Kali
Kening Ngabuburead dan Bercengkrama Bersama Kerbau
Oleh
: Joyo Juwoto
Sore
itu (Kamis, 31 Mei 2018) Komunitas Kali Kening mengadakan kegiatan rutinan ngobrol buku di
bulan puasa dengan tema Ngabuburead
dan bercengkrama dengan kerbau. Kegiatan ini
dilaksanakan di desa Kumpulrejo dusun Tawun Kec. Bangilan. Tepatnya di rumah
saudara Suliswanto, salah seorang anggota Kali Kening yang tinggal di dusun Tawun desa Kumpulrejo.
Kami
dari teman-teman Komunitas Kali Kening, harus mengucapkan banyak terima kasih
kepada Mas Suliswanto dan keluarganya, keluarga yang penuh barakah dan cahaya
kebahagiaan ini telah menerima kami dengan sangat grapyak sumanak di
rumahnya. Kami dijamu untuk ta’jil dan
buka puasa dengan aneka masakan yang membuat kami susah berhenti makan. Maknyus
sekali. Ada es buah, ada es kopyor, ada pisang goreng, tempe, tahu isi, yang
gurih dengan ceplusan lombok yang membuat lidah ini minta lagi, lagi dan lagi.
Belum lagi menu buka puasa yang membuat air liur ini mengalir seperti sumber
air yang tak kering, nasi putih dengan asem-asem adalah menu yang sangat
memanjakan lidah kami semua.
Ngabuburead
yang cukup sempurna di pertengahan bulan puasa yang penuh keberkahan membawa
berkah tersendiri bagi kami. Belum lagi kegiatan bercengkrama dengan kerbau di
kandang yang berada di tepi hutan juga cukup mengasyikkan. Perjalanan di senja
hari dengan semilir angin dari balik punggung gunung katong dengan pohon-pohon
yang menjulang di tepian jalan bagaikan memberkati perjalanan kami. Belum lagi
senyum dan sapa penduduk dengan segala keakrabannya serasa menyambut dan
mengucapkan selamat datang di dusun Tawun.
Tawun
adalah sebuah dusun yang jaraknya lumayan jauh dari kota kecamatan Bangilan,
letaknya berada di sebelah utara dari peta wilayah yang juga menjadi daerah
perbatasan kecamatan Bangilan dengan kecamatan dibagian utara, yaitu wilayah
kecamatan Kerek. Dusun Tawun ini secara geografis relatif berada di
tengah-tengah hutan. Walau jalan menuju
lokasi dusun Tawun sudah beraspal dan cukup bagus, karena memang hampir semua
jalan raya di kabupaten Tuban sudah terakses dengan baik.
Kegiatan
Ngabuburead yang dilaksanakan Komunitas Kali Kening kali ini tergolong unik dan
menarik, selain mengadakan agenda literasi seperti biasanya, agenda kali ini
juga menyertakan kegiatan out bond bercengkrama dengan kerbau. Bagi saya ini
adalah terobosan yang luar biasa, selain memprofokasi untuk membaca dan menulis
Kali Kening juga mengajak anggotanya untuk melek lingkungan dengan cara melihat
binatang kerbau yang mungkin sudah jarang ditemui. Di wilayah Bangilan sendiri
tidak semua desa penduduknya beternak kerbau, kalau sapi bisa dipastikan
disemua desa yang ada di Bangilan pasti
memiliki.
Tentang
beternak kerbau ada hal unik yang dilakukan oleh penduduk desa Tawun. Jika
biasanya peternak ternak sapi, kambing dan kerbau membuat kandang di sekitar
rumah, hal ini tidak berlaku bagi para peternak kerbau yang ada di duwun Tawun.
Warga Tawun yang memiliki kerbau membuat kandang di tepi-tepi hutan yan jauh
dari perumahan penduduk. Kerbau-kerbau itu hanya dibuatkan kandang berupa
kalangan terbuka tanpa atap yang hanya di pagari bambu ala kadarnya. Dan yang
ajaib kerbau itu setelah pagi hingga sore hari digembalakan di dalam hutan,
kerbau dikandangkan kemudian ditinggal pulang oleh pemiliknya tanpa dijaga.
Mendengar
cerita itu dari Mas Suliswanto saya kaget, “Lho apakah tidak takut kerbaunya
dicuri orang? tanya saya. Eh, ternyata hal demikian itu sudah biasa dilakukan
oleh warga, dan nyatanya dari zaman dahulu hingga sekarang tradisi membiarkan
kerbau di tepi hutan tanpa penjaga adalah hal yang lumrah dan biasa. Memang hal
yang sedemikian sudah menjadi tradisi yang turun temurun di tengah masyarakat
dusun Tawun dan sekitarnya. Adat tradisi yang luar biasa, kearifan lokal yang
sedemikian yang telah mengakar dalam
perilaku masyarakat perlu diketahui dijaga dan dilestarikan oleh generasi
selanjutnya. Dan tentunya perilaku baik dari masyarakat Tawun ini bisa menjadi
contoh dan inspirasi bagi masyarakat Indonesia di manapun berada.
Saya
cukup gembira dengan kegiatan sore kemarin, dan tentunya teman-teman Kali
Kening juga, melihat kerbau dari dekat adalah hal yang membahagiakan, apalagi
saya sempat berusaha menaklukkan kerbau untuk saya naiki punggungnya. Saya jadi
teringat sosok Joko Tingkir yang dengan gagah berani menaklukkan kerbau yang
sedang mengamuk kesetanan, wah, saya sebenarnya juga sempat ngeri jika
membayangkan kerbau yang akan saya naiki mengamuk. Apalagi tanduk kerbaunya
cukup besar dan runcing.
Tidak
mudah ternyata baru ketemu dan baru kenal dengan kerbau lalu dengan enaknya
kita menaiki punggungnya. Saya harus cukup sabar melakukan pendekatan dengan
cara mengelusnya perlahan, kemudian saya mencoba berkali-kali untuk menaiki
kerbau itu, walau agak susah namun woww!!! akhirnya saya bisa juga berada di
punggung banteng jinak, walau hanya beberapa menit saja, ya beberapa menit,
karena kemudian saya dilempar dari punggungnya, walau hitungan menit tapi hal
ini cukup membuat saya bahagia.
Dalam
hitungan menit di punggung kerbau saya berfikir, saumpama naik kerbau dijadikan
sebuah festival dan rangkaian rekreasi kayaknya bagus dan unik. Kegiatan ini
bisa dilaksanakan satu tahun sekali bersamaan dengan kegiatan bersih desa.
Kerbau-kerbau yang akan dinaiki tentu harus kerbau yang sudah terlatih dan
biasa ditunggangi biar mereka tidak menyusahkan penumpang, dan saya kira ini
bisa. Jika kerbau biasa dinaiki saya rasa kerbau itu cukup jinak dan
menyenangkan, sayangnya sekarang ini sudah jarang sekali kerbau yang dinaiki
jadi ketika mereka dinaiki mereka kaget dan menyangka kita mengganggu
kenyamanannya.
Wah,
bagus tidak ya kira-kira destinasi wisata naik kerbau? Jika ada saya tentu akan
meluangkan waktu untuk berwisata dengan naik kerbau di pedalaman Tawun. Sungguh
mengasyikkan kayaknya. Ayo teman-teman adakah yang mau berwisata naik kerbau?
Tawun mungkin bisa mewujudkan impian ini. Sangat menyenangkan sekali rasanya.
Pernah diceritain kawan yang pernah tinggal di Australia "Disana sangat aman, sy pernah kehilangan mobil dan cukup telepon polisi mobil saya bisa kembali". Nah awalnya sy tertarik, eh ternyata di Tuban Kabupaten tercinta ini, ada dusun yg bahkan membiarkan kerbaunya dipinggir hutan tanpa pengamanan berarti tapi tidak ada yg hilang. MasyaAllah :-)
BalasHapusEnggih mas, kerbau-kerbau aman berkat kearifan lokal masyarakat yang masih dijaga dan dipertahankan hingga kini. Salut
BalasHapus