Menjaga Kearifan dan budaya Lokal
Dalam lingkaran hidup masyarakat Jawa sering diadakan
selametan mulai sejak dalam kandungan, terlahir ke muka bumi, menikah hingga
menapaki jenjang kehidupan selanjutnya. Selametan banyak memuat simbol-simbol
yang kadang kita kesulitan untuk memahaminya. Biasanya upacara-upacara
keagamaan/kepercayaan tersebut dilaksanakan dalam rangka menghadapi saat-saat
krisis saat genting, gawat, dan penuh dengan marabahaya baik secara fisik
maupun batiniah dalam kehidupan seseorang yang dalam istilah antropologinya
disebut crisis rites (upacara-upacara waktu krisis) atau rites de passage (upacara-upacara
untuk melalui waktu krisis).
Oleh karena itu masyarakat Jawa memiliki banyak pantangan
dan aturan dalam kehidupannya yang kadang-kadang sukar untuk kita nalar dengan
akal pikiran kita. Bahkan mungkin sesuatu itu kita anggap remeh dan hanya
sekedar mengada-ada saja.
Namun wewaler
nenek moyang Jawa setelah kita telaah secara mendalam dan bersamaan dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan modern ternyata apa yang menjadi pamali orang jawa
tidak hanya sekedar mitos belaka ada sisi-sisi ilmiah yang kadang belum mampu
kita ungkap.
Karena orang jawa banyak menggunakan simbol untuk
membeber kawruh dan ngelmu adiluhungnya kepada anak cucu mereka. Simbol-simbol
itu tersembunyi dalam kiasan atau sinamun ing samudana yang hanya mampu
ditangkap oleh orang yang landep pikirnya orang yang tanggap ing sasmita.
Oleh sebab itu seharusnya orang jawa harus njawani
dan mengerti hakekat apa yang menjadi ajaran leluhurnya, tidak hanya sekadar
ikut-ikutan tanpa mengerti maknanya sehingga menimbulkan kesalahpahaman dalam
batinnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar