Selasa, 29 Agustus 2017

Tagline Bumi Tuban

Tagline Bumi Tuban
Oleh : Joyo Juwoto

Jika berbicara tentang icon suatu kota tentu ada yang khas dari kota tersebut, semisal jika anda berkunjung di kota Tuban maka anda tentu ingin mengetahui tentang sosok legendaris dari Tuban, Ronggolawe, sang pemilik kuda yang menjadi logo resmi Kabupaten Tuban. Selain itu Anda tentu juga penasaran ingin mencicipi legen Tuban, karena Tuban juga terkenal sebagai kota toak yang bersaudara dengan minuman khasnya legen. Atau setidaknya Anda akan mencari tahu dan berziarah ke maqam Sunan Bonang, karena Tuban telah memiliki tagline baru, yaitu sebagai kota wali.

Banyak orang berdebat liar di media sosial mengenai tagline kota yang memiliki garis pantai sepanjang 70 km ini, apakah Tuban sebagai bumi Ronggolawe, Kota Toak, ataukah bumi wali seperti yang dijargonkan oleh Bupati yang sekarang. Atau mungkin yang menyukai petualangan jelajah gua-gua akan memilih opsi lain, yaitu menyebutnya sebagai kota seribu gua.

Sebutan-sebutan dan kliam-klaim yang sedemikian saya kira sangat wajar dan boleh-boleh saja, sepanjang itu masih dalam koridor yang tidak menciderai akal sehat. Saya sendiri juga bingung merumuskan koridor akal sehat itu batasannya seperti apa, dan indikatornya yang bagaimana, yang jelas rakyat Tuban memiliki perhatian yang positif untuk tanah kota leluhurnya.

Jika kita berbicara tentang kabupaten Tuban, maka tidak adil jika kita hanya menyebutkan satu bagian dan menghilangkan bagian yang lainnya. Menurut saya, Tuban adalah keseluruhan dari proses dan dinamika sejarah yang dinamis dan beragam, komplek saling menyusun dan melengkapi.

Kita tidak bisa memandang Tuban secara parsial dan terpotong-potong, sehingga hanya satu bagian sisi saja yang terdisplykan, sedang bagian sisi yang lain terabaikan. Seperti pengibaratan orang buta menebak bentuk dari seekor gajah, tentu tidak ada yang tepat, walaupun yang dipegang itu sama-sama anggota tubuh seekor gajah.

Meminjam istilah dari sastrawan ternama Pramoedya Ananta Toer, untuk melihat Kabupaten Tuban, sebagai seorang terpelajar kita harus sudah adil sejak dalam pikiran. Hilangkan segala tendensi dan kepentingan pribadi dan golongan, berfikirlah secara holistik untuk Tuban, maka kita akan bisa merumuskan apa itu hakekat dari Kabupaten Tuban, setidaknya mendekati perumusan yang diinginkan oleh semua pihak tanpa mengabaikan pihak lainnya.

Yang namanya tagline memang dipakai untuk simbol, tetapi simbol itu tidak lebih penting dari isi yang akan ditaglinekan. Semisal daging bagi diberi label halal, “Babi Bakar Cap Sapi” atau minuman keras di beri label soft drink, tetap saja haram hukumnya. Begitu pula sebuah tagline tidak akan memiliki makna dan tidak memberikan efek apa-apa jika isi dari sebuah tagline diabaikan.

Begitu juga dengan tagline Bumi Tuban, tagline itu harus menjadi rumah besar bagi perkembangan kemajuan Tuban yang lebih baik. Merangkul, mewadahi elemen-elemen dan unsur-unsur dari Bumi Tuban. Bukan hanya sekedar tagline untuk berteduh sebagian kelompok masyarakat, sedang di sisi lainnya masyarakat justru ada yang kepanasan dan tidak bisa ikut berteduh di bawah payung tagline itu.

Masyarakat kita kadang lebih memperhatikan penampilan luar dari pada isi, lebih sering terjebak oleh hal yang profan daripada melihat sebuah hal yang sakral. Oleh karena itu kita lebih sering tertipu dengan gebyar-gebyar dan simbol-simbol, lebih sering disibukkan dengan euforia sesaat yang semu daripada benar-benar menghayati saripati dari kehidupan ini. Semoga pemegang kebijakan tidak hanya sekedar rajin bertanam tebu di bibir, namun juga benar-benar bertanam tebu-tebu di ladang hakekat untuk masyarakat Tuban. Salam Damai Dari Bumi Tuban.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar