Senin, 21 Mei 2018

Jejak Wong Kalang Di Bojonegoro dan Tuban Selatan


Jejak Wong Kalang Di Bojonegoro dan Tuban Selatan
oleh : Joyo Juwoto

Di tahun 2017 kemarin saya sempat mendengar festival Wong Kalang yang diadakan di Kec. Jatirogo, sayang saya tidak sempat hadir dan melihat secara langsung festival tersebut. Mendengar nama wong kalang kemudian saya teringat sebuah buku yang ditulis oleh J.F.X. Hoery seorang sastrawan sekaligus aktivis di PSJB (Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro). Mbah Hoery ini sangat getol menelisik sejarah-sejarah dan kearifan lokal yang tersebar di daerah Bojonegoro dan sekitarnya.

Kembali membahas tentang wong kalang, sebenarnya ada beberapa jejak yang ditinggalkan, namun sayang karena minimnya sumber maka keberadaan wong kalang ini kurang mendapatkan perhatian serius dari dinas kepurbakalaan dan kebudayaan. Saya bersyukur ada sedikit jejak yang ditorehkan oleh Mbah Hoery mengenai wong kalang dalam bukunya yang berjudul “Napak Tilas Wong Kalang Bojonegoro.”

Wong kalang ini sudah ada jauh sebelum masa prasejarah, hal ini terbukti banyak ditemukannya kubur batu yang diduga berasal dari zaman Megalitikum. Persebaran wong kalang ini berada di kepulaun Jawa khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lebih khusus lagi persebaran wong kalang berada di gugusan pegunungan Kendeng Utara dan Pegunungan Kendeng Selatan.

Menurut beberapa sumber menyebutkan bahwa wong kalang yang berada di gugusan pegunungan kendeng utara lebih tua dibanding wong kalang yang berada di pegunungan kendeng selatan. Jika wong kalang di pegunungan kendeng utara sudah ada semenjak zaman prasejarah, wong kalang yang berada di kndeng selatan baru muncul dalam percaturan sejarah era Mataram Islam, khususnya pada masa Sultan Agung Hanyakrakusuma. Wong kalang era mataram ini profesinya adalah sebagai tukang kayu, penebang kayu untuk kerajaan, dan penjaga hutan. Jadi mereka memang hidup dan tinggal di pinggiran hutan.

Penelitian mengenai wong kalang yang berada di pegunungan kendeng selatan ini telah banyak dilakukan oleh para ahli, namun mengenai asal-usul wong kalang di pegunungan kendeng utara masih banyak diselimuti kabut misteri. Walaupun banyak situs yang menunjukkan keberadaan wong kalang di daerah pegunungan kendeng utara namun jejaknya seakan masih samar dan penuh dengan cerita legenda.

Diantara situs yang disinyalir merekan jejak wong kalang di gugusan pegunungan kendeng utara berada di Malo (situs wali Kidangan), Kawengan, situs Gunung Emas, gunung Sigro Senori, Situs Watu Jajar di Jlodro Kenduruan, Situs di Kedung Makam Jatirogo, dan kemungkinan masih banyak situs-situs yang menunjukkan keberadaan wong kalang. hanya saja karena masyarakat tidak tahu dan tidak adanya perhatian serius dari pemerintah maka situs-situs tersebut kebanyakan kabur kanginan.

Ada yang mengatakan bahwa wong kalang sekarang menjelma menjadi komunitas wong samin yang banyak tersebar di Kabupaten Bojonegoro dan Kab. Blora, kebenarannya seperti apa perlu pembahasan dan kajian serta penelitian yang lebih detail oleh para ahli tentunya. Hal ini didasarkan pada kesamaan kepercayaan dan perilaku masyarakat samin di era sekarang.

Selain itu banyak sekali cerita-cerita dan legenda mengenai wong kalang, seperti kisah Kyai Iniwirio, Siluman belang Yungyang, Dewi Rayung Wulan, Bandung Bandawasa, Jaka Sasana dan kisah-kisah lainnya.

Menelisik jejak wong kalang adalah dalam rangka mengenali kebudayaan kita masa silam guna menciptakan karakter bangsa yang kuat dan beradab. Selain itu juga sebagai upaya untuk melestarikan wisdom lokal dari kebudayaan nenek moyang kita, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki kepribadian, bangsa yang tidak lupa akan akar dan asalnya. Oleh karena itu mari bangga dan jangan melupakan nenek moyang serta asal usul kita.


1 komentar:

  1. Masa prasejarah di Jawa memang diselimuti misteri. Banyak juga cerita-cerita itu diubah demi unsur politik dan ada juga demi kelancaran dakwah agama "baru".

    BalasHapus