Oleh: Joyo Juwoto
Judul yang saya tulis di atas terinspirasi dari kalimat filosofis yang dipakai di Pondok Darussalam Gontor Ponorogo, "Ke Gontor apa yang kau cari? Demikian bunyi kalimat tersebut. Memang terkadang seseorang lupa niat dan tidak memiliki tujuan yang jelas ketika bergabung di sebuah organisasi. Salah satunya adalah bergabung di FLP ini.
Saya berharap kita semuanya ingat niat pertama kali kita bergabung di FLP, saya rasa masing-masing anggota punya niatan yang baik ketika bergabung di forum literasi ini. Ada yang ingin belajar menulis, ada yang ingin berada di habitat kepenulisan, ada yang ingin memperbanyak relasi pertemanan, dan niat-niat lain yang ujungnya bermuat pada dunia literasi, karena memang kita di Forum Lingkar Pena, tentu niat kita tidak akan jauh-jauh dari kegiatan menulis dan membaca buku.
Saya masih ingat awal bergabung di FLP, saat itu mencari komunitas menulis masih jarang, tidak seperti sekarang yang menjamur bak cendawan di musim penghujan. Hari ini komunitas literasi sangat banyak, tinggal kita pilih bergabung di mana atau bahkan bergabung di seluruh komunitas menulis.
Saat itu saya ketemu komunitas menulis di Facebook, namanya Semut. Kepanjangannya adalah Sekolah Menulis Tuban, Logonya bagus. Ternyata Semut ini milik FLP Tuban yang digawangi oleh Ust. Masruhin Bagus. Kalau tidak salah saat itu semut baru saja membuat pelatihan menulis salah satunya mendatangkan Pak Husnaini dari Lamongan. Saya sempat DM beliau, yang kemudian saya diajak bergabung di komunitas literasi yang didirikan beliu, Sahabat Pena Nusantara (SPN).
Walau saya sudah bergabung di SPN, tapi saya masih punya keinginan bergabung di FLP, karena saya melihat FLP sangat concern di dunia literasi, saya banyak mendapat info tentang FLP dari mas Ical yang saat itu berada di ibukota dan aktif di FLP Jakarta. Alhamdulillah ternyata di Tuban, FLP juga sudah ada, kalau tidak salah saat itu ketuanya mbak Hiday Nur.
Saya ingat, karena setelah bergabung dengan SPN dan FLP saya dengan pedenya menerbitkan buku ringkasan sirah nabawiyah, judulnya Jejak Sang Rasul. Buku itu diterbitkan oleh penerbit Dreamedia, dipengantari secara singkat oleh Pak Husnaini, dan di endorse salah satunya adalah ketua FLP Tuban, mbak Hiday. Ini adalah awal saya menerbitkan buku. Namanya perdana jangan tanya seperti apa bukunya, covernya sekedarnya, layoutnya juga sangat tidak menarik sekali.
Buku itu saya cetak 100 eksemplar dan habis mayoritas saya kasihkan kepada teman-teman saya. Saya memang tidak terbuat berbangga diri, tapi saya merasa senang bisa menerbitkan buku saat itu, dan saya terlecut untuk membuat buku lagi. Alhamdulillah. Ada beberapa buku yang kemudian menyusul terbit. Ketika bergabung di komunitas literasi itulah saya mempunyai target untuk menerbitkan buku, bagaimanapun rupa dan bentuknya, yang terpenting kita punya keberanian untuk berproses.
Dari cerita ini saya ingin menggarisbawahi bahwa kita bergabung di FLP harus punya target, setidaknya ada satu buku solo yang kita buat dan kita terbitkan. Karena ini adalah termasuk salah satu jawaban dari pertanyaan yang saya ajukan di judul tulisan saya ini. Semoga teman-teman semua yang belum menerbitkan buku solo segera bisa menerbitkan, dan yang sudah pernah menerbitkan diberi kemudahan untuk bisa menei kembali dengan kualitas yang lebih baik lagi tentunya. Namun semua pilihan ada di panjenengan semuanya.
Bangilan, 1 Juni 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar