Berguru
Pada Buku
Oleh
: Joyo Juwoto*
Saya masih ingat,
pada saat nyantri pernah didawuhi kiai saya, alm. KH. Abd. Moehaimin Tamam,
pendiri pondok pesantren ASSALAM Bangilan Tuban Indonesia. Beliau dawuh, bahwa
menuntut ilmu tidak hanya di bangku sekolah saja, di manapun kita bisa menuntut
ilmu. Termasuk di toko buku. Semenjak didawuhi seperti itu, saya sangat suka
sekali pergi ke toko buku, walau kadang hanya melihat-lihat saja.
Senang rasanya
melihat tumpukan dan pajangan buku dengan cover-cover yang beraneka warna dan
ragamnya, damai rasanya membaca judul buku di rak-rak toko buku, pokoknya saya
suka berlama-lama jika sedang di toko buku. Walau kadang ya hanya melihat-lihat
dan membaca judul-judulnya saja.
Di Bangilan kota
kecamatan saya tinggal, belum ada toko yang khusus menyediakan buku bacaan,
jika ada, paling masih bercampur-baur dengan toko Alat Tulis Kantor (ATK) dan
foto copy, buku hanya dijadikan sebagai pelengkap saja. Sehingga tidak banyak
koleksi buku yang disediakan. Sedang di kota kabupaten, selain jangkauannya
yang jauh, toko buku pun menjadi barang langka, karena mungkin tingkat membaca
masyarakat yang rendah. Hanya ada beberapa toko buku kecil di Kabupaten Tuban,
itu pun koleksinya sangat terbatas.
Saat saya duduk di
bangku Madrasah Tsanawiyah, saya suka berburu buku-buku murah yang dijual oleh
para pedagang lesehan di depan pasar Bangilan. Buku-buku yang dijual seingat
saya adalah buku-buku agama terbitan salah satu penerbit yang ada di kota
Surabaya, selaian itu juga ada buku-buku do’a, bacaan yasin, tahlil, dan juga
resep masakan. Untuk jenis buku yang terakhir ini yang sangat banyak jumlahnya.
Dari kecintaan saya
terhadap buku ini akhirnya saya punya keinginan membuat perpustakaan pribadi di
rumah. Satu demi satu buku saya beli, saya kumpulkan dari waktu ke waktu. Ke
depan jika koleksi bukunya telah banyak, ingin rasanya membuka Taman Baca
Masyarakat (TBM) yang koleksinya bisa diakses oleh masyarakat luas.
Keinginan saya
membuka Taman Baca dikarenakan telah maklum adanya, bahwa perpustakaan yang
konon adalah jantungnya peradaban, rumah ilmu, dan gudangnya pengetahuan masih
belum mendapatkan perhatian yang serius. Selain menjadi tempat belajar,
perpustakaan juga bisa dijadikan sebagai sarana rekreasi keluarga. Tentunya
jika perpustakaan di tata sedemikian rupa sehingga menarik para pengunjung.
Selain keinginan
memiliki perpustakaan, Saya sebenarnya juga punya keinginan membuka toko buku
di kota kelahiranku. Namun karena sesuatu hal, keinginan itu belum terwujud. Selain
bernilai bisnis membuka toko buku juga memiliki nilai edukatif, yaitu
menyediakan bacaan yang bermutu bagi masyarakat. Apalagi jika buku yang kita
jual tidak tersegel, maka kita bisa menyempatkan membaca sambil berjualan buku.
Yang pasti buku
adalah sumber pengetahuan, guru yang bijak, menjadi teman yang baik dalam
segala masa, dan tentunya buku adalah mutiara yang nilainya tak terhingga. Oleh
karena itu mari berburu buku, berkutu buku dan berguru pada buku, agar
hidup makin produktif dan bermutu.
*Joyo Juwoto,
Santri Pondok Pesantren ASSALAM Bangilan Tuban. Diantara buku yang ditulisnya
adalah: Jejak Sang Rasul (2016); Secercah Cahaya Hikmah (2016), Dalang Kentrung
Terakhir (2017,) dan menulis beberapa buku antologi bersama Sahabat Pena
Nusantara dan beberapa komunitas literasi lainnya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar