WhatsApp
dan Peluru Dakwah Kontemporer
Oleh
: Joyo Juwoto
“Satu
Peluru Hanya Bisa Menembus Satu Kepala, Tapi Satu Tulisan Bisa Menembus Ribuan
Bahkan Jutaan Kepala” (Sayyid Qutub)
Perkataan
Sayyid Qutub di atas sangat relevan dengan era sosmed (sosial media) jaman
sekarang. Betapa hari ini belantara media sosial dipenuhi dengan arus informasi
dan komunikasi yang tak terbatas. Setiap detik, menit, dan jam, disegala waktu tanpa
jeda. Desingan peluru dan bombardir informasi dan komunikasi menerjang
smarphone yang ada di tangan kita, menghabiskan paketan quota internet dan
ruang penyimpanan dan memori smartphone, baik itu berupa pesan yang berbentuk
tulisan, gambar, maupun yang berbentuk video.
Berbagai
macam konten kiriman di smartphone yang kita pegang tentu sedikit banyak akan
kita lihat dan kita baca, jika pesan-pesan itu berisi hal yang bermanfaat tentu
akan memberikan dampak kebaikan bagi kita, namun jika pesan-pesan berantai yang
masuk di smartphone kita hanya sekedar guyonan atau berisi hal-hal yang kurang
bermanfaat tentu juga akan mempengaruhi kita juga. Oleh karena itu
pintar-pintarlah memilih group jejaring sosial yang akan kita ikuti, baik itu
group WhatsApp, Line, BBM, Wechat, Kakao dan lain sebagainya.
Jejaring
media sosial ini pada dasarnya adalah media untuk menjalin komunikasi dengan
sekelompok orang atau dengan anggota group, baik itu group profesi tertentu,
group famili, group satu hobi, dan group-group lain yang dibuat untuk tujuan
tertentu. Namun tidak jarang pesan-pesan di group kadang-kadang keluar dari
tema dan tidak terkendali, baik itu berupa berita hoax, ujaran kebencian,
kebohongan, gambar-gambar dan video yang tidak pantas dan berbagai macam konten
yang jauh dari nilai kebaikan dan tidak mendidik, ini yang perlu kita waspadai.
Sejatinya
jika kita mau menyadari dan memanfaatkan jejaring media sosial semisal WhatsApp
untuk menangguk amal kebaikan yang berbuah pahala tentu akan sangat berguna
sekali. Karena diakui atau tidak hari ini benda yang paling banyak dipegang dan
dilihat di setiap waktu adalah smartphone. Bangun tidur pertama kali yang
dipegang HP atau smartphone, kumpul-kumpul dengan teman HP tidak akan lepas
dari tangan, di rumah, di tempat kerja, di pasar, bahkan di tempat ibadah HP
selalu eksis dan tidak pernah ketinggalan.
Jika
melihat fenomena perilaku masyarakat yang sedemikian, dan melihat revolusi
informasi dan komunikasi di jejaring sosial yang sangat marak, maka ini adalah
kesempatan bagi kita untuk menjadikan WhatsApp dan media sosial lainnya sebagai
salah satu media alternatif dan jalan dakwah di era sekarang.
Dakwah
memiliki banyak jalan, sebagaimana pepatah “Seribu Jalan Menuju Roma” Begitu
pula dakwah memiliki seribu jalan yang lika-likunya bisa ditempuh oleh para da’i.
Da’i yang saya maksud di sini bukan sekedar para ustadz dan pembicara di
mimbar-mimbar agama, di panggung-panggung pengajian, di majelis-majelis ilmu,
namun da’i di sini adalah kita semua, seluruh umat Islam yang mempunyai
kewajiban untuk berdakwah sebagaimana yang dikatakan oleh Hassan Al-Banna “Nahnu
Du’at Qabla Kulli Syai’in” (Kita adalah da’i sebelum segala sesuatu).
Dakwah
dengan tulisan sebagaimana yang dikatakan oleh Sayyid Qutub di atas sangat
cocok dengan model dakwah WhatsApp dan media sosial lainnya. Satu tulisan yang
kita lepaskan bisa menjadi peluru dakwah kontemporer yang menembus ribuan
bahkan jutaan kepala para pembaca di majelis WhatsApp, oleh karena itu mari
menulis dan menyebarkan tulisan yang baik agar tulisan tersebut membawa manfaat
dan menjadi media dakwah di media sosial.
Selain
menulis sendiri kita juga bisa ikut menyebarkan konten-konten yang bermanfaat
yang ditulis dan dibuat oleh orang lain. Hanya saja kita harus saring sebelum
sharing berita-berita dan tulisan di media sosial, kita harus mampu menahan
jari-jari kita untuk tidak memencet tombol forward tanpa membaca isi
dari berita dan mengecek kebenaran suatu berita, atau jika kita memang belum
tahu lebih baik kita diam saja tanpa perlu ikut menyebarkan sesuatu yang tidak
jelas. Diam dan menahan diri itu lebih baik daripada kita asal pencet, asal
share.
Oleh
karena itu mari membiasakan diri menulis dan mengeshare sesuatu yang baik dan
bermanfaat di group-group media sosial yang kita ikuti, atau setidaknya jangan
ikut-ikutan dan latah mengeshare berita-berita yang tidak jelas jluntrungnya.
*Joyo Juwoto,
Santri Pondok Pesantren ASSALAM Bangilan Tuban. Buku yang sudah ditulisnya
adalah: Jejak Sang Rasul (2016); Secercah Cahaya Hikmah (2016), Dalang Kentrung
Terakhir (2017,) Cerita Dari Desa (proses) (2018) dan telah menulis beberapa buku
antologi. Penulis bisa dihubungi via whatsApp di nomor 085258611993 atau
kunjungi blognya di www.joyojuwoto.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar