Oleh
: Joyo Juwoto
Pernah
melihat film kartun dari negeri jiran Malaysia, Ipin dan Upin? Film ini sangat
digemari oleh anak-anak Indonesia, termasuk saya yang sudah tdak anak-anak juga
sangat suka melihat kartun ini. Dua bersaudara gundul-gundul pacul ini tinggal
di suatu kampung yang dikenal dengan nama Kampung Durian Runtuh. Ditilik dari
namanya tentu dalam bayangan kita kampung ini terdapat pohon duriannya. Ya
memang begitu, sebuah nama kampung biasanya mengisyaratkan tentang kondisi
topografi maupun goegrafis kampung itu sendiri.
Saya
selalu membayangkan bahwa ketika musim durian, Kampung durian runtuh ini akan
berpesta pora dengan aroma sedap buah durian, atau lebih hebohnya ada semacam
festival buah durian. Wuihh! mantap dan begitu menyenangkannya ya tinggal di
kampung durian atau setidaknya dekat dengan kampung itu.
Saya
yang di Bangilan membayangkan andai pohon durian bisa tumbuh dan berbuah di
daerah saya sini, alangkah enaknya. Maklum secara geografis Bangilan dan
sekitarnya bukanlah tempat yang cocok untuk jenis tumbuhan dari daerah berhawa
sejuk dan dingin ini. Lebih-lebih penduduk Bangilan dan sekitarnya belum ada
yang menanam pohon durian secara serius. Mungkin ya tadi sebabnya kondisi alamnya
tidak cocok dengan tanaman berbau tajam dan berkulit duri lancip ini.
Tak
disangka tak dinaya, seperti alam yang terus berubah ternyata di dekat
daerah saya, tepatnyadi desa Jlodro Kec. Kenduruan kok ada penduduk yang
memiliki beberapa pohon durian. Ini tentu sangat langka, Dan hebatnya pohon ini
ternyata bisa menghasilkan buah. Saya mengetahui ini dari membaca salah satu
pemberitaan media online, wah saya terpana ternyata di dekat kampung saya ada
juga kampung yang mirip dengan kampungnya Ipin Upin tadi.
Sebenarnya
setelah saya telisik di mbah google, pemberitaan mengenai pohon durian di
Jlodro sudah ada sejak Februari 2017. Bahkan oleh pihak pemerintah desa
dan kecamatan produk durian dari Jlodro telah dipamerkan juga dalam produk
unggulan khas Kenduruan selain tape tawaran yang terkenal seantero kabupaten. Berarti
sudah satu tahun yang lalu buah durian ini dikenalkan kepada publik. Eh ngapain
saja ya saya, kok baru mengetahuinya sekarang?
Demi
membaca pohon durian yang tumbuh dan berbuah di dekat kampung saya, maka tanpa
perlu banyak pertimbangan satu, dua dan tiga, saya pun meluncur ke lokasi
dengan istri dan anak-anak saya. Wah keren sekali ini, sekalian wisata kuliner
buah durian di kampung Jlodro Kenduruan yang telah menjelma menjadi kampung
durian runtuh ala Ipin dan Upin.
Untuk
mencapai lokasi desa Jlodro dari tempat saya tidak jauh, sekitar 30 menitan
sudah sampai di lokasi. Terlebih jalannya sudah beraspal dan cukup bagus. Saya
yang dari Bangilan langsung mengambil rute dari kota kecamatan Bangilan ke
barat lewat desa Sidotentrem terus menembus hutan ke barat arah Nglateng. Dari Nglateng saya
mengambil arah tanjakan desa Jamprong yang kemudian sampai di jalan raya Sokogunung.
Dari Sokogunung ini Jlodro sudah sangat dekat sekali, karena memang dua desa
ini saling berbatasan.
Sesampai
di desa Jlodro saya pun langsung beraksi bertanya-tanya kepada warga yang saya
temui tentang pohon durian yang berbuah di desa mereka. Ternyata memang tidak
susah mencari berita yang sudah viral di media sosial. Langsung saja saya pun
ke rumah salah satu warga yang memiliki pohon durian. Ya, saya ke rumah Mbah
Sumijan, salah seorang yang mendapat berkah dari pohon duriannya yang berbuah
cukup lebat. Wah ternyata bener ya, di desa Jlodro Kenduruan terdapat kampung
durian runtuh kayak di film kesukaan anak-anak saya itu.
Eh,
cukup sekian dulu ya cerita saya mengenai kampung durian di desa Jlodro Kec.
Kenduruan, nanti kalau ada waktu saya tuliskan juga serunya perjalanan berburu
durian di kampung durian Jlodro. Daa... terima kasih.
Mantap durennya...
BalasHapusharga nya per buah piro pak
BalasHapus30-50 an, yg kecil ada yg harga 25..
HapusSemoga di masa mendatang bisa jadi agro wisata yang dikenal luas ya.
BalasHapus