Firasat
Oleh
: Joyo Juwoto
Setiap orang oleh Allah tentu dibekali semacam radar untuk merasakan,
mengidentifikasi, membaca dan mengendus hal-hal yang berada diluar jangkauan
panca indra badan jasmani. Orang-orang sering menyebut hal yang sedemikian itu dengan
istilah gerak batin atau firasat.
Jika
badan fisik manusia memiliki kemampuan untuk melihat yang diwakili oleh indra
penglihatan, mendengar dengan indra pendengaran, mencium indra pembau, merasakan
manis, asin, pahit dengan indra pengecap, tentu tubuh rohani manusia juga
memiliki kemampuan yang sama. Hanya saja karena bersifat rohani, tidak semua
orang mampu mendayagunakan kemampuan ini.
Sejak
kecil kita terbiasa dan membiasakan diri melatih kemampuan badan fisik, namun
tidak terbiasa melatih kemampuan badan rohani kita, sehingga potensi kemampuan
badan rohani kurang maksimal dan kadang tidak kita sadari keberadaannya.
Berbicara
tentang firasat ini bukan berarti kita berbicara tentang kesaktian dan berbagai
macam kemampuan ghaib seperti yang ada di dalam film-film di layar televisi,
namun berbicara firasat yang saya maksudkan di sini adalah berbicara mengenai
hal-hal yang wajar dan lumrah yang kadang kita rasakan yang berkenaan dengan
firasat, namun hal itu kadang kurang kita sadari.
Jika
kita mampu menyadari hal-hal kecil yang kita rasakan, atau hal-hal yang
terdetik dari hati dan perasaan, hakekatnya kita sedang melatih kemampuan gerak
batin rohani kita. Gerak batin atau firasat bisa dilatih dengan perenungan dan komunikasi
diri ke dalam diri. Kita harus lebih banyak memandang ke dalam keheningan batin
kita sendiri sehingga pancaran indra batin bisa kita tangkap dan kita
terjemahkan melalui firasat jasmani.
Firasat
ini semacam radar cahaya Allah yang diberikan kepada badan rohani manusia
sebagai sarana untuk menerjemahkan bahasa langit yang kadang tidak bisa
ditangkap oleh badan fisik manusia. Dalam sebuah Hadits Rasulullah Saw bersabda
:
عن ابن عمر رضي الله عنه قال : قال صلى الله عليه
وسلّم : اتقوا فراسة المؤمن فإنّه ينظر بنور الله
Artinya : “Dari Ibnu
Umar, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda : Hati-hatilah kalian dari firasatnya
orang mukmin, karena mereka memandang dengan Nur cahaya Allah”.
Dari hadits di atas sangat jelas
sekali bahwa orang mukmin diberi kemampuan memandang dengan firasat, dengan nur
cahaya Allah. Jika kemampuan gerak firasat ini berasal dari cahaya Allah, tentu
hanya hati yang bersih dan suci saja yang mampu mendayagunakan kemampuan gerak
batinnya.
Kisah-kisah tentang kemampuan daya firasat
seseorang sangat banyak kita dengar, sejak zaman Nabi, para Sahabat, para
ulama-ulama yang memiliki kedekatan dengan Allah adalah orang-orang yang mampu
mendayagunakan kemampuan gerak batinnya dengan baik.
Begitu
pula kisah-kisah kemampuan membaca zaman yang dimiliki oleh sesepuh-sesepuh
masyarakat Jawa juga sangat fenomenal, seperti kemampuan Prabu Jayabaya,
kemampuan pujangga keraton Surakarta, Ronggowarsito, dan mungkin kemampuan itu
ada pada diri anda sendiri.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus