Titi
Kala Mangsa di Bumi Tuban
Oleh
: Joyo Juwoto
Saat
perayaan hari jadi Kota Tuban yang ke 724 kemarin ada hal yang sangat menarik
bagi saya, salah satunya adalah hadirnya presiden Jancukers Mbah Sujiwo Tejo. Kehadiran
Mbah Sujiwo Tejo memang tidak direncakanan,sehingga kehadirannya menjadi
kejutan bagi jama’ah maiyah Tuban. Saya sendiri juga tidak mengetahui
kehadirannya, namun beberapa saat sebelum Cak Nun dan Kiai Kanjeng naik
panggung, saya melihat foto Sujiwo Tejo dan Cak Nun yang dishare oleh Mbak
Nining penyiar radio pradya suara.
Jika
diperkenankan mengaku, saya memang termasuk jama’ah maiyah Cak Nun, walau saya tidak
selalu hadir di pengajian Cak Nun. Paling-paling saya hadir di pengajian yang
dekat dengan tempat tinggal saya saja, namun demikian saya sering membaca dan menyimak
tulisan-tulisan Cak Nun dari buku yang ditulisnya maupun dari internet.
Sedang
Sujiwo Tejo, saya juga mengidolakannya. Saya suka dengan quote-quotenya yang
cetar membahana. Saya juga suka tulisan-tulisannya, begitu juga dengan
lagu-lagunya. Menurut saya Sujiwo Tejo orangnya ini memang njancuki. Saya dulu
sering menyimak foto-foto senja di time line twitternya.
Melihat
kedatangan Presiden jancukers, akhirnya melalui siaran radio Pradya suara, saya ikut menyimak dari rumah acara maiyah yang
diselenggarakan di alun-alun Tuban itu. Sebelum
kedatangan mbah Sujiwo Tejo ke Tuban, saya sudah suka dengan lagu dan
lirik-lirik yang dibawakan oleh beliau, walau demikian dari sekian lagu yang
baru saya hafal hanya lagu dengan judul “Titi Kala Mangsa”. Jika tak percaya,
Anda bisa mencoba meminta saya menyanyikan lagu itu, bila sedang enak hati,
tentu saya dengan senang hati akan bernyanyi untuk anda.
Lagu
Titi Kala Mangsa sebagaimana lagu-lagu Mbah Sujiwo Tejo lainnya bercengkok
Banyuwanginan dan bernuansa kejawen magis, dan yang pasti lagu ini dan
lagu-lagu Sujiwo Tejo lainnya selalu menyimpan pralambang dan makna yang cukup
dalam. Coba perhatikan liriknya :
“Titi
Kala Mangsa”
“Wong
takon, wosing dur angkara
antarane
rika aku iki
sumebyar
ron-ronaning kara
janji
sabar, sabar sak wetara wektu
kala
mangsane Nimas, titi kala mangsa
Titi
Kala Mangsa
Pamujiku
dibisa
sinudya
korban djiwangga
pamungkase
kang dur angkara
Titi
Kala Mangsa
Agar
kita memahami isi dan pesan yang terkandung di lirik lagu itu, tentunya kita
harus tahu arti bait perbaitnya. Karena era jaman now, tidak semua orang mampu
memahami lirik lagu Mbah Sujiwo Tejo yang memakai bahasa Jawa. Secara bebas
arti dari lagu itu kira-kita demikian :
“Pada
Suatu Ketika”
Orang-orang
sama bertanya, kapan berakhirnya keangkara murkaan
Diantara
engkau dan aku
daun-daun
kara betebaran
Bersabarlah,
bersabarlah untuk sementara waktu
Nanti
suatu ketika dinda, pada suatu ketika
Doaku
semoga
korban
jiwa raga berkurang
akhir
dari keangkara murkaan
adalah
pada suatu ketika”
Dari
lagu itu, mungkin tidak secara gamblang kita memahami makna yang terkandung di
bait-bait liriknya, karena memang Mbah Sujiwo Tejo gemar berteka-teki dengan
lirik lagunya. Tapi setidaknya lagu ini mengisyaratkan bahwa keangkara murkaan
akan selalu ada di setiap zaman dan waktu. Semua itu adalah keniscayaan
kehidupan, tetapi Mbah Sujiwo Tejo juga berharap dalam doaya agar korban dari
keangkara murkaan itu berkurang, karena akhir dari keangkara murkaan adalah
titi kala mangsa itu sendiri, atau pada suatu ketika yag tidak pernah selesai.
Jika keangkara murkaan tidak
pernah selesai, atau akan selalu ada di setiap titi kala mangsa, maka jawabannya
hanyalah apakah kita yang ikut mengusahakan dan mendoakan agar korban-korban
dari nafsu angkara murka tidak banyak berjatuhan, ataukah justru kita
menjadi sumber dari keangkara murkaan
itu sendiri, tentu jawabannya kita telah maklum semua. Salam Rahayu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar