Kamis, 12 September 2019

Sains dan Dunia Islam

Sains dan Dunia Islam
Oleh: Joyo Juwoto

Sains dan Dunia Islam adalah sebuah buku tipis yang disarikan dari pidato yang disampaikan oleh Prof. Dr. Abdus Salam, di hadapan para ilmuwan, tokoh masyarakat, dan pejabat-pejabat di Kuwait. Beliau adalah seorang ilmuwan muslim pertama yang mendapatkan hadiah Nobel bidang fisika tahun 1981.

Buku ini setebal 36 halaman. Cukup tipis jika ditilik dari sebuah buku pada umumnya, walau demikian cukup berat bagi saya untuk membacanya. Kurang lebih dua mingguan buku itu selesai saya baca.

Bagi saya pribadi membaca hal yang berbau Sains, atau tulisan yang bergenre ilmiah cukup berat. Pusing kepala ini dibuatnya. Tidak seperti fiksi, yang kadang kalau sedang keranjingan membaca, saya bisa menyelesaikan membaca sebuah novel yang jumlah halamannya ratusan, bisa sekali atau dua kali duduk khatam.

Lha, ini untuk buku tipis saya harus menguras segala daya dan upaya agar bisa khatam. Paham tidak paham pokoknya saya baca. Alhamdulillah, pagi ini selesai terbaca. Walau saya sendiri sulit mengungkapkan apa yang telah saya baca.

Ada beberapa hal yang saya ingat dan saya pahami dari tulisan Prof. Dr. Abdus Salam, diantaranya adalah, bahwa umat Islam seharusnya mampu menguasai dan mengembangkan teknologi, karena itu bagian dari ilmu agama juga.

Dalam Al Qur'an sendiri banyak sekali petunjuk dan ayat tentang teknologi, dan itu perlu dipecahkan oleh umat Islam. Salah satu contoh petunjuk ilmu teknologi yang diberikan Al Qur'an sebagaimana dalam surat 34 ayat: 10-11 Allah berfirman yang artinya:
*Kami lunakkan besi bagi Daud, buat baju besi.*

Ayat ini menginformasikan tentang teknologi logam dan pertambangan yang harus dikuasai oleh umat Islam. Sebelum pertambangan dan teknologi logam sendiri ada, Al Qur'an sudah lebih dahulu menginformasikan hal ini kepada kita, umat Islam.

Namun sayangnya, umat Islam kurang peka dan tidak mau berfikir mendalam tentang hal ini. Kita masih suka beranggapan bahwa yang namanya ilmu agama itu yang hanya menyangkut kehidupan akhirat saja. Seperti ilmu tafsir, hadits, fikih, dan sejenisnya. Kalau ilmu-ilmu umum kita anggap bukan bagian dari ilmu agama.

Dulu sering kita mendengar, untuk apa belajar matematika, fisika, teknologi, toh itu tidak ditanyakan oleh malaikat di alam kubur, sehingga minat umat Islam terhadap ilmu-ilmu saints sangat rendah. Saya rasa ini adalah fakta yang bisa kita lihat di tengah masyarakat.

Dari pemahaman yang demikian, akhirnya umat Islam ketinggalan dalam dunia sains dan teknologi. Umat Islam sibuk berdebat masalah fighiyah, sibuk mempermasalahkan bilangan shalat tarawih, sibuk antara qunut dan tidak, sehingga energi kita habis hanya untuk perdebatan yang sia-sia.

Dari buku tipis yang ditulis oleh Prof. Dr. Abdus Salam ini seyogyanya menyadarkan kepada kita semua umat Islam bahwa Sains dan Teknologi wajib hukumnya dipelajari dan dikuasai oleh umat Islam, tanpa meninggalkan ilmu-ilmu yang lain tentunya. Intinya harus seimbang antar ilmu dunia dan ilmu akhirat.

Bukankah sebelum masa pencerahan/aufklarung dunia barat terbit, umat Islam yang terlebih dahulu menguasai berbagai pengetahuan dan teknologi. Sebut saja Alkhawarizmi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Ibnu Haitam, Jabir bin Hayyan, adalah bukti umat Islam melek sains dan teknologi.

Akhir kata, kita umat Islam  harus bisa mewujudkan doa sapu jagad yang sering kita lantunkan di setiap doa kita "Rabbana aatina fiddun-ya Hasanah, wa file aakhirati hasanah wa qinaa adzaaban naar".

Saya tutup tulisan saya ini dengan perkataan Al Kindi yang dinukil dalam bukunya Prof. Dr. Abdus Salam di lembar pertama:
"Maka bagi kita tidaklah pada tempatnya untuk malu mengakui kebenaran dan mencernakannya, dari sumber mana pun ia datang kepada kita. Bagi mereka yang menghargai kebenaran, tak ada sesuatu yang lebih tinggi nilainya selain kebenaran itu sendiri; dan ia Tak akan pernah meremehkan ataupun merendahkan martabat mereka yang mencarinya". Sekian, semoga bermanfaat.


*Joyo Juwoto. Santri Kreweng, tinggal di Bangilan Tuban.*

1 komentar: