Inilah
Faktor Kebuntuan Dalam Menulis
Oleh
: Joyo Juwoto
Aktivitas
menulis adalah sebuah keahlian yang harus selalu diasah setiap waktu, tidak
jarang setelah kita vakum beberapa saat dari aktivitas menggerakkan jari di
tombol keyboard, atau sekedar membuat coretan di selembar kertas terasa sangat
berat. Ada tembok tebal yang menjadi penghalang untuk menuangkan ide dari
pikiran melalui sebuah tulisan. Pokoknya bingung, mau memulai menulis dari
mana, dan apa yang akan kita tulis.
Saya
sendiri belum berwawancara dengan para penulis handal dan profesional, apakah
kondisi yang sedemikian ini pernah mereka rasakan atau tidak. Jadi apa yang
saya tuliskan di paragraf pertama mungkin hanya terjadi pada penulis pemula
yang masih mencari-cari bentuk sebuah tulisan. Saya yang memang masih amatiran dalam dunia tulis-menulis sangat
merasakan kemampatan ide dalam membuat sebuah tulisan. Walau itu sebuah tulisan
yang sangat sederhana sekalipun.
Jika seseorang sudah membiasakan diri dalam
menulis, dan berkomitmen untuk selalu menulis setiap hari, menurut apa yang
saya amati di group-group literasi, seakan ada saja yang mereka tulis, dari hal
yang sederhana hingga ke hal-hal yang rumit bin njlimet, ilmiah, dan bahkan bernas.
Hal ini yang mungkin masih menjadi masalah dan kendala bagi para rombongan
penulis pemula dan amatiran seperti saya.
Di
bulan-bulan lalu hampir setiap dua hari sekali ada saja tema yang bisa saya
tulis, dalam sebulan paling tidak ada sekitar 15-19 buah tulisan yang saya
hasilkan. Namun bulan kemarin (Juni) saya baru bisa memproduksi 5 judul tulisan,
sungguh kemunduran yang sangat ekstrim. Untuk bangkit dari keterpurukan tidak
menulis ternyata juga tidak mudah, perlu semangat dan asupan gisi literasi
untuk mencairkan kebekuan otak. Di bulan Juli hingga saat ini baru tulisan ini
yang berusaha saya buat. Dan saya bertekad tulisan ini harus sampai di titik
paragraf terakhir.
Menilik
dari kebekuan saya dalam menulis ada beberapa sebab yang bisa saya petakan, diantaranya
adalah:
Pertama,
kurangnya tekad untuk selalu menulis setiap hari. Ya, benar tekad ini
sangat menentukan seseorang untuk menulis, dan saya kira bukan hanya dalam hal
menulis saja, semua hal membutuhkan kata tekad. Jika tidak ada kata tekad, maka
selamanya kita tidak akan melakukan apapun kecuali hanya kesia-siaan belaka.
Kedua,
Kurangnya istiqamah dalam menulis. Jika seseorang sudah mengikrarkan
diri menjadi penulis, atau setidaknya punya keinginan menulis, maka sifat
istiqamah ini sangat penting sekali. Usahakan setiap hari harus menulis,
sesibuk apapun jangan sampai berdiam diri tanpa menulis sedikitpun, sebuah tema
tulisan tidak harus jadi dalam satu waktu dan tanpa berpindah tempat duduk,
kita bisa menuliskannya secara bertahap, yang penting istiqamah setiap hari.
Ketiga,
Kurang asupan gizi dalam membaca. Aktivitas membaca memang tidak ada
kaitannya dengan aktivitas menulis secara langsung,tetapi diakui atau tidak
tanpa membaca seseorang akan kebingungan mau menulis. Membaca di sini tidak
hanya sekedar membaca buku, namun membaca dalam arti lebih luas lagi yaitu
melihat lingkungan dan sekeliling kita. Jika seseorang mau menulis tentu ia
harus pintar-pintar membaca.
Keempat,
malas beli buku. Mungkin ini bisa dikatakan sesuatu
yang mengada-ada, atau hanya sekedar mitos atau pun iklannya bakul buku dan
penulis, tapi menurut pengalaman saya pribadi, saya punya tekad menulis karena
saya banyak membeli buku. Dengan membeli buku akhirnya terbit dalam hati saya
keinginan untuk menulis, walau hasil tulisan saya belum sebanyak buku yang saya
beli, tetapi dari kecintaan beli buku ini akhirnya memantik kecintaan saya
dalam menulis. Mendapatkan sebuah buku memang tidak hanya dengan cara membeli,
bisa jadi dari hadiah teman, pinjam dari teman, pinjam dari perpustakaan dan
beragam cara lainnya, namun yakinlah dengan banyak membeli buku maka keinginan
menulis itu akan muncul, setidaknya begitulah yang selama ini saya yakini.
Demikian
beberapa hal yang saya rasakan ketika menghadapi bencana kebuntuan menulis itu melanda.
Walau secara teori saya mampu mendeteksi faktor dan sebab kebuntuan saya dalam
menulis, tetapi lagi-lagi saya tetap kesulitan dan gagal jika mengalami masa
kebuntuan. Karena pada dasarnya jika ingin menulis jangan banyak berteori dan
bermotivasi, cukup lakukan tiga hal saja, menulis, menulis, dan terus menulis.
Jangan pernah berhenti menggerakkan jari, walau nanti yang muncul kata yang tak
terbaca sekalipun. Wjdkvbkdslkmlkagds,rbhdvisjkan,,,,jkbdjhd.vdsj.ksafb. Salam
Literasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar