“Wahyu Panca Darma”
Di pedalaman rimba Kamiyaka, Yudistira berjalan tergesa
menuju pemondokannya khawatir kalau-kalau ada mata-mata Kurawa yang
memergokinya. Karena saat itu ia dan kelima saudaranya sedang menjalani hukuman
buang. Jika dalam waktu yang ditentukan kok sampai tertangkap basah oleh Kurawa
maka para Pandawa harus mengulangi masa pembuangannya mulai dari awal lagi.
Dalam ketergesaannya tiba-tiba Yudistira dikejutkan oleh
datangnya seekor merpati, dan yang membuatnya terpana ternyata merpati itu bisa
bercakap layaknya manusia. “Wahai paduka tolonglah saya, saya sedang dikejar
oleh seekor elang dan akan memangsa saya” begitu kata merpati dengan raut
wajah ketakutan. Yudistira pun menyanggupi untuk memberikan perlindungan kepada
merpati yang malang itu.
Tak berselang lama muncullah seekor elang, burung pemakan
daging itu pun bisa berbicara, “Wahai tuanku kenapa engkau menghalangi
langkahku untuk memburu dan memakan merpati itu ? bukankah telah menjadi kodrat
alam bahwa saya harus memakannya ? “ protes elang yang dihalang-halangi
oleh Yudistira.
Yudistira menjadi bingung, membiarkan merpati untuk
dimangsa elang ataukah tetap melindunginya, namun akhirnya Yudistira tetap pada
pendirianya untuk melindungi merpati itu. Ia pun berkata kepada elang : “Wahai
elang, saya telah berjanji untuk memberikan perlindungan kepada merpati ini,
jadi mohon kau lepaskan dia, kau boleh mencari binatang lain semisal rusa,
tikus ataupun kelinci” jawab Yudistira.
“Tidak tuanku, hari menjelang malam jika saya
tidak segera memangsa merpati itu, kasian anak-anak saya menunggu dirumah,apakah tuanku rela anak-anak saya menunggu saya
dengan kondisi lapar dan kedinginan ?” ucap elang membela diri.
Yudistira makin dilema, janjinya untuk melindungi merpati
harus dipenuhi, namun di sisi lain ada seeekor elang yang juga perlu dikasihani
karena sedang meninggalkan anak-anaknya yang masih kecil disarang, sedang hari
mulai gelap. Da tak ada satupun mangsa yang ia dapat. Yudistira akhirnya
berkata : “Wahai elang aku akan menukar daging merpati dengan daaging saya,
silahkan kau ambil mana yang kau suka”.
Selanjutnya tanpa disangka Yudistira menghuus pedang dan
mengayunkan kearah tangannya. Namun sebelum pedang itu menyentuh kulitnya
burung elang menerjangnya, hingga jatuhlah pedang dalam genggaman Yudistira.
Seketika itu berubahlah elang menjadi Batara Guru, sedang
merpati tadi berubah menjadi Batara Narada. Dewa penguasa Kayangan itu sengaja
datang untuk menguji keteguhan dan ketulusan Yudistira. Nyatalah anak Pandu itu
lulus dia memang layak mendapat gelar Darmaputra. Selanjutnya Batara Guru
memberikan wejangan kepada Yudistira dengan “Wahyu Panca Darma”.
Wahyu panca darma tidak berwujud seperti benda-benda
pusaka sakti, wahyu panca darma merupakan lima ajaran kebaikan yang hanya bisa
ditangkap oleh perasaan dan pemahaman
yang purna tentang kemuliaan hidup. Dan Yudistira adalah orang yang tepat untuk
mendapatkan wahyu itu.
Dalam wejangannya wahyu panca darma dilambangkan dengan
empat elemen kehidupan yang bersumber dari cahaya Tuhan. Lambang-lambang itu
meliputi :
-
Elemen Bumi, yang melambangkan ibu pertiwi
yang selalu mengasuh seluruh kehidupam makhluk yang berada diatasnya
-
Elemen Api, yang berarti kekuatan yang mampu
meleburkan benda-benda keras dan menjadi penerang bagi sekitarnya
-
Elemen Air, yang menjadi sumber kehidupan di
muka bumi
-
Elemen Angin, memiliki daya menguasai segala
ruangan baik luas maupun sempit
Empat elemat diatas menjadi dasar dari unsur kehidupan
dan kesadaran manusia. Bumi ibarat tubuh, Api adalah nafsu, Angin adalah nafas,
dan Air adalah darah. Keempat elemen tadi bersumber dari nur Ilahiyyah yang
menerangi kehidupan manusia.
Panca darma adalah kewajiban yang harus dilakukan makhluk
Tuhan ketika ia ditunjuk menjadi khalifah fil ardi mengusung tugas mulia
sebagai rahmatan lil ‘alamin, memayu hayuning bawana dan menjaga keseimbangan jagad
semesta. Secara tegas ajaran panca darma mengajarkan kepada manusia untuk
selalu ingat kepada sangkan paraning dumadi, ingat wajibing agesang. Ingat dari
mana kita ada dan ingat akan kewajiban hidup yang kita emban.
Secara gamblang ajaran panca darma meliputi :
1.
Tak ada yang kau sembah pertama kali, kecuali
Tuhan Yang Maha Kuasa
2.
Menghormati dan menjaga martabat orang tua,
khususnya Ibu
3.
Suka menolong para ahli agama, karena dari
mereka kita mampu mengenal ajaran Tuhan
4.
Suka menolong dan memberi makan kepada anak
yatim piatu
5.
Suka menolong dan menghibur hati orang yang
menderita cacat tubuhnya.
Itulah
inti ajaran Panca darma yang diberikan oleh Batara Guru kepada Yudistira alias
Darmaputra. Ajaran vertikal dan horisontal secara utuh dan seimbang. Menyembah kepada
Tuhan dan berbakti kepada sapada padaning tumitah di alam semesta. Sekian.
Joyojuwoto.
mantapp ustd.. ;-)
BalasHapus