Sepi Ing Pamrih Rame Ing Gawe
Ungkapan
sepi ing pamrih rame ing gawe mengandung afirmasi positif terhadap gerak
laku peradapan yang mengarah kepada dinamisme hidup yang penuh dengan makna dan
nilai-nilai yang membangun kehidupan masyarakat yang madani. Sepi ing pamrih
berarti kosongnya nafsu-nafsu duniawi dyang membelenggu kehendak manusia dalam
rangka menuju nilai-nilai ketuhanan. Sepi ing pamrih berarti memurnikan niat
hanya kepada Tuhan saja segala bermuara.
Pamrih
adalah penyakit hati yang sangat mengganggu gerak laju peri-kehidupan di tengah-tengah
masyarakat, karena pamrih berarti hanya
mengusahakan kepentingan sendiri individualnya tanpa memperhatikan
kepentingan-kepentingan bersama. Pamrih pada dasarnya adalah tindakan mengacau
dan mengganggu keselarasan kepentingan sosial, karena sikap pamrih hanya
berusaha mengeksiskan dan memutlakkan diri,
ego dan keakuannya belaka.
Sikap
pamrih ini akan tampak pada orang yang selalu ingin menjadi orang yang terdepan,
nomor satu atau nepsu menange dewe,
menganggap diri selalu benar, sedang yang lain salah, atau nepsu benere dewe,
dan tentu orang yang suka pamrih hanya memperhatikan kebutuhannya sendiri tanpa
menghiraukan kepentingan kolektif masyarakat, atau nepsu butuhe dhewe.
Orang
yang telah dikuasai nafsu pamrih akan kehilangan akal budinya, orang semacam
ini tidak saja berbahaya bagi keselarasan harmoni kehidupan namun juga akan
mengancam lingkungannya serta menyulut konflik-konflik serta menimbulkan
ketegangan-ketegangan yang membahayakan ketentraman masyarakat.
Oleh
karena itu menyepikan dan menyuwungkan hati dari tujuan pamrih
adalah satu kearifan dan kebajikan sikap yang perlu dipelihara dan dihidupkan
agar manusia nantinya bisa rame ing gawe. Jika manusia rame ing gawe
karena mengerti tujuan penciptaan dirinya oleh Tuhan dalam rangka beribadah maka
saya kira manusia akan memurnikan niatnya hanya untuk penyembahan kepada Tuhan
semata, bukan sebab harta, jabatan, kemuliaan yang semu dan tujuan-tujuan
keduniaan lainnya.
Ketulusan
niat dalam hati dan pikiran adalah kunci dari rame ing gawe, jumbuhing lahir
lan batin menjadi piranti penting dalam rangka mewujudkan cita-cita
kenabian yang terpapar dalam istilah rahmatan lil’alamin atau memayu hayuning
bawana dalam konsep kejawennya.
Sikap
sepi ing pamrih rame ing gawe mengajari kita sikap keikhlasan, ketulusan serta
pengharapan semata-mata hanya kepada Tuhan saja. Ilaahii Anta Maqsuudii, Wa
Risdhooka Madluubii. Joyojuwoto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar