Minggu, 31 Januari 2021

Silaturrahmi

Silaturrahmi
Oleh: Joyo Juwoto

Kemarin saya diajak teman, untuk bersilaturrahmi di beberapa temannya yang sebagian besar juga teman saya. Silaturrahmi memang menyenangkan dan penuh keberkahan, ini alasan saya mengiyakan ajakan beliau.

Berangkat dari rumah selepas dhuhur, kami serombongan Phanter meluncur ke kota minyak. Di bawah gerimis hujan syahdu mobil yang kami tumpangi membelah jalan raya Bangilan-Cepu yang sudah lumayan bagus, walau di sana-sini masih ada jalan yang rusak dan berlubang. 

Sepanjang perjalanan kami melewati sumur-sumur minyak tua, di wilayah Banyuurip, Kedewan ini memang memiliki sumber minyak yang sudah terkenal sejak jaman Belanda. Sayang kota yang kaya minyak ini sangat kontras dengan kondisi jalannya yang banyak berlubang, walau tadi saya sebut sudah lumayan.

Ketika bedhug Asar ditabuh, kami sudah sampai di rumah Kang Ali. Teman waktu mondok di Pesantren Assalam Bangilan. Beliau asli Singgahan Tuban, yang berdomisili di Cepu karena tugas negara sebagai dosen di salah satu kampus di kota tersebut. Ya, biasa ketemu konco lawas gurau ngalor-ngidul. 

Dari Cepu silaturrahmi kami berlanjut ke seorang teman yang ada di Wado kecamatan Kedungtuban. Di rumah mas Saiful Hadi. Sudah lama saya tidak bertemu secara face to face. Paling hanya saling lihat dan sapa di beranda Facebook saja. Mas Saiful ini pakar bahasa Inggris, pernah belajar di Pare, dan kuliah jurusan bahasa Inggris di salah satu kampus di Bojonegoro.

Setelah panjang lebar bergurau, kami pamit. Mas Saiful berjanji jika ada kesempatan akan dolan ke Bangilan. Napak tilasi beberapa tahun silam pas beliau ikut mengembangkan bahasa Inggris di Pesantren kami yang ada di Bangilan. Ini tentu hal yang cukup menyenangkan, saling dolan mendolani.

Kami pamitan saat adzan magrib berkumandang. Kami magrib di rumahnya mas Faiq  yang serombongan dengan kami dari Bangilan. Rumahnya tidak jauh dari rumahnya mas Saiful. Kami disambut dengan ramah, grapyak semanak dari shohibul bait, dan dijamu mie ayam favorit. Luar biasa berkah melimpah. Kenyang, kemudian pamit pulang, untuk melanjutkan perjalanan silaturrahmi ke Jipangulu, Margomulyo.

Jipangulu ini sebuah desa yang secara administratif ikut Kabupaten Bojonegoro, letaknya berbatasan dengan Menden wilayah Blora yang yang dipisahkan oleh bengawan Solo. Praktis untuk menuju ke sana kami harus naik jukung. Bengawan sedang banjir, satu keberanian tersendiri untuk duduk di jukung yang dijalankan dengan mesin diesel. Walau hati berdebar juga. 

Di Margomulyo ini kami ketemu dengan Pak Yai Badrun. Temannya teman yang se-almamater dengan saya di STIT Muhammadiyah Bojonegoro. Beliau masuk kuliah lewat jalur beasiswa Madin, sedang saya jalur regular. Beliau adik angkatan saya. 

Mas Badrun ini tokoh muda penggerak NU yang progressif. Beliau banyak banyak bercerita tentang lika-liku berjuang di NU di wilayah pedalaman itu. Banyak tantangan yang harus dihadapi, tapi itulah resiko perjuangan. 

Banyak hal yang saya petik dari obrolan itu. Tentang semangat pengabdian dan keikhlasan perjuangan beliau ngurusi NU. Kiprah dan dakwah Kang Badrun patut untuk diteladani. 

Sambil menikmati secangkir kopi hitam yang panas, sembari nglethik kacang obrolan kami tak terasa sudah cukup lama. Sebenarnya masih banyak hal yang ingin Saya ketahui, khususnya terkait dengan petilasan mbah Santri dan goa Sentono yang belum sempat diobrolkan. Mungkin lain waktu. 

Tubuh mulai lelah dan mata ini mulai mengantuk, saat obrolan kami ditutup dengan sebungkus nasi goreng hangat, setelah itu kami pamitan untuk pulang. (Joyo Juwoto) 

Bangilan, 31/01/21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar