Kamis, 31 Agustus 2017

Berguru Pada Buku

Berguru Pada Buku
Oleh : Joyo Juwoto*

Saya masih ingat, pada saat nyantri pernah didawuhi kiai saya, alm. KH. Abd. Moehaimin Tamam, pendiri pondok pesantren ASSALAM Bangilan Tuban Indonesia. Beliau dawuh, bahwa menuntut ilmu tidak hanya di bangku sekolah saja, di manapun kita bisa menuntut ilmu. Termasuk di toko buku. Semenjak didawuhi seperti itu, saya sangat suka sekali pergi ke toko buku, walau kadang hanya melihat-lihat saja.

Senang rasanya melihat tumpukan dan pajangan buku dengan cover-cover yang beraneka warna dan ragamnya, damai rasanya membaca judul buku di rak-rak toko buku, pokoknya saya suka berlama-lama jika sedang di toko buku. Walau kadang ya hanya melihat-lihat dan membaca judul-judulnya saja.

Di Bangilan kota kecamatan saya tinggal, belum ada toko yang khusus menyediakan buku bacaan, jika ada, paling masih bercampur-baur dengan toko Alat Tulis Kantor (ATK) dan foto copy, buku hanya dijadikan sebagai pelengkap saja. Sehingga tidak banyak koleksi buku yang disediakan. Sedang di kota kabupaten, selain jangkauannya yang jauh, toko buku pun menjadi barang langka, karena mungkin tingkat membaca masyarakat yang rendah. Hanya ada beberapa toko buku kecil di Kabupaten Tuban, itu pun koleksinya sangat terbatas.

Saat saya duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah, saya suka berburu buku-buku murah yang dijual oleh para pedagang lesehan di depan pasar Bangilan. Buku-buku yang dijual seingat saya adalah buku-buku agama terbitan salah satu penerbit yang ada di kota Surabaya, selaian itu juga ada buku-buku do’a, bacaan yasin, tahlil, dan juga resep masakan. Untuk jenis buku yang terakhir ini yang sangat banyak jumlahnya.

Dari kecintaan saya terhadap buku ini akhirnya saya punya keinginan membuat perpustakaan pribadi di rumah. Satu demi satu buku saya beli, saya kumpulkan dari waktu ke waktu. Ke depan jika koleksi bukunya telah banyak, ingin rasanya membuka Taman Baca Masyarakat (TBM) yang koleksinya bisa diakses oleh masyarakat luas.

Keinginan saya membuka Taman Baca dikarenakan telah maklum adanya, bahwa perpustakaan yang konon adalah jantungnya peradaban, rumah ilmu, dan gudangnya pengetahuan masih belum mendapatkan perhatian yang serius. Selain menjadi tempat belajar, perpustakaan juga bisa dijadikan sebagai sarana rekreasi keluarga. Tentunya jika perpustakaan di tata sedemikian rupa sehingga menarik para pengunjung.

Selain keinginan memiliki perpustakaan, Saya sebenarnya juga punya keinginan membuka toko buku di kota kelahiranku. Namun karena sesuatu hal, keinginan itu belum terwujud. Selain bernilai bisnis membuka toko buku juga memiliki nilai edukatif, yaitu menyediakan bacaan yang bermutu bagi masyarakat. Apalagi jika buku yang kita jual tidak tersegel, maka kita bisa menyempatkan membaca sambil berjualan buku.

Yang pasti buku adalah sumber pengetahuan, guru yang bijak, menjadi teman yang baik dalam segala masa, dan tentunya buku adalah mutiara yang nilainya tak terhingga. Oleh karena itu mari berburu buku, berkutu buku dan berguru pada buku, agar hidup makin produktif dan bermutu.


*Joyo Juwoto, Santri Pondok Pesantren ASSALAM Bangilan Tuban. Diantara buku yang ditulisnya adalah: Jejak Sang Rasul (2016); Secercah Cahaya Hikmah (2016), Dalang Kentrung Terakhir (2017,) dan menulis beberapa buku antologi bersama Sahabat Pena Nusantara dan beberapa komunitas literasi lainnya.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar