Berkomunikasi
Dengan Semesta Menciptakan Harmoni Bersama
Oleh
: Joyo Juwoto
Alam semesta dengan segala isinya diciptakan Tuhan untuk saling
berinteraksi dan menjalin hubungan komunikasi yang baik diantara makhluk Tuhan.
Manusia sebagai makhluk Tuhan yang mendapatkan tugas sebagai khalifah fil
ardh, bisa menjalankan tugas kekhalifahannya dengan baik selagi manusia
mampu menjalin komunikasi dengan alam. Untuk berkomunikasi dengan alam, baik
dengan batu, dengan debu, dengan tanaman, hewan, angin, hujan dan lain
sebagainya, maka manusia perlu memahami pola interaksi dan komunikasi dengan
semesta ini. Jika interaksi dan komunikasi ini berjalan dengan baik maka simponi
harmoni semesta akan terjaga.
Pada dasarnya tiap-tiap makhluk di semesta raya ini, baik itu
makhluk hidup ataupun benda mati memiliki jiwa, memiliki inti yang menjadi
dasar tersusunnya komponen makhluk yang diciptakan oleh Tuhan. Dari hal yang
dasar inilah makhluk-makhluk bisa mengembangkan pola berkomunikasi. Kita tidak
heran dalam peradaban yang pernah dicapai bangsa Nusantara ada manusia yang
mampu membaca dan menerjemahkan tanda-tanda alam, seperti Jangka Jayabaya,
ramalan Ronggowarsito, dan masih banyak lagi contohnya. Sekilas mungkin ada
yang mengatakan bahwa orang yang mampu menahan hujan, mampu mengusir angin
ribut, menaklukkan petir adalah orang yang mengamalkan klenik dan ilmu hitam.
Namun jika kita mau arif dalam memahami pola komunikasi yang dibangun oleh para
pawang tersebut tentu kita tahu bahwa yang sedemikian itu bisa dijelaskan
dengan akal sehat dan ilmiah.
Kata kunci dari hal-hal yang kelihatan tidak masuk akal di atas
adalah pola interaksi dan komunikasi dengan semesta. Ambil contoh saja petani
pada zaman dahulu, untuk menentukan masa bertanam biasanya para petani membaca
tanda-tanda alam, apakah saat bertanam itu sudah masuk musim penghujan atau
belum. Ayah saya dulu sebelum bertanam padi biasanya melihat tanda-tanda dan
posisi bintang di langit. Dalam kearifan lokal masyarakat Jawa jika akan memulai
bertanam biasanya menunggu munculnya bintang waluku (mata bajak) di waktu
subuh, ini adalah salah satu contoh dari pola komunikasi yang dibangun oleh
manusia dengan alam.
Namun sayang kearifan-kearifan lokal yang sedemikian ini mulai
bergeser akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga
manusia tidak lagi memahami pola komunikasi dengan semesta, namun lebih
mengandalkan pada teknologi, karena dianggap lebih mudah dan cepat. Tidak ada
yang salah dengan perkembangan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan, namun
yang menjadi masalah adalah hubungan manusia dengan alam sudah tidak lagi
sinergis namun lebih pada penguasaan terhadap sumber daya alam. Akibatnya alam tidak
terjaga dengan baik dan menjadi rusak, karena pola komunikasi yang dikembang
manusia sekarang adalah model eksploitasi bukan sinergi.
Tepat sekali Al Qur’an menggambarkan kerusakan alam akibat dari
ulah manusia, hal ini tentu karena manusia menerapkan pola interaksi dan
komunikasi yang salah. Dalam surat Ar-Rum ayat 41 Allah berfirman :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ
بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ
يَرْجِعُونَ (٤١)
Artinya :“Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia;
Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Oleh karena
itu mari kembali merekonstruksi cara berkomunikasi dengan semesta untuk
menciptakan harmoni bersama, dari mengeksploitasi menjadi bersinergi dan
membangun kerjasama yang baik dengan alam, karena pada dasarnya alam semesta
adalah kesatuan dari makhluk Tuhan yang fungsinya membersamai manusia
mewujudkan tata kelola kehidupan yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,
untuk mencapai kemakmuran bersama dalam bingkai kehidupan yang rahmatan lil
‘alamin.
“Joyo Juwoto, Santri Pondok Pesantren ASSALAM Bangilan
Tuban. Telah menulis dua buku solo, Jejak Sang Rasul (2016); Secercah Cahaya
Hikmah (2016), dan menulis beberapa buku antologi.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar