Jumat, 29 April 2016

Ayo ke Gravika Printing

Selamat pagi sobat-sobat semua diseluruh Nusantara, di era yang serba internet seakan tidak ada pemisah dan tanda jeda diantara kita. Tidak ada kota dan desa di ranah dunia maya. Semua menyatu dalam kata globalisasi.

Di mana pun sobat-sobat semua jarak tidak lagi menghalangi kita untuk berinteraksi, semua serba mudah. dunia hanya berada di genggaman tangan. Oleh karena itu sobat-sobat di mana pun berada jika Anda semua membutuhkan berbagai fasilitas yang berkenaan dengan :

- Jasa Pengetikan - Pembuatan Stempel Flash / Runaflek (Stempel kayu) - Pembuatan ID Card / Kartu Nama - Undangan - Cetak Baner - Vandel - Instalasi Windows - Service Laptop / Komputer Datang saja ke alamat ini : - Gravika Print Jl. Raya Kauman Bangilan (sebelah utara Masjid Al-Falah) Hub : 085655080274 / 082243412927

Tempatnya mudah dijangkau, khususnya sobat semua yang berada di ring satu Kec. Bangilan. Ayo datang ke Gravika Printing. Jika sobat butuh road mapnya di sini tinggal diklik saja tombolnya.


Minggu, 24 April 2016

Kuliner Tuban : “BAKSO MALVINAS (Daging Sapi Asli)”

Kuliner Tuban : “BAKSO MALVINAS (Daging Sapi Asli)”

Bapak Salam atau yang biasa di kenal dengan nama Pak Men dan isrtinya Bu Siti, beliau berdua adalah orang yang pertama kali membuat bakso di kecamatan Bangilan. Mereka mulai berdagang pada tahun 1980, tp tempat yang pertama kali mereka gunakan untuk berjualan bukan di kec. Bangilan, melainkan di kecamatan Senori.

Beberapa tahun kemudian beliu pindah tempat di depan Pasar bangilan/ Karena beliau (Pak Men dan Istrti) yang mulai renta,sekarang bakat membuat bakso pun di turunkan kepada anak-anaknya. Dua orang anak yang sekarang mempunya i warung warisan, yang eprtama mbak Rodliah yang menggunakan warung di dalam pasar, dan hanya buka di pagi hari. Kedua bu Hidayah beserta suaminya pak Imam (Gondrong) menempati warung yang berada di depan indomaret Bangilan. Warung tersbut di namai Bakso Malvinas/ Daging Sapi Asli.

Warung tersebut buka di pagi hari sampai malam hari, keculai hari jum’at, warung hanya buka mulai senja hingga malam hari sekitar jam 22.30 wib. Seperti yang tertera di atas, Bakso ini terbuat dari daging Sapi Asli tanpa ada campuran daging ayam sedikitpun. Memang sudah dari dulu bumbu untuk membuat bakso tidak pernah ganti, dan itu harus di jaga, karena jika rasa Bakso berbeda akan membuat pembeli kecewa, apalagi pembeli yang sudah berlangganan dengan kami, meraka bisa saja tidak suka, karena kualitas itu sangat penting.

Di warung Bakso Malvinas juga ada jajan-jajan lain, seperti: makroni balado, makroni manis, kerupuk, usus goreng dll, minumannya juga ada es teh, teh anget, fanta, sprit dll. Kalau Bakso pasti tidak lepas dengan namanya lontong, di warung Malvinas teman bakso tidak hanya lontong, melainkan juga ada nasi jagung. Kebanyakan orang memang belum tau, kalau Bakso itu juga sangat cocok kalau di makan bersama nasi jagung.

Bakso Malvinas mempunyai banyak porsi. 1. Bakso Biasa (6.000), 2. Mie-So (8.000), 3. Bakso Tetelan (8.000), 4. Bakso Telur (10.000) dan Bakso Telur + Tetelan (12.000). Mungkin anda belum tau tetelan itu apa, jika ingin tahu langsung saja datang ke Bakso Malvinas. Bakso Malvinas / Bakso Sapi Asli ini sering di kenal masyarkat sekitar dengan julukan Bakso Pak Imam Gondrong. Melvin

Merawat Kemanusiaan Yang Adil dan beradab

Merawat Kemanusiaan Yang Adil dan beradab

Dimensi kemanusiaan adalah dimensi yang universal, tanpa memandang sekat-sekat keduniaan, ras, atau kelompok sosial. Kemanusiaan harus diakui sebagai milik semua bangsa, semua golongan, dan seluruh kelas sosial di tengah-tengah masyarakat, serta oleh semua agama di dunia ini.

Namun, kadang sebagai manusia beragama, kita justru gagal menerapkan nilai-nilai kemanusiaan. Umat Islam merasa bahwa manusia hanyalah orang Islam. Umat Kristen merasa bahwa manusia hanyalah orang Kristen. Begitu pula penganut agama lain. Ini adalah kegagalan laten yang, ironisnya, justru sering dipelihara dan dipupuk oleh para pemeluk agama, bahkan oleh para tokoh-tokohnya.

Agama adalah pondasi utama dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Hal ini adalah sesuatu yang pokok. Maka, jika agama adalah hal yang pokok, mengapa dasar falsafah bangsa Indonesia bukan agama? Mengapa tidak menggunakan Injil saja, atau Weda, Tripitaka, atau karena mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim  mengapa tidak menggunakan Al-Qur’an dan Hadits?

Agama adalah rumah besar; ia merupakan kumpulan dari nilai-nilai ubudiyah dan muamalah. Jika kita mempertentangkan agama dengan Pancasila, itu adalah ketidakadilan. Jika Pancasila dihadapkan secara langsung dengan Injil, Weda, Tripitaka, atau Al-Qur’an, tentu saja Pancasila akan kalah. Sebab, pada hakikatnya, Pancasila adalah anak ideologis dari nilai-nilai yang bersumber dari kitab-kitab suci tersebut. Pancasila adalah anak, dan orang tuanya adalah ajaran suci dari agama-agama. Maka, janganlah Pancasila dipertentangkan dengan bapaknya sendiri. Justru Pancasila harus dirawat oleh “bapak-bapaknya” agar tercapai maksud dan tujuan dari Pancasila itu sendiri.

Anggap saja Pancasila sebagai metode atau cara untuk mengomunikasikan nilai-nilai agama kepada bangsa Indonesia. Rasulullah SAW pun bersabda: “Omongilah manusia sesuai dengan kadar berpikirnya.” Maka, jangan terburu-buru menganggap Pancasila sebagai produk kafir, produk Yahudi, Cina, atau Jepang. Bangsa Indonesia memahami nilai-nilai keislaman dengan pendekatan yang sesuai, dan Pancasila adalah salah satunya. Oleh karena itu, jangan salahkan para pendiri bangsa yang memilih Pancasila sebagai cara berkomunikasi dengan rakyat Indonesia.

Pancasila adalah kesatuan nilai yang utuh dari sila pertama hingga sila kelima. Nilai-nilai ini tidak bisa dipisahkan dan tidak dapat diambil secara sepotong-potong. Harus utuh. Menurut Cak Nun, tujuan berbangsa dan bernegara adalah sila kelima, yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Jika tujuan sila kelima belum tercapai, tentu ada masalah di sila keempat, yakni Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Jika sila keempat gagal, berarti ada masalah di sila ketiga: Persatuan Indonesia. Sila ketiga gagal karena tidak diterapkannya sila kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Dan sila kedua akan gagal apabila sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa belum beres. Bahkan, menurut saya, ketidakberesan pada sila pertama justru kembali bermuara pada kegagalan dalam menghayati sila kedua: nilai kemanusiaan.

Nilai kemanusiaan adalah nilai agung di hadapan apa pun di muka bumi ini, bahkan di langit sekalipun. Manusia sebagai makhluk bumi tidak akan mampu menggapai derajat makhluk langit tanpa terlebih dahulu menjadi manusia yang manusiawi. Simaklah sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadits:
“Irhamuu man fil ardhi, yarhamukum man fis samaa’: Sayangilah penduduk bumi, niscaya yang di langit akan menyayangimu.”

Ini adalah sabda luar biasa yang hanya mungkin keluar dari lisan yang mulia. Hanya dengan menyayangi penduduk bumilah, Dzat yang di langit akan menyayangi kita.

Inilah alasan mengapa masalah ketuhanan kita tidak akan pernah beres jika kita tidak membumi, jika kita tidak mengaplikasikan nilai-nilai langit demi kebaikan bumi. Jangan pernah merasa memiliki legalitas kebenaran hanya karena berbuat destruktif atas nama langit. Kebenaran tidak bisa diklaim hanya dengan mengucap “Demi Tuhan.”

Jika membunuh manusia lain demi Tuhan kita anggap sah, jika menyakiti orang lain yang berbeda agama kita anggap perbuatan baik dan berpahala, kita harus bertanya kembali: apakah mencuri atau berzina juga akan menjadi sah hanya karena menyertakan nama Tuhan?

Allah SWT sangat menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Setiap pribadi memiliki martabat, apa pun agamanya, bagaimana pun warna kulitnya, di mana pun ia tinggal. Tak peduli miskin atau kaya, semuanya memiliki harga diri dan kedudukan yang tinggi di hadapan Tuhan. Jika kita menyakiti satu manusia saja, berarti kita telah menyakiti nilai kemanusiaan sejagat. Sebaliknya, jika kita mampu menyayangi satu orang saja, seakan-akan kita telah menyayangi seluruh makhluk di alam semesta.

Dalam surat Al-Maidah ayat 32, Allah SWT berfirman yang artinya:
"Barang siapa membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu membunuh orang lain atau membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh seluruh manusia. Dan barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan seluruh manusia."

Allahu Akbar, Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya. Lihatlah, bagaimana Allah SWT menghargai satu nyawa. Betapa tinggi penghormatan-Nya terhadap nilai kemanusiaan. Siapa pun yang menyakiti orang lain, berarti telah menyakiti seluruh umat manusia. Sebaliknya, jika kita berbuat baik kepada satu orang saja, seolah-olah kita telah berbuat kebaikan untuk semesta.

Oleh karena itu, mari kita bersama-sama merawat nilai-nilai kemanusiaan dengan menjadi pribadi yang baik, pribadi yang memenuhi hak dan kewajiban secara adil, dalam sebuah hubungan sosial yang madani dan berorientasi pada kemakmuran bersama, sebagai perwujudan nilai rahmatan lil 'alamin.

Joyojuwoto

 

Rabu, 13 April 2016

Teman Yang Baik itu Bernama Buku

Teman Yang Baik itu Bernama Buku

خير جليس في الزّمان كتاب
“Sebaik-Baik Teman Duduk Di Segala Masa Adalah Kitab”
Sudahkah Anda beli buku minggu ini ?
Sudahkah Anda beli buku bulan ini ?
Sudahkah Anda beli buku tahun ini ?

Buku atau kitab masih belum menjadi prioritas daftar belanja rumah tangga kita, jika kita begitu ringannya membeli perabot rumah tangga, membeli baju, membeli kendaraan pribadi, gonta-ganti handphone, namun tidak dengan buku. Buku belum pernah menjadi list kebutuhan yang kita anggarkan baik itu anggaran jangka pendek maupun anggaran jangka panjang.
Di rumah-rumah kita masih jarang pula yang mengoleksi buku, menjadikan oleh-oleh, cinderamata, atau menjadikannya sebagai asesoris yang melengkapi ruang tamu kita. Buku memang bukan untuk itu kita koleksi, namun setidaknya jika di rumah kita dilengkapi buku maka kita bisa mengambil manfaat dari buku itu.
Dalam nasehatnya AL Jahizh menganjurkan agar kita senantiasa membaca buku beliau berkata : “Buku adalah teman duduk yang tidak akan memujimu dengan berlebihan, sahabat yang tidak akan menipumu, dan teman yang tidak membuatmu bosan. Dia adalah teman yang sangat toleran yang tidak akan mengusirmu. Dia adalah tetangga yang tidak akan menyakitimu. Dia adalah teman yang tidak akan memaksamu mengeluarkan apa yang kamu miliki. Dia tidak akan memperlakukanmu dengan tipu daya, tidak akan menipumu dengan kemunafikan, dan tidak akan membuat kebohongan.
Buku akan senantiasa berbuat baik kepadamu, akan menemani hari-hari suka maupun dukamu, buku akan menghiburmu kala susah, dan akan memberikan manfaat yang besar bagi dirimu, dan akan menyempurnakan kebahagiaanmu. Bercakap dengan buku akan menghindarkanmu dari ngibah, dan menyakiti hati orang lain, maka perbanyaklah kamu bersama dengan buku karena buku adalah teman yang baik di segala tempat, waktu dan keadaan.
Buku adalah jendela dunia dan pintu peradapan suatu bangsa. Bangsa yang berperadapan selalu menempatkan buku pada posisi yang penting. Sejak zaman dahulu hingga sekarang salah satu tanda dari majunya suatu bangsa bisa dilihat dari jumlah buku yang dibaca oleh penduduknya, dan jumlah buku yang dihasilkan oleh kaum cerdik cendikiawannya. Tercatat peradapan tertua di dunia pun telah ada buku, walau masih berupa lempengan-lempengan tanah liat. Seperti peradapan Mesir dengan huruf hiroglifnya, Peradapan Meshopotamia dengan huruf pakunya, Peradapan India kuno dengan Sankritnya.
Buku atau kitab adalah hal yang sangat mulia, buku bahkan menjadi salah satu dari mu’jizat yang diberikan oleh Allah SWT kepada Rosulnya yaitu mu’jizat Al Qur’an. Sebagaimana firman Allah SWT yang tercantum dalam surat Al A’raf ayat : 2 yang artinya :
  
2. ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, Maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman.

Selasa, 12 April 2016

Menjadi Pribadi Yang Benar

Menjadi Pribadi Yang Benar

الصدق منجّ

“Kebenaran adalah  Keselamatan

Siddiq berasal dari shadaqa yang memiliki makna cukup banyak diantaranya : benar, nyata, berkata benar, dan juga diartikan sebagai kejujuran. Walau sebenarnya jika diarti sebagai kejujuran sendiri kurang begitu tepat, namun kata jujur juga termasuk di dalam pengertian siddiq. Siddiq adalah puncak dari kebenaran, hakekat dari kebaikan, serta bagian yang tak terpisahkan dari keimanan seseorang.

Sifat siddiq ini adalah iri, karakter, serta pemikiran yang utama bagi seorang Rosul, oleh karena itu sifat ini menjadi salah satu dari sifat wajibnya para Rosul yang mulia. Tidak mungkin seorang Rosul tidak memiliki sifat ini. Dalam Al-Qur’an setidaknya Allah SWT tiga orang nabi dan rosul-Nya yang memiliki sifat siddiq. Pertama Nabi Ibrahim yang termaktub dalam surat Maryam ayat : 41 Allah berfirman :
واذكروا في الكتاب إبراهيم إنّه كان صدّيقا نبيّا

41. Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan[905] lagi seorang Nabi.

Kedua adalah Nabi Idris yang disebutkan dalam firman Allah surat Maryam ayat : 56 yang artinya :
   
56. dan Ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi.

Dan yang ketiga adalah penyebutan siddiq pada Nabi Yusuf AS karena penolakan Yusuf atas ajakan Zulaikha untuk berzina sebagaimana yang tertulis dalam surat Yusuf ayat : 51 artinya :

51. raja berkata (kepada wanita-wanita itu): "Bagaimana keadaanmu[755] ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadamu)?" mereka berkata: "Maha sempurna Allah, Kami tiada mengetahui sesuatu keburukan dari padanya". berkata isteri Al Aziz: "Sekarang jelaslah kebenaran itu, Akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku), dan Sesungguhnya Dia Termasuk orang-orang yang benar."

Sifat siddiq ini menjadikan Nabi Ibrahim dan Nabi Idris dipuji oleh Allah SWT, begitu juga sifat siddiq ini menyelamatkan Nabi Yusuf dari tipu-daya Zulaikha. Sifat siddiq yang menceritakan tentang ketiga Rosul di atas tidak sepenuhnya berkaitan dengan kejujuran, namun lebih mengarah kepada sikap percaya pada kebenaran serta keyakinannya akan Ketuhanan. Karena akhir dari siddiq adalah keselamatan karena tetap berpegang teguh pada kebenaran itu sendiri.


Begitulah seorang mu'min yang sejati diajari untuk benar kepada Tuhannya, benar kepada dirinya sendiri, benar kepada orang lain, benar kepada keluarganya, benar kepada tetangganya, bahkan benar kepada orang yang menjadi musuhnya. Sebagaimana Nabi Ibrahim yang meyakini kebenaran akan Ketauhidan, yang menjadikannya menentang Raja Namrud dan ia harus dihukum bakar. Namun sifat siddiq telah menyelamatkan Nabi Ibrahim dari kobaran api itu.

Sifat siddiq juga dipegang teguh oleh Nabi Idris, yang menjadikan beliau diusir dari negerinya dan dikejar-kejar untuk dibunuh oleh raja yang dzolim. Begitu pula yang terjadi pada Nabi Yusuf beliau tetap berpegang teguh pada kebenaran Tuhan walau berada di tengah-tengah godaan yang meremuk-redamkan keimanannya namun Yusuf tegar walau ia harus masuk penjara.

Bagaimanapun keadaan kita hendaknya selalu tegar dalam kebenaran karena sesungguhnya kebenaran itu adalah dari Tuhan, maka hendaknya kita jangan ragu. 'AL HAQQU MIN ROBBIKA FALA TAKUUNANNA MINAL MUMTARIN' Kebenaran itu  dari Tuhan kamu, maka janganlah kamu menjadi orang yang ragu. Karena kebenaran mampu membawa pelakunya kepada kebajikan, dan kebajikan akan menuntun pelakunya menuju jalan keselamatan yaitu jalan ke surga.

Cukuplah firman Allah Surat at taubah ayat : 119 menjadi dasar kita untuk menjadi seorang mukmin untuk terus memiliki sifat benar dan selalu bersama orang-orang yang benar. Allah SWT berfirman yang artinya : 

Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar” (At Taubah :119). Joyojuwoto



Senin, 11 April 2016

Diantara kalian mana yang lebih bagus amalnya ?

Ahsanu Amalan

أيّكُمْ أحْسَنُ عَمَلاً

Diantara kalian mana yang lebih bagus amalnya ?

Seorang hamba besok di akhirat akan dimintai pertanggung jawaban mengenai amal perbuatannya. Amal yang diterima oleh Allah SW adalah amal yang berkualitas baik dana murni lillahi ta’ala, bukan amal yang disertai dengan niat yang tidak murni semisal riya, ujub, atau karena beramal bukan karena Allah SWT.

Said bin Jubair  pernah mengatakan, Tidak diterima suatu perkataan kecuali disertai amal, tidak akan diterima perkataan dan amal kecuali disertai niat, tidak akan diterima perkataan amal dan niat kecuali sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW. Di dalam Al Qur’an Surat Al Kahfi ayat : 7 Allah SWT berfirman mengenai amal perbuatan baik seorang hamba, yang artinya :
  
7. Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. (Al Kahfi : 7).

Mengenai keterangan ayat di atas para ulama menafsiri tentang “Ayyuhum Ahsanu Amalan sebagai berikut :
-   Fudhail bin Iyad  menjelaskan, ahsanu amalan adalah  yang paling ikhlas dan  yang paling benar. Sesungguhnya suatu amal sekalipun benar tapi bila tidak dikerjakan dengan ikhlas maka amal tersebut tidak akan diterima
-   Said bin Jubair  pernah mengatakan, Tidak diterima suatu perkataan kecuali disertai amal, tidak akan diterima perkataan dan amal kecuali disertai niat, tidak akan diterima perkataan amal dan niat kecuali sesuai dengan sunnah Nabi saw.
-   Sesungguhnya yang menjadi pedoman adalah kualitas suatu amal, bukan kuantitas amal. Ayyukum ahsanu amalan, bukan Ayyukum aktsaru amalan.

Dari keterangan di atas bahwa pedoman amal yang baik itu harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. BENAR
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (3:31)
Barang siapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada padanya perintahnya dari kami maka amalan itu tertolak (HR Muslim)
2. IHLAS
Abu Qasim Al Qusyairi,  ikhlas adalah menjadikan satu-satunya  tujuan taat ialah Allah SWT. Imam al Harits Al Muhasibiy, orang yang jujur ialah yang tidak memperdulikan lagi  apapun penilaian orang.



Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim juga menjelaskan mengenai syarat diterimanya amal perbuatan seorang hamba kelak di akhirat adalah karena ahsannya amal bukan karena banyaknya amal. Berikut arti dari haditsnya :

“Yang pertama kali akan diadili di hari kiamat adalah orang yang mati syahid. Kemudian ia dibawa ke hadapan Allah dan Allah memberitahukan  kenikmatan kepadanya, maka iapun mengetahuinya. Allah berfirman, “Apa yang engkau lakukan di dunia?” Orang itu berkata “Aku telah berperang karenaMu hingga aku syahid”. Allah berfirman, “Engkau berdusta. Sebenarnya engkau berperang karena ingin dikatakan sebagai pemberani dan hal itu telah dikatakannya”.  Kemudian Allah Swt memerintahkan untuk membawanya, maka orang itu diseret di atas wajahnya hingga dilemparkan ke neraka.” (HR Muslim)

Tanda-tanda ikhlas
1.   Tunduk pada kebenaran dan menerima nasihat sekalipun dari orang yang lebih rendah tingkatannya. Abdurrahman bin Mahdi berkata, Sungguh menjadi ekor dalam kebenaran lebih aku sukai daripada menjadi kepala dalam kebatilan.
2.   Tidak gegabah memutuskan suatu hukum
Suatu hari  Asy Sya’bi ditanyakan suatu persoalan, tetapi ia menjawab “Aku tidak tahu”. Kemudian ada yang bertanya, “Apa anda tidak malu menjawab, Tidak tahu. Beliau menjawab, “Jangankan aku,  malaikat saja tidak malu, ketika berkata, “Maha suci engkau (Ya Allah), tidaklah kami memiliki ilmu kecuali yang telah Engkau ajarkan kepada kami (2:32)


Kesabaran

 Kesabaran

الصبر يعين على كلّ عمل

Kesabaran itu membantu segala pekerjaan

Kesabaran ibarat mahkota bagi seorang hamba yang menjadi hiasan bagi orang yang berakal. Kesabaran juga ibarat obor yang menerangi jalan kehidupan seorang hamba di dunia. Dengan kesabaran seseorang bisa menyelesaikan pekerjaan yang kelihatannya mustahil untuk diselesaikan. Barang siapa yang sabar sesungguhnya ia telah memiliki kunci untuk menyelesaikan berbagai macam permasalahan.

Oleh karena itu hendaknya orang yang berakal selalu sabar dalam menghadapi suatu masalah, karena sesungguhnya tidak ada satu pun masalah yang tidak dapat diselesaikan, Inna Ma’al Usri Yusron. artinya sesungguhnya sesudah kesukaran pasti ada kemudahan. Pada hakekatnya musibah yang menimpa seorang hamba telah tercatat di Lauhul Mahfuzh, maka kesulitan dan bencana itu harus dihadapi dengan kesabaran. Allah SWT berfirman dalam surat Al Hadid ayat : 22 yang artinya :
  
"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah". (QS. AL Hadid : 22)

Dari ayat di atas dapat kita ambil pelajaran bahwa semua yang menimpa kita adalah atas kehendak Allah SWT. Karena tiada satu pun di dunia ini yang luput dari pengawasan Allah SWT. Oleh sebab itu hendaknya kita selalu berbaik sangka dan selalu sabar dalam menghadapi segala cobaan dan ujian dari-NYA.

Gambaran jiwa seorang muslim sejati adalah sabar ketika ia tertimpa musibah dan bersyukur ketika ia mendapatkan berkah. Sabar dan Syukur adalah Ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Sayyidina Ali bin Abi Thalib berpesan kepada kita tentang kesabaran terhadap musibah yang menimpa kita, beliau berkata : "Jika kamu bersabar dalam menghadapi musibah, maka yang ditakdirkan Allah tetap menimpamu dan kamu berpahala. tetapi jika kamu tidak bersabar, maka yang ditaqdirkan Allah tetap juga tetap menimpamu dan kamu akan mendapatkan dosa dari ketidaksabaranmu.

Para ulama membagai sabar menjadi tiga macam yaitu :
1. Sabar dalam menghadapi musibah
2. Sabar dalam menuaikan ketaatan
3. Sabar dalam menjauhi kemaksiatan

 Begitulah seharusnya sikap seorang muslim untuk terus bersabar hingga Allah memberikan predikat
إنّ الله مع الصّابرين

“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bersabar”

Jadi ketika seseorang bilang bahwa kesabaran itu ada batasnya, maka sesungguhnya orang tersebut memang telah keluar dari kesabaran itu sendiri.

Oleh karena itu mari bersama mentadabburi firman Allah Surat Al Baqarah ayat 155-156 yang artinya sebagai berikut :

155. dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun."


Jumat, 08 April 2016

“Kuliner Tuban : Warung Kopi Kothoknya Mbah Bit”

“Kuliner Tuban : Warung Kopi Kothoknya Mbah Bit”

Warung  kopi dewasa ini menjadi tren di mana-mana, mulai dari pelosok-pelosok desa hingga kota-kota besar,  disajikan dicangkir-cangkir biasa hingga gelas-gelas kristal, tempatnya pun bermacam-macam dari warung kaki lima hingga terdisplay di bar-bar dan restoran. Peminat warung kopi pun tidak hanya dimonopoli oleh kaum Adam, banyak juga kaum hawa yang juga gandrung dengan minuman yang beraroma segar ini. Warung kopi menjadi semacam fenomenna yang diminati oleh orang-orang yang hanya sekedar jagongan hingga orang-orang yang punya urusan kantoran.

Urusan minum kopi tidak hanya  sekedar memenuhi selera lidah, namun kadang lebih ke arah style, gaya-gayaan dan nilai-nilai filosofis dari secangkir kopi, lebih-lebih setelah diluncurkannya buku yang berjudul Filosofi Kopi karya Dewi Lestari (Dee).  Fenomena Ngopi di tengah-tengah masyarakat Bangilan juga sangat kuat, hampir disetiap warung menyediakan kopi, namun ngopi di Bangilan kurang magleg kalau belum ngopi di warungnya Mbah Bit.

Warung Mbah Bit terletak di tepi jalan raya Bangilan-Senori, warungnya kira-kira 100 meteran kearah selatan dari masjid besar Al Falah Bangilan. Biasanya Mbah Bit buka sesudah shubuh dan tutup menjelang matahari sepenggalah. Waktu pagi hari memang saat yang tepat sekali untuk mencicipi gairah kopi kothoknya Mbah Bit. Apalagi shobat kuliner juga bisa menyantap ketan atau Jadah goreng yang maknyus, makin mantap aja deh.

Jangan kaget ya shobat dengan secangkir kopinya mbah Bit, shobat penikmat kopi akan merasakan aroma dan sensasi kesadaran sebagai bagian dari manusia dan kemanusiaan. Ah terlalu filosofis kedengarannya memang, namun begitulah secangkir kopi mampu mempererat dan menyambungkan tali silaturahmi diantara sesama masyarakat.


Jika shobat kuliner jauh dari Bangilan, shobat bisa mengagendakan sebulan sekali untuk datang ke Bangilan, agar tidak terlalu janggal lha wong jauh-jauh mau ke Bangilan saja kok Cuma demi secangkir kopi. Begini shobat kuliner bisa datang pas ada wisata rohani pengajian Ahad pagi  di Masjid Besar Al Falah Bangilan. Setelah shubuh shobat bisa ikut ngaji kemudian setelah itu shobat bisa mampir dan ngopi di warungnya mbah Bit, tuh kan ! dapat momen bagus untuk menikmati secangkir kopi hitamnya mbah Bit kan ? J ayo... ayo siap-siap dapat pahala dobel, pahala ngaji dan pahala silaturahmi warung kopi. joyojuwoto

"Kuliner Tuban : Pecel Bangilan"

"Kuliner Tuban : Pecel Bangilan"

Kuliner pecel identik dengan Nganjuk, Madiun, dan sekitarnya, jika shobat-shobat berada di Tuban khususnya wilayah Bangilan, Senori, Singgahan, tidak usah khawatir jika ingin mencicipi kuliner pecel dengan cita-rasa tingkat Maha Dewa :).

Di Bangilan terdapat warung pecel yang menawarkan cita-rasa khas yang tiada duanya. Lokasinya pun strategis dan mudah dijangkau dengan kendaraan apapun, mau pakai motor, rombongan dengan mobil, atau jalan kaki boleh saja dengan catatan rumah shobat dekat dengan pasar Bangilan tentunya. Shobat penasaran dan ingin tahu ? ini dia.....Warung Pecel  Bu Asti'ah atau lebih dikenal sebagai Warung Pecel Bu Tukul yang berlokasi di pasar Bangilan tepatnya jalan utara Pasar Bangilan sisi selatan menghadap ke utara, buka sekitar jam 06.00 s.d 13.30 WIB

Sarapan pecel memang menjadi gambaran konkrit masyarakat Indonesia, pecel begitu dekat dan mencerminkan cita rasa khas santapan Nusantara. Jadi jangan dulu mengaku dekat dengan rakyat kalau belum menjadikan pecel sebagai menu favorit sarapan pagi Shobat semua.

Selain rasanya yang memanjakan lidah shobat semua, Shobat-shobat kuliner pun tidak usah khawatir karena tak perlu merogoh kocek shobat dalam-dalam. Harganya sangat murah, dengan uang Rp 5000,- bahkan Rp 3000,- pun shobat bisa menikmati sepiring atau sepincuk pecel lengkap dengan lauknya tempe goreng , telor dadar, telur glundung, dan lain-lain yang shobat suka tentunya.

Warung Pecel Bu Tukul sudah menjadi semacam kerinduan bagi masyarakat Bangilan dan sekitarnya yang pergi merantau atau tinggal jauh dari kampung halamannya. Ada semacam nostalgia lidah untuk mencicipi pecel Bu Tukul jika mereka sedang pulang kampung atau sedang tilik kampung halamannya. Wah...pokoknya kurang lengkap jika pulang kampung tanpa marung dulu di Bu tukul. Joyojuwoto


Kamis, 07 April 2016

Man Jadda Wajada


من جدّ وجد

Artinya : Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.

Mantra ajaib ini diperkenalkan oleh Ahmad Fuadi di novelnya yang berjudul Negeri 5 Menara, kalimat Man Jadda Wajada menjadi salah satu kalimat yang mampu membangkitkan raksasa tidur yang ada dalam diri kita. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil, penuh motivasi, optimis, mengalir dan menggerakkan.

Kesungguhan memang kunci dari kesuksesan, segala sesuatu yang dikerjakan dengan serius akan membuahkan hasil. Rosulullah SAW sangat menghargai usaha serta kesungguhan seseorang. Beliau tidak suka melihat umatnya bermalas-malasan. Beliau pernah berjabat tangan dengan seorang pemuda yang tangannya keras dan kasar, kemudian beliau mencium pemuda itu sambil bersaabda : “Inilah kedua tangan yang dicintai oleh Allah SWT” Dari hadits ini menegaskan bahwa Allah dan Rosulnya sangat mencintai orang-orang yang bersungguh-sungguh baik untuk urusan duniawinya lebih-lebih urusan ukhrawinya.

Dalam firman-Nya yang mulia Allah SWT pun mengatakan “Walladziina Jaahadu Fiina Lanahdiyannahum Subulana” “Barang  siapa yang bersungguh-sungguh di jalan-Ku maka akan Aku tunjukkan jalan keridhoan-Ku” Allah SWT menyambut dengan antusias dan penuh cinta bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh memenpuh jalan-Nya. Tiada sesuatu yang menggembirakan melebihi dari seruan Tuhan itu sendiri bukan ? oleh karena itu bersungguh-sungguhlah dalam segala amal perbuatan kita karena itu adalah salah satu jalan kecintaan Tuhan.

Begitu pentingnya kesungguhan sampai-sampai Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum tanpa usaha dan kesungguhan dari kaum itu sendiri. Allah menginginkan kita untuk bekerja keras, bukan hanya sekedar menyalahkan takdir semata, sikap menyalahkan takdir adalah sikap yang merusak dimensi ikhtiyar manusia. Dengan kalimat Man Jadda Wajada kita tidak sedang mendahului nasib, kita tidak sedang membaca ramalan bintang, namun kita sedang lari dari takdir Tuhan menuju Takdir Tuhan yang lainnya pula. Sebagaimana yang dikatakan oleh Sahabat Umar bin Khattab saat ia dan pasukannya akan memasuki negeri Syam, sedang di sana sedang terjadi wabah penyakit yang menular, kemudian Umar pun memembatalkan kunjungannya dan memilih kembali ke Madinah. Umar pun berkata : “Kami lari dari takdir Tuhan, menuju takdir Tuhan pula”

Usaha yang sungguh-sungguh memang tidak menjamin keberhasilan seseorang, apalagi tanpa usaha tentu keberhasilan itu akan semakin jauh darinya. Allah SWT dalam surat An Najm ayat : 39 menegaskan tentang adanya hubungan antara kesungguhan dengan keberhasilan seseorang :
br&ur }§øŠ©9 Ç`»|¡SM~Ï9 žwÎ) $tB 4Ótëy ÇÌÒÈ  
39. dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,
Oleh karena itu bersungguh-sungguhlah dalam segala hal agar apa yang kita cita-citakan dan kita usahakan tercapai sebagaimana yang kita inginkan. Sing Sopo Tekun Bakal Tekan. Man jadda Wajada. Joyojuwoto



Rabu, 06 April 2016

Diam adalah Hikmah

Diam adalah Hikmah

الصمت حكم وقليل فاعله

Artinya : Diam itu mengandung beberapa hikmah, namun sedikit yang mampu melakukannya.

Tiap-tiap sesuatu itu ada najisnya, dan najisnya lisan adalah jeleknya ucapan, begitu sebuah keterangan hadits mengenai  keutamaan dalam diam. Diam bukan berarti gerakan senyap yang tidak mau berbicara, diam di sini adalah menyangkut masalah-masalah yang tidak penting dan kesia-siaan belaka. Lebih baik diam daripada ngobrol ngalor-ngidul tanpa ada kebaikan di dalamnya.

Diam juga merupakan sebuah keselamatan, selamat dari najisnya lisan. Orang yang banyak berbicara biasanya banyak salahnya, oleh karena itu Rosulullah SAW mengajarkan lebih baik diam daripada banyak omong karena di dalam diam banyak sekali hikmah yang terkandung di dalamnya. Termasuk tanda baiknya akhlag seorang muslim adalah pada diamnya terhadap sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Di dalam Al Qur’an sendiri Allah SWT juga mengingatkan agar lebih baik diam, daripada banyak omong namun tidak bisa melakukannya, agar kita tidak termasuk orang-orang yang dibenci-Nya, sebagaimana yang tercantum dalam surat As Shaff ayat 2-3  yang artinya :

2. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?
3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.

Diam itu merupakan hiasan bagi orang-orang alim dan meruapkan tirai bagi orang-orang yang bodoh. Orang alim biasanya banyak diamnya untuk menjaga tatanan hati dan sikap muruahnya kecuali untuk urusan yang penting tentunya. Orang yang bodoh jika banyak diam dan tidak mengumbar ucapannya hal ini menjadi tirai yang menutupi kebodohannya, jika ia banyak omong dipastikan banyak ucapannya yang salah. Bukankah ada pepatah yang mengatakan “Tong Kosong Nyaring Bunyinya”

Mengapa manusia dianugerahi oleh Allah SWT dua mata, dua telinga dan satu mulut ? tidak lain tidak bukan karena Allah SWT menginginkan agar manusia lebih banyak melihat dan mendengar dibanding banyak omong. Karena diam akan menyelamatkan manusia dari tergelincirnya lisan. Jika kaki yang tergelincir kemungkainan hanya kaki itu saja yang sakit, namun tergelincirnya lisan efeknya bisa sangat berbahaya tidak hanya untuk orangnya saja bisa menyangkut masyarakat luas.

Sungguh benar apa yang dikatakan oleh Rosulullah SAW bahwa diam adalah keselamatan, “Man Shomata Naja” artinya “Barang siapa yang dia maka ia akan selamat” Oleh karena itu mari melatih lisan kita untuk diam dari hal-hal yang tidak bermanfaat, karena semakin banyak omong semakin banyak kesalahan dan beban yang akan kita tanggung kelak, sehingga kita menjadi “Kabura Maktan ‘Indallahi”. Joyojuwoto

Selasa, 05 April 2016

Do'a Nabi Saat dikejar Jin Ifrit

Do'a Nabi Saat dikejar Jin Ifrit

Diriwayatkan oleh Imam Malik, Imam Ahmad, dan Imam An Nasa’i, bahwasanya ketika Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam melakukan perjalanan Isra’ dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsho dikejar dan dibuntuti oleh jin Ifrit, maka malaikat Jibril yang saat itu sedang menemani nabi mengajarkan sebuah doa Istiadzah sebagai berikut :

أعوذ بوجه الله الكريم
وبكلمات الله التّامّات التي لا يجاوزهنّ برّ ولا فاجر
من شرّ ما ينزل من السماء ومن شرّ ما يعرج فيها
ومن شرّ ما ذرأ في الأرض ومن شرّ ما خرج منها
ومن فتن الليل والنّهار, ومن طوارق الليل والنّهار إلاّ طارقا يطرق بخير
يا رحمن 

Artinya :
Aku berlindung kepada Allah Dzat yang Maha Mulia
Dan kepada kalimat-kalimat (Al-Qur’an) Allah yang sempurna
Yang tidak dapat diterobos oleh orang yang baik maupun oleh orang yang buruk
Dari kejahatan apa saja yang turun dari langit
Dari kejahatan apa saja yang naik di dalam langit
Dari kejahatan apapun yang tercipta (tertanam) di bumi
Dari kejahatan apapun yang keluar dari  bumi
Dan dari (kejahatan) fitnah-fitnah malam dan siang
Serta dari kejahatan pejalan-pejalan malam dan siang
Kecuali pejalan yang dating dengan membawa kebaikan
Wahai Dzat yang Maha Pengasih.

(Tuhfatudz Dzakirin, As- Syaukani, Hal. 200, 93 ).

Ilmu Itu Cahaya

Ilmu Itu Cahaya
العلم نور ونور الله لا يهدى للعاصى
              Artinya : Ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang suka berbuat dosa.

Sebaik-baik orang adalah yang berilmu, dengan ilmu seseorang dimuliakan tidak hanya oleh sesama manusia bahkan Allah SWT sendiri juga mengagungkan dan mengangkat derajadnya orang yang berilmu. Sangat banyak dalil-dalil di dalam Al-Qur’an maupun hadits, serta keterangan yang menegaskan akan kemuliaan orang yang berilmu. Banyak orang kecil menjadi besar sebab ilmu, seorang ya dipandang hina menjadi mulia  karena ilmu, orang yang lemah menjadi kuat juga karena ilmu.

Orang yang berilmu ibarat pelita Allah SWT di muka bumi oleh karena itu ilmu itu disebut sebagai cahaya. Orang yang ingin mendapatkan cahaya Allah harus mendekati sumber cahaya itu, mendekati Allah, menjahui larangan-larangan Allah, dan meninggalkan sisi-sisi gelap kehidupannya. Mustahil mendapatkan cahaya jika kita menghindari cahaya itu sendiri. Karena cahaya ilmu tidak diberikan kepada orang yang bermaksiat dan berbuat dosa kepada-Nya.

Suatu ketika pada saat Imam Syafi’i nyantri beliau bertanya kepada gurunya akan kesulitannya menghafal ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh gurunya, Sang Guru Kyai Waqi’ pun menjawab bahwa kesulitan menghafal pelajaran dikarenakan banyaknya seorang santri melakukan kemaksiatan kepada Tuhan. Jika ingin diberi kemudahan dan keberkahan dalam menuntut ilmu hendaknya santri selalu mendekatkan diri kepada Tuhan.  Hal ini sebagaimana yang beliau abadikan dalam syairnya :
شكوت الى وقيع سوء حفظي فأرشدنى إلى ترك المعاصى
فأخبرنى بأن العلم نور ونور الله لا يهدى للعاصى
Artinya :
Saya mengadukan kepada Guruku Kyai Waqi akan buruknya hafalanku, lalu beliau menunjukkan kepadaku agar meninggalkan maksiat.
Maka beliau juga mengabariku bahwa ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah tidak diberikan kepadan orang-orang yang bermaksiat.

Itulah kenapa seorang yang sedang menuntut ilmu agar supaya banyak tirakat, menghindari hal-hal yang dilarang agama, agar ilmu yang sedang ia tuntut merasuk dan bersatu dengan jiwanya, bukan hanya sekedar pandai namun ilmunya tidak bermanfaat, bukan hanya sekedar menguasai ilmu tetapi tidak dijiwai dan diamalkan. Karena ilmu yang baik adalah ilmu yang diamalkan dan membawa keberkahan bagi si empunya maupun bagi masyarakat luas pada umumnya. Joyojuwoto