lebih
seorang mahasiswa. Walau demikian ternyata menulis belum menjadi sebuah tradisi
yang mengakar dikehidupan masyarakat kita. Masyarakat Indonesia memang masih
sangat jarang menghasilkan tulisan baik itu dalam bentuk fiksi lebih-lebih karya ilmiah dibanding
bangsa –bangsa lain didunia ini.
Menulis mempunyai kaitan yang erat dengan membaca.
Biasanya seorang pembaca yang baik adalah penulis yang baik pula, begitu pula
sebaliknya seorang penulis yang baik adalah seorang yang gila membaca. Walau mungkin
masih ada seorang pembaca namun belum berhasil menghasilkan sebuah karya tulis
apapun, namun setidaknya ia punya harapan dan angan-angan kelak ia akan
menulis.
Di dunia pendidikan kita baik mulai dari tingkat
dasar hingga tingkat menengah memang menulis belum menjadi suatu prioritas,
setidaknya belum ada pelajaran wajib untuk menulis, yang kemudian diakhir
pembelajaran seorang siswa menghasilkan sebuah karya sebagai syarat kelulusan.
Semisal membuat skripsi seperti ditingkat perguruan tinggi. Walau tak dapat
dipungkiri di perguruan tinggi karya tulis ilmiah yang berupa skripsi kadang
masih banyak oknum yang menjual belikannya. Atau tinggal copy paste saja.
Memang sebuah dilema, mahasiswa yang seharusnya
menghargai hak-hak intelektual harus membuang idealismenya sebagai seorang
intelektual demi mendapat pengakuan sebagai seorang sarjana. Dan tragisnya lagi
karya skripsi adalah puncak karya sang mahasiswa, setelah itu mereka akan
enggan dan ogah-ogahan untuk menulis. Padahal seharusnya skripsi adalah awal,
dan sebuah momentum untuk terus mengembangkan kemampuannya dibidang tulis
menulis, maupun dibidang researc-researc yang lain yang dapat disumbangkan
untuk kemanusiaan.
Umur manusia terbatas, kita tidak akan bisa melawan
waktu untuk terus ada, padahal nilai manusia adalah seberapa besar
pengabdiannya kepada masyarakat. “Khoirunnas anfa’uhum linnas” sebaik-baik
manusia adalah yang paling banyak bermanfaat untuk sesama. Oleh karena itu
menulis bisa menjadi salah satu pilihan dari pilihan-pilihan yang lain guna
mengabdi kepada manusia. Mengutip
wallnya Gerakan Tuban menulis, “Sebuah tulisan yang menggugah, akan
menjadi amal yang tak mampu anda hitung jumlahnya..” Jadi menulislah karena
menulis akan menjadikan kita abadi, sebagaimana penyair Chairil Anwar berteriak
di akhir puisinya yang berjudul ”Aku” “Aku Mau Hidup Seribu tahun lagi”. Umur
kita tentu tidak akan mencapai seribu tahun, namun dengan menulis sebagaimana
yang dikatakan oleh Pramoedya Ananta Toer bahwa menulis adalah bekerja untuk
keabadian. Dan kita akan dikenang oleh masyarakat dan sejarah. Salam. Jwt.
10.1.15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar