The Time, is Iman and Amal Saleh
KH. Yunan Jauhar, S.Pd., M.pd.I
Lagu “Hymne
Oh Pondokku” ditutup dengan kata “ibuku”. Pondok adalah ibu.
Seorang ibu tidak akan melepaskan atau meninggalkan anaknya begitu saja tanpa
dihiraukan atau diperhatikan lagi. Meskipun anaknya sudah menjadi seorang
presiden, ibu akan tetap menasihati anaknya. Demikian pula sang anak juga akan
selalu meminta nasihat ibunya. Sementara bapak adalah guru bagi putranya, wali kelas, pembimbing kegiatan
atau organisasi di PP ASSALAM, dan lain
sebagainya. Apa saja yang dikerjakan seorang bapak dan ibu putra putri panjenengan itu ada di pondok.
Panjenengan kula aturi
rawuh dateng Pondok punika. ASSALAM bade ngaturi pirsa bilih ...
dari kandungan yang sama itu akan lahir anak-anak yang berbeda. ASSALAM dituduh bukan (aswaja) atau wahabi, dan
lain-lain. Katakanlah, ASSALAM itu
aswaja, aswaja yang cerdas!
Panjenengan di
sini berkumpul, bertemu, bertatap muka, bersilaturahim. Dengan sering
berkumpul, muncullah ide atau gagasan cemerlang. Di Jawa, ada istilah “cangkir”
pada saat berkumpul. Panjenengan ngertos artosipun cangkir ? Cangkir itu
sama dengan “nyencang
pikir”. Jika kita sering bertemu, maka kita akan banyak me-nyencang pikir.
Ingatlah… ampun ngantos
mudah-mudah merasa silau ! kranten Laisa kullu mā yalma‘u dzahaban.
Belumlah tentu rumput tetangga itu lebih hijau daripada rumput kita. Pondok ini sudah mengajari putra putri panjenengan sedaya
tentang hal itu. Maka, jangan pernah tertipu.
Panjenengan, kula,
pengasuh Pondok lan para ustadz lan ustadzah datang ke pondok ini tidak hanya
untuk men-charge
atau memperbaharui semangat dan motivasi, tapi untuk membaca rapor
masing-masing, tentang keikhlasan kita, kesederhanaan kita, dan lain-lain.
Apakah kita yang ada di Pondok ini sudah
menerapkan keikhlasan yang telah diajarkan ASSALAM dalam kehidupan nyata? Bagaimanakah
kesederhanaan kita ? Bacalah! Demikian juga dengan rapor
pondok. Adakah nilai-nilai ASSALAM
yang berubah? In
shaa Allah, ASSALAM
akan tetap istiqamah
dalam menjaga nilai-nilai gemblengan Abah
Moehaimin Tamam.
Anak-anakku…! ASSALAM
tidak pernah merasa takjub dengan berbagai profesi alumninya, tapi akan kagum
dengan keistiqamahan mereka dalam menjalani profesi tersebut berdasarkan
nilai-nilai yang telah diajarkan ASSALAM. ASSALAM akan takjub dengan komitmen mereka terhadap
nilai-nilai pondok ini.
Resapilah Surat Ali Imran ayat 190–191:
إن فى خلق السماوات والأرض واختلاف الليل والنهار والنهار,
لآيات لأول الألباب. الذين يذكرون الله قياما وقعودا وعلى جنوبهم ويتفكرون فى خلق
السموات, ربنا ماخلقت هذا باطلا, سبحانك فقنا عذاب النار.
“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya…
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
Resapilah maknanya agar anak-anakku
bercermin dari berbagai arah. Bercerminlah dari berbagai sisi, bukan hanya dari
depan sebab muka kita selalu kita poles. Lihat pulalah bagian belakang kita.
Anak-anakku… ASSALAM
telah memberikan “kunci” kepada kalian. Memang, bahasa Arab kita kalah dari
LIPIA, demikian pula bahasa Inggris kita kalah dari sekolah-sekolah umum. Tapi,
anak-anak ASSALAM bisa menggunakan “kunci” tersebut
dengan baik.
Dunia pergaulan semakin luas, sementara buminya yang kita diami ini
tidak makin meluas. Jika kita tidak mengembangkan kunci-kunci tersebut, maka
kita akan semakin tersingkir. Jangan sampai punya kunci tapi tidak dipakai.
Ingatlah, ASSALAM bukan
lembaga pergerakan, tapi lembaga pendidikan. ASSALAM mendidik anak-anak yang akan mendidik
presiden, menteri, jenderal, dan lain-lain. ASSALAM mendidik santri dengan cara mu‘amalah (bergaul
dalam kehidupan sosial atau bermasyarakat), mu‘asyarah (pergaulan dalam keluarga), dan mukhalathah (berbaur
dengan teman dan anak-anak didik atau guru).
ASSALAM
ibarat menghadapi anak-anak yatim lebih dari 1500 orang karena mereka menjadi santri ditinggal
orang tua pulang ke rumah. Maka, santri-santri di ASSALAM haruslah ditemani, diajari, dibimbing selama
24 jam.
Hingga saat ini, banyak yang ingin meniru ASSALAM, tapi yang dilihat hanya kulitnya saja, tidak
mau melihat nilai-nilai dan jiwa yang ada di dalamnya. Orang-orang hanya ingin
meniru bahasa Arab-nya atau bahasa Inggris-nya, atau pengelolaan asramanya.
Anak-anakku… jadilah kalian mundzirul qaum (pemberi peringatan atau pendakwah
kebaikan) sesuai dengan profesinya masing-masing.
Anak-anakku…! Jika kita mengatakan saat ini belum waktunya
menegakkan nilai-nilai Islam, kira-kira anak dan cucu kita nanti pasti akan
mengatakan hal yang sama, yaitu belum waktunya. Karena itu, kalau tidak
sekarang kapan lagi, kalau bukan kita siapa lagi.
Anak-anakku… belum tentu saat di pondok tidak menjadi ketua,
setelah keluar dari pondok ia tidak akan menjadi ketua, karena kalian semua
telah diberi kunci. Bahayanya, kalau kalian hanya punya kunci, tapi mengaku
punya lemari.
Ketahuilah, nilai-nilai keikhlasan, kebersamaan, dan tawadlu pada
zaman dahulu sangatlah tinggi. Namun, di zaman ini virus egoisme amat
mendominasi.
Saat
ini, unsur ibadah dalam kehidupan amat tipis. The time is money, prestise, dan
lain sebagainya. Ini adalah sekularisme. Yang benar adalah the time is
iman dan amal saleh.**Pidato Pemantapan Wali Santri KMI ASSALAM Bangilan TP. 2015/2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar