Rabu, 25 Agustus 2021

Berlibur ke Perpustakaan

Berlibur ke Perpustakaan
Oleh: Joyo Juwoto

Hari sudah beranjak siang, Matahari tampak ceria memancarkan cahaya emasnya, embun di pucuk-pucuk daun mulai menguap hilang di terpa cahaya siang. Burung-burung berkicauan di dahan pohon menyambut riang hari yang penuh gembira.
Hari libur sekolah telah tiba, Nafa dan Ninda sudah membuat rencana jadwal liburan. Jadwal itu akan disodorkan kepada ayah bundanya. Mereka berdua tampak antusias menyerahkan draft liburan yang mereka buat berdua. Mereka berdua kemudian menemui ayahnya.
"Ayah, liburan kali ini kita tidak hanya bersenang-senang saja, tapi harus ada ilmu yang kita dapatkan". Kata Nafa sambil menyodorkan kertas kepada Ayahnya. 
Ayah yang sedang duduk santai di beranda rumah depan, sambil menikmati secangkir kopi menoleh dan menerima selembar kertas merah jambu dari anak sulungnya.
Ayo...ayo...Yah, kita liburan di pantai? Rengek Ninda. Sebagaimana lazimnya anak-anak, Ninda memang suka bermain air dan pasir. 
Ayah hanya mengangguk-anggukkan kepala, itu sudah sangat melegakan kedua bocah yang ingin pergi untuk liburan. Ya begitulah, dunia anak adalah dunia bermain, mereka butuh wadah untuk menyalurkan keriang gembiraannya dengan liburan bersama. 
"Iya, adik. Nanti kita pasti akan pergi berlibur, tenang saja". Kata Ayah menegaskan anggukannya, dengan perkataan yang membuat mata kedua bocah itu berbinar. 
"Horeee... Kita akan liburan ke pantai, ayo Kak Nafa kita siap-siap".Teriak Ninda gembira sekali menyambut datangnya musim liburan sekolah. 
"Wekkk...memang mau berangkat sekarang, kok sudah siap-siap?. Sambut Nafa meledek adiknya.
" Iya Ayah, kita berangkat liburan sekarang bukan?, tanya Ninda mencari kepastian. 
Iya, kita liburan. Tapi kan tidak harus sekarang adik?, jawab ayah sambil melihat dan membaca kertas itu dengan seksama. Mata beliau kelihatan berbinar gembira. 
Ayah tampak tersenyum melihat draft yang disodorkan oleh Nafa. Dari sekian rencana liburan yang dibuat anaknya, ada yang cukup menarik perhatiannya, yaitu berlibur di perpustakaan. Ini tentu aneh sekali, liburan di perpustakaan adalah liburan yang sangat tidak lazim.
Di rumah, Nafa punya perpustakaan pribadi, perpustakaan yang dibaca oleh anggota keluarga, sehingga semenjak kecil Nafa sudah terbiasa bermain dengan buku. Sayangnya koleksi perpustakaan keluarga untuk bacaan anak kurang banyak. Ini yang mungkin mendorong Nafa ingin liburan di perpustakaan. Ia sangat suka membaca cerita-cerita bergambar.
Nafa punya banyak koleksi buku-buku tipis yang bergambar tokoh kartun di televisi, yaitu buku komik Tayo, sebelum ia bisa membaca, Nafa sudah bisa bercerita dari gambar yang ia lihat di komik tersebut, walau tentu tidak semuanya sesuai dengan apa yang ada di komik. Tapi Nafa sangat antusias menceritakan gambar komik Tayo kepada adiknya.
Di desa di mana keluarga Nafa tinggal, tidak ada perpustakaan, paling ada ya perpustakaan di sekolah-sekolah, itupun ala kadarnya saja. Sekedar memenuhi standard administratif belaka. Perpustakaan memang belum mendapatkan perhatian yang serius dari pihak terkait.
"Kak Nafa, untuk jadwal liburan di perpustakaan ini bisa kita lakukan nanti siang, sehabis shalat dhuhur". Ayo nanti kita ke desa di kecamatan sebelah, di sana ada perpustakaan". Terang Ayah lebih lanjut.
Betulkan Kak Nafa, nanti kita liburan?, sela Ninda kembali. 
"Iya Adik, tapi nanti kita liburannya ke perpustakaan, untuk liburan ke pantai besok-besoknya saja ya?. Di perpustakaan juga bagus lho,  adik bisa bermain ayunan, di sana juga ada aneka macam burung, dan ayam". Kata Ayah menghibur anaknya yang ingin ke pantai.
***
"Wow! Bukunya bagus-bagus ya Yah? Banyak sekali koleksinya". Nafa mendatangi rak buku yang terdapat bacaan khusus untuk anak-anak. Ia sangat gembira melihat buku-buku bacaan bergambar yang beraneka rupa.
"Kak Nafa, saya ambilkan yang itu dong, saya juga mau membaca buku itu." Seru Ninda sambil menunjuk salah satu buku yang bergambar aneka hewan di rak yang agak tinggi. 
Ninda dan Nafa sibuk melihat buku-buku koleksi perpustakaan 1001 Ilmu, suasana perpustakaan itu cukup bersih dengan tatanan lemari dan rak buku yang cukup rapi. Perpustakaan itu milik seorang anggota DPR RI. Walau beliau tinggal di Ibu kota, tapi beliau  memiliki perhatian yang tinggi terhadap dunia literasi, oleh karena itu beliau mendirikan taman bacaan di desanya.
Tidak hanya sekedar perpustakaan, taman baca itu juga menyediakan tempat bermain untuk anak-anak. Ada ayunan, bandulan, perosotan, dan lain-lain yang sangat digemari anak-anak. 
Selain itu di sisi belakang pustakaan juga ada ruang edukasi yang berisi gambar pakaian adat, senjata tradisional, tarian daerah, dari berbagai wilayah di Indonesia. Anak-anak juga bisa melihat ayam mutiara, burung merak, dan aneka burung yang juga ikut meramaikan taman baca tersebut.
“Ayah, saya sudah bosan melihat buku? Kata Ninda yang sejak awal memang kurang menyukai liburan ke perpustakaan.Sedang Nafa tampak sibuk melihat-lihat buku, satu buku belum dibaca, ia letakkan kemudian beralih melihat buku yang lain. Tampaknya ia bingun mau membaca buku apa. Nafa sedang bereksplorasi melihat-lihat sampul bukunya saja.
“Sebentar Nind, ini lihat ada buku bagus sekali gambarnya?, bujuk Nafa kepada adiknya yang memang sudah bosan.
“Nggak ah! Saya tidak mau melihat buku lagi”. Saut Ninda dengan nada ketus.
“Baiklah Adik Ninda, kita beralih ke taman yuk?, ayo Kakak Nafa ke belakang ruang perpustakaan ini, di sana ada tempat bermainyang cukup bagus”. Kata ayah menengahi.
Mereka bertiga kemudian meninggalkan ruang baca perpustakaan, dan beralih ke taman bermain anak. Sebelum sampai di taman bermain, mereka melewati lorong yang di dindingnya ditempeli aneka kebudayaan dari berbagai wilayah di Nusantara.
“Wah, bagus sekali ini bajunya? Ini dari mana ya Yah?, tanya Nafa sambal menunjuk salah satu pakaian adat yang tertempel di sudut lorong menuju taman bermain.
‘Owh, itu baju adat dari Jambi, warnanya merah merona dengan sulaman benang emas, sehingga bajunya terkesan sangat mewah dan indah Kak”. Jawab ayah menerangkan.
“Tidak hanya Jambi saja yang memiliki pakaian adat mewah, kita punya kekayaan budaya yang sangat beragam, lihat itu yang tertempel di sana, bagus-bagus kan? Sambung ayah menerangkan lebih detail.
“Iya Ayah, bagus-bagus. Nafa sangat suka sekali”.
“Oleh Karena itu anakku, belajarlah yang sungguh-sungguh, pelajarilah kebudayaan adi luhung nenek moyang kita, agar besok menjadi manusia Indonesia seutuhnya, dan yang terpenting cintailah negeri ini dengan segenap cinta, karena kita memiliki khazanah kebudayaan yang sangat kaya sekali”.
“Pakaian adat ini, baru sebagian kecil kekayaan kebudayaan Nusantara, masih banyak mutiara terpendam yang kita miliki, semoga kelak engkau bisa memahaminya”. Lanjut ayah melanjutkan keterangannya.
“Ya sudah, ayo sekarang kalian berdua bermain di sana”, tunjuk ayah ke sebuah ayunan di bawah sebuah pohon yang rindang. Kedua bocah itu kemudian berlari kearah ayunan, mereka siang itu sangat gembira sekali berlibur di perpustakaan, hingga tak terasa waktu telah menjelang senja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar