Jejak
Wong Kalang Di Bojonegoro dan Tuban Selatan
oleh
: Joyo Juwoto
Di
tahun 2017 kemarin saya sempat mendengar festival Wong Kalang yang diadakan di
Kec. Jatirogo, sayang saya tidak sempat hadir dan melihat secara langsung festival
tersebut. Mendengar nama wong kalang kemudian saya teringat sebuah buku yang
ditulis oleh J.F.X. Hoery seorang sastrawan sekaligus aktivis di PSJB
(Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro). Mbah Hoery ini sangat getol menelisik
sejarah-sejarah dan kearifan lokal yang tersebar di daerah Bojonegoro dan
sekitarnya.
Kembali
membahas tentang wong kalang, sebenarnya ada beberapa jejak yang ditinggalkan,
namun sayang karena minimnya sumber maka keberadaan wong kalang ini kurang
mendapatkan perhatian serius dari dinas kepurbakalaan dan kebudayaan. Saya
bersyukur ada sedikit jejak yang ditorehkan oleh Mbah Hoery mengenai wong
kalang dalam bukunya yang berjudul “Napak Tilas Wong Kalang Bojonegoro.”
Wong
kalang ini sudah ada jauh sebelum masa prasejarah, hal ini terbukti banyak
ditemukannya kubur batu yang diduga berasal dari zaman Megalitikum. Persebaran
wong kalang ini berada di kepulaun Jawa khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Lebih khusus lagi persebaran wong kalang berada di gugusan pegunungan Kendeng
Utara dan Pegunungan Kendeng Selatan.
Menurut
beberapa sumber menyebutkan bahwa wong kalang yang berada di gugusan pegunungan
kendeng utara lebih tua dibanding wong kalang yang berada di pegunungan kendeng
selatan. Jika wong kalang di pegunungan kendeng utara sudah ada semenjak zaman
prasejarah, wong kalang yang berada di kndeng selatan baru muncul dalam
percaturan sejarah era Mataram Islam, khususnya pada masa Sultan Agung Hanyakrakusuma.
Wong kalang era mataram ini profesinya adalah sebagai tukang kayu, penebang
kayu untuk kerajaan, dan penjaga hutan. Jadi mereka memang hidup dan tinggal di
pinggiran hutan.
Penelitian
mengenai wong kalang yang berada di pegunungan kendeng selatan ini telah banyak
dilakukan oleh para ahli, namun mengenai asal-usul wong kalang di pegunungan
kendeng utara masih banyak diselimuti kabut misteri. Walaupun banyak situs yang
menunjukkan keberadaan wong kalang di daerah pegunungan kendeng utara namun
jejaknya seakan masih samar dan penuh dengan cerita legenda.
Diantara
situs yang disinyalir merekan jejak wong kalang di gugusan pegunungan kendeng
utara berada di Malo (situs wali Kidangan), Kawengan, situs Gunung Emas, gunung
Sigro Senori, Situs Watu Jajar di Jlodro Kenduruan, Situs di Kedung Makam
Jatirogo, dan kemungkinan masih banyak situs-situs yang menunjukkan keberadaan
wong kalang. hanya saja karena masyarakat tidak tahu dan tidak adanya perhatian
serius dari pemerintah maka situs-situs tersebut kebanyakan kabur kanginan.
Ada
yang mengatakan bahwa wong kalang sekarang menjelma menjadi komunitas wong
samin yang banyak tersebar di Kabupaten Bojonegoro dan Kab. Blora, kebenarannya
seperti apa perlu pembahasan dan kajian serta penelitian yang lebih detail oleh
para ahli tentunya. Hal ini didasarkan pada kesamaan kepercayaan dan perilaku masyarakat
samin di era sekarang.
Selain
itu banyak sekali cerita-cerita dan legenda mengenai wong kalang, seperti kisah
Kyai Iniwirio, Siluman belang Yungyang, Dewi Rayung Wulan, Bandung Bandawasa,
Jaka Sasana dan kisah-kisah lainnya.
Menelisik
jejak wong kalang adalah dalam rangka mengenali kebudayaan kita masa silam guna
menciptakan karakter bangsa yang kuat dan beradab. Selain itu juga sebagai
upaya untuk melestarikan wisdom lokal dari kebudayaan nenek moyang kita, karena
bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki kepribadian, bangsa yang tidak
lupa akan akar dan asalnya. Oleh karena itu mari bangga dan jangan melupakan nenek
moyang serta asal usul kita.
Masa prasejarah di Jawa memang diselimuti misteri. Banyak juga cerita-cerita itu diubah demi unsur politik dan ada juga demi kelancaran dakwah agama "baru".
BalasHapus