Kamis, 26 Agustus 2021

Bermakna Dengan Pena, Membersamai Seminar Literasi Di MA Islamiyah Senori Tuban

Bermakna Dengan Pena, Membersamai Seminar Literasi Di MA Islamiyah Senori Tuban
Oleh: Joyo Juwoto

Generasi era 5.0 adalah generasi serba tahu, google, youtobe, TikTok, menjadi bagian yang tak terpisahkan dari generasi ini, dalam berkiblat dan mengakses beragam informasi di dunia maya, generasi 5.0 bukan lagi sekedar generasi putih abu-abu.

Alhamdulillah, kemarin siang (25/08/21) saya berkesempatan membersamai generasi 5.0 siswa-siswi MA Islamiyah dalam seminar Literasi yang diadakan diselenggarakan oleh kelompok 09 mahasiswa PPL FT-PAI UNUGIRI Bojonegoro.

Di seminar tersebut saya tidak sendiri, ada pemateri dari pihak kampus UNUGIRI Bojonegoro, beliau yang mulia Bapak Dr. H. Mundzar Fahman. Saya kebagian menyampaikan materi diawal   dan selanjutnya materi diperkaya oleh beliau yang memang sudah sangat berpengalaman di dunia tulis menulis. Karena beliau pernah menjadi direktur Radar Bojonegoro periode 2002-2008.

Kegiatan seminar yang digagas oleh Mahasiswa PLL UNUGIRI Bojonegoro ini dibuka oleh Ibu Dosen Bu Nyai Hamidatun Nihayah, M.H.I., selaku Dosen Pembimbing Lapangan. 

Untuk peserta seminar, diikuti oleh berbagai elemen organisasi di Madrasah, seperti pengurus OSIS, bagian perpustakaan, team redaksi majalah madrasah, IPNU, IPPNU beserta para guru pembinanya.

Tentu saya merasa senang bisa berbagi sedikit pengalaman tentang dunia literasi yang telah saya geluti dalam beberapa tahun ini. Dalam paparan yang saya sampaikan diawal saya memberikan afirmasi bahwa aktivitas membaca dan menulis itu adalah perintah Tuhan, yang bernilai ibadah dan berpahala.

Kemudian saya nukilkan dua surat dalam al Quran yang menyebutkan akan hal itu. Yakni surat pertama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad adalah perintah membaca. Sedang perintah menulis, Allah menurunkan surat Al Qalam (pena). Nūn, wal-qalami wa mā yasṭurụn
Nun. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan,

Betapa luar biasa dan hebatnya dua aktivitas membaca dan menulis ini, sampai-sampai Allah menjadikan sebagai perintah pertama dalam Nubuwwah. Allah juga menjadikan Qalam sebagai media sumpah. Ini tentu terkandung makna yang mendalam dan hikmah yang luar biasa. 

Selain menyuntikkan motivasi menulis, saya juga menceritakan betapa mudah menulis sebuah buku di era sekarang. Jika dulu kita harus mengikuti segala ketentuan sebuah penerbit mayor, maka hari ini kita bisa bebas menerbitkan buku secara indie. Masalah kualitas buku dan isi buku tentu tinggal personalnya. Tapi tidak dipungkiri banyak juga buku-buku yang diterbitkan secara indie memiliki kualitas premium. 

Hari ini kita punya panggung yang bernama media sosial di mana seseorang bisa dengan mudah mengeshare tulisannya untuk dibaca publik. Seorang penulis bisa menciptakan personal brandingnya sendiri dari media sosial ini.

Hari ini banyak sekali platform media sosial yang mendukung seorang penulis untuk bisa mengaktualkan diri, bisa lewat semisal Facebook, Twitter, Instagram, atau platform yang berbasis literasi semisal kompasiana, whatpad, KBM, lewat berbagai blog dan masih banyak lagi.

Itulah berbagai fasilitas yang memberikan kemudahan dalam berliterasi untuk generasi 5.0. Jadi jika ingin mengembangkan dunia literasi kepenulisan, cukup satu kata kuncinya, mulai saat ini juga. Tulislah hal-hal yang bermanfaat, hindari hoax agar tulisan kita memberikan kontribusi positif dalam kehidupan.

"Literasi adalah kemampuan sekaligus mengekspresikan info apapun yang didapat demi kemashlahatan umat" Sebagaimana yang disampaikan oleh Kepala MA Islamiyah Bapak Gatot Utuh Santoso dalam pidato sambutannya.

Memang akhir dari segala sesuatu harus bermuara kepada kebaikan yang harus terus diwariskan dari generasi ke generasi, terus berestafet menebar manfaat agar pahalanya mengalir berjariyah dan mengabadi. 

وَاِنَّ لَكَ لَاَجْرًا غَيْرَ مَمْنُوْنٍۚ

Dan sesungguhnya engkau pasti mendapat pahala yang besar yang tidak putus-putusnya.

*Bangilan, 26/08/2021*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar