Happy Ending
Oleh: Joyo Juwoto
Tanggal 8 Januari 2021, Saya menerima kabar rapid tes kemenakan Saya reaktif. Ya, dia harus rapid tes karena menjadi persyaratan magang
dari pihak sekolah.
Kemenakan Saya saat ini sedang studi di salah satu SMK di kota soto, Lamongan. Dengan kondisi OTG, saat menjalani tes dan hasilnya reaktif, oleh dokter di Lamongan direkomendasikan agar isolasi mandiri selama dua pekan.
Walhasil dia pun pulang ke Bangilan untuk isolasi mandiri. Ketepatan rumah yang Saya tempati direkom keluarga sebagai tempat isolasi. Kami pilih satu kamar bagian belakang yang menjadi satu bagian dengan dapur, kamar mandi, dan toilet. Sangat pas untuk ruang isolasi mandiri.
Apalagi belakang dapur masih ada pekarangan belakang yang bisa dipakai untuk olahraga ringan dan berjemur.
Ruang depan yang terhubung dengan ruang belakang oleh Istri disekat dengan plastik transparan, agar bisa dipakai untuk memantau kemenakan yang sedang menjalani isolasi mandiri dua pekan ke depan.
Tanggal 9 Januari 2021 diantar pak Liknya yang ada di Lamongan, kemenakan Saya tiba di Bangilan. Langsung menempati ruang isolasi yang telah disiapkan sebelumnya.
Kami dan keluarga besar tidak melakukan kontak fisik sama sekali. Percakapan kami lakukan lewat sekat plastik transparan, sama via WhatsApp.
Untuk kebutuhan makan dan minum sehari-hari akan dikirimkan, ditaruh di kursi depan pintu ruang isolasi. Protokol Kesehatan benar-benar harus diterapkan.
Dari Lamongan dokter memberikan tablet multi vitamin dan mineral merk Becom-zet. Dari keluarga menambahi kapsul procumin propolis dan madu. Selain tentu buah-buahan yang harus dikonsumsi sehari-hari seperti jeruk, pisang, dan rambutan.
Hari demi hari berlalu. Terasa lambat, kayak tidak seperti biasanya. Padahal tentu ini hanya perasaan belaka. Karena waktu masih berputar sama. Sehari semalam 24 Jam, satu pekan tujuh hari, dan satu bulan sama dengan antara 30/31 hari.
Setelah berjuang melawan kebosanan hari yang di tunggu pun tiba. Ya begitulah puasa selalu berbuah lebaran, dan isolasi mandiri segera terselesaikan tepat hari jumat kemarin tanggal 22 Januari 2021.
Pagi di hari jumat perasaan kami seperti perasaan orang yang sedang menyambut hari pembebasan. Tapi masih deg-degan juga. Menunggu saat rapid tes nanti hasilnya bagaimana.
Setelah mandi dan sarapan pagi, Saya mengajak kemenakan Saya untuk swab antigen di Jatirogo. Di dokter Intan ternyata ada layanan swab antigen. Kliniknya berada di desa Sugihan sebelum Pasar sapi tepat.
Pada awalnya Saya telah mendaftar tes swab antigen di RS Aisyiyah Bojonegoro. Saya sudah transfer diawal, karena syaratnya demikian. Karena suatu hal Saya batalkan. Saya lalu menghubungi pihak RS. bagaimana jika pendaftaran yang sudah kadung Saya lakukan Saya batalkan.
Pihak RS Aisyiyah menjawab bahwa uang Saya akan dikembalikan utuh. Pagi hari uang itu sudah ditranfer kembali di rekening Saya.
Saya meminta maaf dan mengucapkan terima kasih atas pelayanan yang bagus dan luar biasa dari pihak RS Aisyiyah. Saya tentu senang, uang kembali seratus persen.
Karena Saya punya pengalaman hampir mirip, yaitu saat saya mengirimkan barang via salah satu perusahaan ekspedisi. Setelah Saya daftar Saya batalkan. Saya kena denda sekian persen dari biaya pengiriman. Tapi gak papa. Resiko keteledoran saya.
Kembali tentang tes swab antigen di Jatirogo, sampai di dokter Intan kami ke loket pendaftaran. Kami ditanya mau tes apa, rapid antibodi yang biayanya 150 ribu atau tes swab antigen dengan biaya 250 ribu.
Karena ingin mengetahui kondisi apakah masih ada virus covid 19 yang bersarang di tubuh kemenakan, maka kami memutuskan untuk swab antigen saja. Karena menurut petugasnya, tingkat keakuratannya lebih baik dibanding rapid antibodi. Hasilnya pun juga relatif cepat 20 menitan.
Tak berselang lama, kemenakan Saya di swab, kami harus menunggu sambil hilir mudik. Ada perasaan cemas jika nanti hasilnya tetap pisitif seperti tes pertama di Lamongan. Kami berdoa semoga negatif. Toh di Lamongan kemarin hanya rapid saja. Karena dokter merekom untuk isolasi mandiri, kami pun mengikuti apa kata dokter saja.
Sekitar duapuluh menitan berlalu, petugas memanggil nama kemenakan Saya. Kami pun mendekat. Berdasarkan hasil tes swab antigen kemenakan Saya dinyatakan negatif. Alhamdulillah. Happy ending. (Joyo Juwoto)
Mirip tulisane Dahlan Iskan
BalasHapusSubhanallah
BalasHapusBisa membayangkan.
Bah Ngainun membuat kulo terhalu:)
BalasHapus