Sugondo Djojopuspito Ketua Konggres Pemuda dari
Tuban
Sebuah Renungan di Hari Sumpah Pemuda
Sebagai warga masyarakat Tuban
kita layak bangga, ternyata momentum peristiwa besar yang menjadi tonggak
sejarah pergerakan bangsa Indonesia, yang terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928 dan
sekarang yang kita kenal sebagai Hari
Sumpah Pemuda ternyata tidak terlepas dari peran seorang pemuda dari Tuban. Sugondo
Djojopuspito yang menjadi ketua dari konggres itu terlahir di Bumi Ranggalawe pada
tanggal 22 Februari 1905.
Sugondo Djojopuspito terpilih
sebagai ketua konggres karena beliau berasal dari organisasi PPI (Persatuan
Pemuda Indonesia) sebuah organisasi yang dianggap independen dan tidak kesukuan.
Padahal Mohammad Yaminlah yang saat itu menjadi kandidat ketua. Karena Mohammad
Yamin berasal dari Jong Sumatra (Kesukuan), maka atas persetujuan dari Muhammad
Hatta dan Bung Karno terpilihlah Sugondo Djojopuspito.
Konggres pemuda ini memiliki
makna yang besar bagi tumbuh kembangnya kesadaran persatuan dan kesatuan
bangsa. Bagaimana tidak, organisasi-organisasi pemuda dari berbagai pulau di
Nusantara seperti Jong Java, Jong Sumateranen Bond, Jong Bataks Bond, Jong
Celebes, Jong Ambon, Jong Islamieten Bond, dan organisasi-organisasi pemuda lainnya
sama berkumpul di Batavia untuk menyatakan trilogi sumpah pemuda yang meliputi
: Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa
Indonesia.
Peran Pemuda sebagai elemen
perubahan bangsa (agent Of Change) memang sangatlah vital, karena pemuda adalah
penerus perjuangan bangsa. Sesungguhnya terletak ditangan pemuda urusan bangsa
ini, dan pada jejak langkah pemuda pula hidup dan matinya bangsa. Jika pemuda
kita lemah, maka bangsa ini juga akan lemah. Jika pemuda kita mlempem maka
bangsa ini juga akan mlempem. Oleh karena itu kita sebagai warga Tuban harus
mewarisi semangat persatuan dan kesatuan yang telah dicontohkan oleh Sugondo Djojopuspito,
jangan sampai kita mau dipecah-pecah hingga tak tersisa sedikitpun dari
kekuatan kita. Ingatlah bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
Semangat sumpah pemuda ini harus
kita rawat dengan sikap saling toleransi, harus kita sirami dengan semangat kegotong-royongan,
harus kita pupuk dengan jiwa empati, walau kita berbeda-beda pada dasarnya kita
berasal dari satu rumpun yang sama dari satu sumber yang sama. Semangat
kebhinekaan harus kita tumbuhkan di tengah carut-marutnya kondisi bangsa ini. Kita
jangan sampai berputus asa dan membiarkan benih-benih keretakan semakin melebar,
jangan sampai ikatan persatuan kita putus karena hal-hal yang sepele. Karena beda club sepak bola, karena pilkada, pilgub, pemilihan kepala desa, pemilihan RT/RW dan lain sebagainya. Ingatlah
harapan itu masih ada.
Mari kita meneladani peristiwa sejarah,
meneladani para pahlawan-pahlawan kita. Mereka tidak mengharapkan apapun dari
usahanya kecuali perjuangan semata. Mereka tidak mengharap kita menabur bunga
di atas pusara, mereka tidak mengharapkan poto-poto mereka dipajang sebagai
pahlawan-pahlawan bangsa, mereka hanya berharap kebesaran bangsa ini,
mengharapkan kedaulatan negeri ini, mengharapkan rakyat makmur, hidup damai
dalam naungan Negara kesatuan Republik Indonesia.
Sugondo Djojopuspito Sang Ketua Konggres Pemuda II sampai
saat ini pun tak berharap apapun, karena beliau telah tenang dalam pelukan
Tuhan. Walau pemerintah belum menganugerahi gelar Pahlawan Nasional. Tahun 1978
beliau wafat dan dimakamkan di Pemakaman Keluarga Besar Taman Siswa Taman
Wijayabrata, Celeban, Umbulharjo Jogjakarta. Joyojuwoto
Selamat hari sumpah pemuda
BalasHapus