Istilah gowes mulai sayup-sayup terdengar di Bangilan, sebenarnya gowes atau bepergian bersama dengan bersepeda adalah hal yang lumrah dan biasa. Apalagi memang Bangilan adalah sebuah wilayah yang secara geografis memungkinkan sekali untuk bersepeda, karena jalan-jalannya yang rata dan tidak banyak tanjakan maupun lembah-lembah yang ekstrim untuk dilalui oleh sepeda. Bahkan di era saya kecil dulu bersepeda adalah hal yang umum yang dilakukan oleh masyarakat Bangilan. Mulai dari berangkat pasar, berangkat sekolah, maupun aktivitas - aktivitas lainnya.
Namun aktivitas bersepeda sekarang sudah mulai berkurang setelah digantikan kendaraan bermotor. Siapa pun sekarang yang namanya motor hampir semuanya punya, baik yang mampu maupun masyarakat kelas bawah. Karena untuk mendapatkan motor sekarang amat mudah dan tidak perlu menunggu punya uang jutaan rupiah dulu, sekitar Rp 500. 000,- sekarang kita sudah bisa membawa pulang sepeda motor baru. Hal ini mungkin yang menjadikan aktivitas bersepeda mulai menurun. Anak-anak sekolah pun sekarang tidak mau ketinggalan semuanya rame-rame membawa motor ketika berangkat sekolah. Walaupun sebenarnya jarak sekolah mereka relatif dekat jikalau ditempuh dengan bersepeda. Ya begitulah kalau memang sudah trendnya, sudah zamannya kalangan bawah ikut menikmati kemewahan sepeda motor yang dulu pernah dinikmati oleh kalangan atas.
Lain dulu lain sekarang memang, kalau dulu bersepeda motor adalah hal mewah sekarang sudah lumrah, dan zaman ternyata seperti roda yang berputar atau orang jawa bilang "kadya cakra manggilingan" sekarang bersepeda onthel menggantikan posisi sepeda motor era dulu, ya bersepeda sekarang telah dianggap sesuatu yang wah dan mewah. Mengapa demikian ? karena sekarang bersepeda atau lebih populernya disebut gowes adalah aktivitas yang banyak dilakoni oleh kaum beruang, bayangkan saja, sepeda yang sering dipakai gowes itu harganya luar biasa mahal, sepeda dengan hight merk biasanya dijual dengan harga yang cukup tinggi, melebihi harga motor itu sendiri. Walau sebenarnya gowes tidak harus dengan standart sepeda mahal, namun rasanya mungkin kurang berkelas jika disebut sebuah aktivitas gowes. Dan gowes telah membentuk satu kelas sosial tersendiri dalam ruang lingkup masyarakat. Lihat saja banyak penjual sayur keliling atau rengkek-an yang juga tiap hari gowes-gowes keliling kampung, namun aktivitas ekonomi ini tidak termasuk dalam rumpun gowes.hehe...betulkan ? .....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar