Kamis, 16 Agustus 2018

Percik Cahaya Madrasah Ibtidaiyyah Salafiyah Bangilan

*Percik Cahaya Madrasah Ibtidaiyyah Salafiyah Bangilan*
Oleh : Joyo Juwoto

Siang tadi saat menjemput anak saya pulang dari sekolah, saya bertemu dengan bapak K. Mukhlishin, S.Pd.I. Beliau adalah kepala madrasah Ibtidaiyyah Salafiyah Bangilan, di mana anak saya bersekolah. Setelah berjabat tangan, dan berbasa-basi, Pak yai Mukhlishin mengundang saya secara lisan untuk menghadiri acara milad Madrasah Ibtidaiyyah Salafiyah Bangilan yang akan dilaksanakan malam nanti, bakda sholat Isya'.

Saya tentu merasa senang dan terhormat mendapatkan undangan dari pak yai Mukhlishin. Selain sebagai media komunikasi dan informasi antara pihak madrasah dengan wali santri, yang notabene adalah saya sendiri, saya juga ingin ikut menelusuri dan meneladani uswah hasanah, serta limpahan barakah dari para pejuang madrasah.

Walau siang harinya harus bergelut dengan kegiatan gerak jalan, tapi saya sudah meniatkan diri untuk menghadiri undangan yai Mukhlishin yang tidak ada alasan bagi saya untuk menolaknya. Bisa-bisa su'ul adab jika saya tidak mengiyakan undangan beliau. Dan yang terpenting menolak undangan makan bersama bagi saya  adalah sebuah  kerugian yang  nyata. Bismillah, insyaallah berangkat.

Singkat waktu, bakda Isya' tiba, saya pun dengan semangat berangkat mencari berkat, menghadiri malam ulang tahun madrasah salafiyah ibtidaiyyah Bangilan, yang berada di lokasi masjid besar Alfalah Bangilan.

Madrasah salafiyah ibtidaiyyah Bangilan memperingati HUT yang cukup matang, yaitu di angka 72, berarti madrasah ini berdiri tahun 1946 terpaut satu tahun dengan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia tercinta. Sungguh suatu usia yang cukup matang dan tentunya banyak hal dan sejarah yang telah ditorehkan oleh madrasah generasi awal di kecamatan Bangilan.

Tema yang saya baca di banner yang dijadikan background cukup cetar membahana, sebuah tema reflektif yang menggambarkan dari visi misi madrasah yang berskala nasional dan berwawasan Nusantara yang luar biasa. Berikut saya tuliskan tema yang diusung dalam banner yang merah putih gagah perkasa:

*"Refleksi Kebangsaan*
*73 Tahun Indonesiaku*
*Kerja Kita Prestasi Bangsa*

*72 Tahun MI Salafiyah Bangilan*
*Mendidik Dengan Hati Nurani*
*Menuju Madrasah yang Harmoni*
*Hebat, bermartabat, dan Berakhlakul Karimah"*


Acara yang digelar di halaman madrasah walau sederhana namun cukup khidmat, selain berfungsi sebagai media komunikasi dan informasi antara madrasah dengan wali santri, dengan tokoh masyarakat, dan hubungan antara madrasah dengan lapisan masyarakat Bangilan, kegiatan ini juga sebagai bentuk kesyukuran atas nikmat dan karunia Allah swt.

Mengirimkan doa, membaca tahlil, bertawassul dengan membaca dibaiyyah, serta mengingat kebaikan dan jasa para pejuang madrasah adalah salah satu cara menghargai para pendahulu, karena tanpa perjuangan mereka tentu kita bukanlah apa-apa. Oleh karena itu Bung Karno selalu bilang, "Jas Merah" Jangan Sekali-sekali melupakan sejarah. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pendahulunya.

Setelah rangkaian acara doa dan refleksi selesai, maka acara pun berlanjut dengan membuka tumpeng dan makan bersama. Tumpeng sendiri adalah tumuju marang Pengeran, di mana kita semua berdoa semoga apa yang menjadi harapan baik dari seluruh keluarga besar MI Salafiyah Bangilan terkabulkan. Aamiin allahumma qabul ya Allah ya Rabbal 'alamin.

Saya pun dengan lirih dalam hati yang paling suci, dalam jiwa yang paling bercahaya ikut berdoa, ikut menitipkan asa dan harapan, semoga MI Salafiyah Bangilan menjadi bagian dari percik cahaya Ketuhanan yang menyinari persada bumi Nusantara. Bibarkatil Hadi Muhammad ya Allah, semoga terijabah. Aamiin ya rabbal 'alamin.

*Bangilan, 15 Agustus 2018*

2 komentar:

  1. Da cetar membahana jg,,,
    Barokallaah,,

    BalasHapus
  2. SubhanAllah...adiknya kemerdekaan bangsa kita y Mbah... Alhamdulillah...semoga barokah

    BalasHapus