Tagline
Bumi Tuban
Oleh
: Joyo Juwoto
Jika
berbicara tentang icon suatu kota tentu ada yang khas dari kota tersebut,
semisal jika anda berkunjung di kota Tuban maka anda tentu ingin mengetahui
tentang sosok legendaris dari Tuban, Ronggolawe, sang pemilik kuda yang menjadi
logo resmi Kabupaten Tuban. Selain itu Anda tentu juga penasaran ingin
mencicipi legen Tuban, karena Tuban juga terkenal sebagai kota toak yang
bersaudara dengan minuman khasnya legen. Atau setidaknya Anda akan mencari tahu
dan berziarah ke maqam Sunan Bonang, karena Tuban telah memiliki tagline baru,
yaitu sebagai kota wali.
Banyak
orang berdebat liar di media sosial mengenai tagline kota yang memiliki garis
pantai sepanjang 70 km ini, apakah Tuban sebagai bumi Ronggolawe, Kota Toak,
ataukah bumi wali seperti yang dijargonkan oleh Bupati yang sekarang. Atau
mungkin yang menyukai petualangan jelajah gua-gua akan memilih opsi lain, yaitu
menyebutnya sebagai kota seribu gua.
Sebutan-sebutan
dan kliam-klaim yang sedemikian saya kira sangat wajar dan boleh-boleh saja,
sepanjang itu masih dalam koridor yang tidak menciderai akal sehat. Saya
sendiri juga bingung merumuskan koridor akal sehat itu batasannya seperti apa,
dan indikatornya yang bagaimana, yang jelas rakyat Tuban memiliki perhatian
yang positif untuk tanah kota leluhurnya.
Jika
kita berbicara tentang kabupaten Tuban, maka tidak adil jika kita hanya
menyebutkan satu bagian dan menghilangkan bagian yang lainnya. Menurut saya, Tuban
adalah keseluruhan dari proses dan dinamika sejarah yang dinamis dan beragam,
komplek saling menyusun dan melengkapi.
Kita
tidak bisa memandang Tuban secara parsial dan terpotong-potong, sehingga hanya
satu bagian sisi saja yang terdisplykan, sedang bagian sisi yang lain terabaikan.
Seperti pengibaratan orang buta menebak bentuk dari seekor gajah, tentu tidak
ada yang tepat, walaupun yang dipegang itu sama-sama anggota tubuh seekor
gajah.
Meminjam
istilah dari sastrawan ternama Pramoedya Ananta Toer, untuk melihat Kabupaten
Tuban, sebagai seorang terpelajar kita harus sudah adil sejak dalam pikiran.
Hilangkan segala tendensi dan kepentingan pribadi dan golongan, berfikirlah
secara holistik untuk Tuban, maka kita akan bisa merumuskan apa itu hakekat
dari Kabupaten Tuban, setidaknya mendekati perumusan yang diinginkan oleh semua
pihak tanpa mengabaikan pihak lainnya.
Yang
namanya tagline memang dipakai untuk simbol, tetapi simbol itu tidak lebih
penting dari isi yang akan ditaglinekan. Semisal daging bagi diberi label
halal, “Babi Bakar Cap Sapi” atau minuman keras di beri label soft
drink, tetap saja haram hukumnya. Begitu pula sebuah tagline tidak akan
memiliki makna dan tidak memberikan efek apa-apa jika isi dari sebuah tagline
diabaikan.
Begitu
juga dengan tagline Bumi Tuban, tagline itu harus menjadi rumah besar bagi
perkembangan kemajuan Tuban yang lebih baik. Merangkul, mewadahi elemen-elemen
dan unsur-unsur dari Bumi Tuban. Bukan hanya sekedar tagline untuk berteduh
sebagian kelompok masyarakat, sedang di sisi lainnya masyarakat justru ada yang kepanasan dan tidak bisa ikut berteduh di bawah payung tagline itu.
Masyarakat
kita kadang lebih memperhatikan penampilan luar dari pada isi, lebih sering
terjebak oleh hal yang profan daripada melihat sebuah hal yang sakral. Oleh
karena itu kita lebih sering tertipu dengan gebyar-gebyar dan simbol-simbol,
lebih sering disibukkan dengan euforia sesaat yang semu daripada benar-benar
menghayati saripati dari kehidupan ini. Semoga pemegang kebijakan tidak hanya
sekedar rajin bertanam tebu di bibir, namun juga benar-benar bertanam tebu-tebu
di ladang hakekat untuk masyarakat Tuban. Salam Damai Dari Bumi Tuban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar