Pendar Cahaya di Puncak Gomang
Oleh: Joyo Juwoto
Gomang, sebuah perkampungan di atas perbukitan, yang berada di tengah hutan jati. Perkampungan ini cukup unik, sebagian wilayahnya masuk kecamatan Singgahan dan sebagian lainnya menjadi bagian dari kecamatan Bangilan.
Di Gomang ini ada pondok pesantren yang fenomenal, Pondok Pesantren Walisongo yang diasuh oleh KH. Noer Nasroh. Beliau masih memiliki hubungan darah dengan keraton Surakarta.
Karena berada di dusun Gomang, pesantren Walisongo ini lebih dikenal dengan nama Pondok Gomang. Saya sendiri sudah sejak lama mendengar keberadaan pondok ini, maklum jaraknya cukup dekat dengan tempat tinggal saya. Kira-kira sepenghisapan sebatang kretek sudah sampai di lokasi pesantren.
Pesantren Gomang punya icon yang fenomenal, masjid dengan tiang penyangga yang hanya satu batang pohon saja. Masjid pesantren yang unik ini sering menjadi bahan perbincangan warga masyarakat. Saya sendiri belum melihatnya secara langsung, apesnya tadi malam saya tidak menyempatkan diri untuk melihatnya.
Alhamdulillah, tadi malam saya berkesempatan sowan dan silaturahmi ke pesantren Gomang. Ya, saya sowan ke ndalem Gus Afa pemilik nama lengkap Gus RM. Aflakha Mangkunegara, putra dari Romo Yai Noer Nasroh yang menggawangi Jagad Sholawat dari Bumi Walisongo Gomang.
Dari silaturahmi tadi malam, saya punya harapan untuk bisa ke sana lagi, ingin menyecap barakah ilmu dari beliau, dan setidaknya ingin kembali menikmati secangkir kopi hitam yang disuguhkan oleh Shohibul bait yang cukup ramah, grapyak sumanak, dengan senyumannya yang khas dan meneduhkan.
Saya merasa beruntung dapat bertemu secara langsung dan memandang wajah keluarga ndalem Pesantren Gomang. Bukankah memandang wajah seorang yang alim adalah anugerah yang tiada tara? Malam itu saya ibarat mendapat pendar cahaya hikmah yang menentramkan dari bumi Gomang.
Selain bertemu Gus Afa, saya juga menyempatkan diri untuk sowan dan mengaji kitab kepada beliau Gus Naja. Beliau juga putra dari Romo Yai Noer Nasroh. Gus Naja ini pakar ilmu, fasih membaca kitab kuning, karena beliau jebolan dari Yaman. Luar biasa. Allahu Akbar.
Dari penampilan beliau, saya bisa menilai kealiman dan kefaqihan dari Gus Naja. Walau demikian beliau sangat tawadhu' sekali. Dengan santri-santri yang mengaji beliau sangat akrab dan ramah, beliau sama sekali tidak jaim dan menjaga jarak. Sungguh beliau adalah sosok luar biasa dan menjadi teladan yang baik bagi masyarakat.
Sebenarnya masih banyak hal yang ingin saya kisahkan dalam tulisan ini tentang Gomang, mungkin sementara hanya itu saja. Di lain waktu insyaallah saya akan menulis kembali tentang bumi Gomang dengan segala dinamikanya. Di bumi Gomang, saya merasa dekat, seakan menginjak dan pulang ke kampung halaman yang telah lama saya rindukan.
Semoga keberkahan bumi Gomang menjadi mata air yang menyejukkan di bumi Tuban, dan menjadi cahaya yang mampu menyinari persada Nusantara pada umumnya. Aamiin.
*Bumi Gomang, 12/12/19*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar