Minggu, 29 Juli 2018

WhatsApp dan Peluru Dakwah Kontemporer


WhatsApp dan Peluru Dakwah Kontemporer
Oleh : Joyo Juwoto

“Satu Peluru Hanya Bisa Menembus Satu Kepala, Tapi Satu Tulisan Bisa Menembus Ribuan Bahkan Jutaan Kepala” (Sayyid Qutub)

Perkataan Sayyid Qutub di atas sangat relevan dengan era sosmed (sosial media) jaman sekarang. Betapa hari ini belantara media sosial dipenuhi dengan arus informasi dan komunikasi yang tak terbatas. Setiap detik, menit, dan jam, disegala waktu tanpa jeda. Desingan peluru dan bombardir informasi dan komunikasi menerjang smarphone yang ada di tangan kita, menghabiskan paketan quota internet dan ruang penyimpanan dan memori smartphone, baik itu berupa pesan yang berbentuk tulisan, gambar, maupun yang berbentuk video.
Berbagai macam konten kiriman di smartphone yang kita pegang tentu sedikit banyak akan kita lihat dan kita baca, jika pesan-pesan itu berisi hal yang bermanfaat tentu akan memberikan dampak kebaikan bagi kita, namun jika pesan-pesan berantai yang masuk di smartphone kita hanya sekedar guyonan atau berisi hal-hal yang kurang bermanfaat tentu juga akan mempengaruhi kita juga. Oleh karena itu pintar-pintarlah memilih group jejaring sosial yang akan kita ikuti, baik itu group WhatsApp, Line, BBM, Wechat, Kakao dan lain sebagainya.
Jejaring media sosial ini pada dasarnya adalah media untuk menjalin komunikasi dengan sekelompok orang atau dengan anggota group, baik itu group profesi tertentu, group famili, group satu hobi, dan group-group lain yang dibuat untuk tujuan tertentu. Namun tidak jarang pesan-pesan di group kadang-kadang keluar dari tema dan tidak terkendali, baik itu berupa berita hoax, ujaran kebencian, kebohongan, gambar-gambar dan video yang tidak pantas dan berbagai macam konten yang jauh dari nilai kebaikan dan tidak mendidik, ini yang perlu kita waspadai.
Sejatinya jika kita mau menyadari dan memanfaatkan jejaring media sosial semisal WhatsApp untuk menangguk amal kebaikan yang berbuah pahala tentu akan sangat berguna sekali. Karena diakui atau tidak hari ini benda yang paling banyak dipegang dan dilihat di setiap waktu adalah smartphone. Bangun tidur pertama kali yang dipegang HP atau smartphone, kumpul-kumpul dengan teman HP tidak akan lepas dari tangan, di rumah, di tempat kerja, di pasar, bahkan di tempat ibadah HP selalu eksis dan tidak pernah ketinggalan.
Jika melihat fenomena perilaku masyarakat yang sedemikian, dan melihat revolusi informasi dan komunikasi di jejaring sosial yang sangat marak, maka ini adalah kesempatan bagi kita untuk menjadikan WhatsApp dan media sosial lainnya sebagai salah satu media alternatif dan jalan dakwah di era sekarang.
Dakwah memiliki banyak jalan, sebagaimana pepatah “Seribu Jalan Menuju Roma” Begitu pula dakwah memiliki seribu jalan yang lika-likunya bisa ditempuh oleh para da’i. Da’i yang saya maksud di sini bukan sekedar para ustadz dan pembicara di mimbar-mimbar agama, di panggung-panggung pengajian, di majelis-majelis ilmu, namun da’i di sini adalah kita semua, seluruh umat Islam yang mempunyai kewajiban untuk berdakwah sebagaimana yang dikatakan oleh Hassan Al-Banna “Nahnu Du’at Qabla Kulli Syai’in” (Kita adalah da’i sebelum segala sesuatu).
Dakwah dengan tulisan sebagaimana yang dikatakan oleh Sayyid Qutub di atas sangat cocok dengan model dakwah WhatsApp dan media sosial lainnya. Satu tulisan yang kita lepaskan bisa menjadi peluru dakwah kontemporer yang menembus ribuan bahkan jutaan kepala para pembaca di majelis WhatsApp, oleh karena itu mari menulis dan menyebarkan tulisan yang baik agar tulisan tersebut membawa manfaat dan menjadi media dakwah di media sosial.
Selain menulis sendiri kita juga bisa ikut menyebarkan konten-konten yang bermanfaat yang ditulis dan dibuat oleh orang lain. Hanya saja kita harus saring sebelum sharing berita-berita dan tulisan di media sosial, kita harus mampu menahan jari-jari kita untuk tidak memencet tombol forward tanpa membaca isi dari berita dan mengecek kebenaran suatu berita, atau jika kita memang belum tahu lebih baik kita diam saja tanpa perlu ikut menyebarkan sesuatu yang tidak jelas. Diam dan menahan diri itu lebih baik daripada kita asal pencet, asal share.
Oleh karena itu mari membiasakan diri menulis dan mengeshare sesuatu yang baik dan bermanfaat di group-group media sosial yang kita ikuti, atau setidaknya jangan ikut-ikutan dan latah mengeshare berita-berita yang tidak jelas jluntrungnya.

*Joyo Juwoto, Santri Pondok Pesantren ASSALAM Bangilan Tuban. Buku yang sudah ditulisnya adalah: Jejak Sang Rasul (2016); Secercah Cahaya Hikmah (2016), Dalang Kentrung Terakhir (2017,) Cerita Dari Desa (proses) (2018) dan telah menulis beberapa buku antologi. Penulis bisa dihubungi via whatsApp di nomor 085258611993 atau kunjungi blognya di www.joyojuwoto.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar