“Legawa”
Akhir-akhir ini kata “legawa”
marak dipakai dalam perbincangan-perbincangan baik di tengah-tngah masyarakat ataupun di social media. Legawa sejatinya
berasal dari bahasa Jawa namun telah diadopsi ke dalam bahasa Indonesia.
Biasanya penggunaan legawa di dalam bahasa Jawa disertai kata “lila legawa”. Kata
legawa itu menggambarkan sikap batin yang ikhlas, rela, dan tidak merasa kecewa
terhadap apa yang telah terjadi.
Kata legawa tegese nampa kanthi
ati longgar, menerima segala sesuatu dengan hati lapang dada dan ikhlas.
Jika dalam sebuah kompetisi harus kalah maka ia
bisa menerima kekalahan itu, dan sebaliknya jika menang tidak terlalu
pongah dan sombong. Kayaknya kata legawa memang perlu dijadikan semisal keyword
dalam kehidupan masyarakat kita yang memang beraneka ragam dan multicultural ini,
agar tidak terjadi gesekan diakar rumput.
Segala perbuatan pasti ada konsekuensinya
tersendiri. “wong kuwi bakal ngunduh wohing pakerti”. Dan perlu
diingat tidak semua yang menjadi cita-cita kita pasti terlaksana oleh karena
itu sikap legawa ini perlu dimiliki oleh orang yang hidup penuh dengan
kompetisi dan persaingan.
Setiap manusia hendaknya menjaga sikap legawa ini, karena
manusia hanya bias berusaha sedang kepastian berada pada takdir Tuhan. Ingatlah
selalu “Ana Urid, Anta Turid, WAllahu yaf’alu maa yurid”. Saya punya keinginan, kamu pun punya
keinginan, namun Allah berkehendak sesuai dengamn qudrah-NYA”.
Manusia bisa saja sakit, manusia
tentu punya rasa susah, dan manusia mungkin berada pada nasib yang tidak baik,
menjadi tua dan kemudian mati. Kalau memang sudah takdirnya, manusia hanya bisa pasrah
terhadap Tuhan. Walau ikhtiar tidak boleh kita tinggalkan, namun manusia tidak
akan pernah keluar dari bingkai takdir Tuhan. “Ora ono kesekten kang bias madani pepesthen”
tidak ada satu pun kesaktian didunia ini yang mampu mengalahkan takdir Tuhan.
Dalam Hikamnya ibnu Athaillah as Sakandari menyatakan :
سوابق
الهمم لا تخرق أسوار الأقدار
“Kekuatan semangat
(azam, cita-cita, ikhtiar) tidak akan mampu memecahkan benteng takdir”
Oleh karena itu kita perlu legawa, ridha, dan ikhlas
menjalani kehidupan ini. KGPAA Mangkunegara IV dalam Serat Wedhatama
mengingatkan agar kita memiliki tiga sifat utama yaitu :
1 .
Lila lamun kelangan (Ikhlas
apabila kehilangan sesuatu)
2 .
Trima yen ketaman (Lapang
dada jika terkena musibah)
3 .
Legawa lan pasrah marang
sing gawe urip ( Ridha terhadap ketentuan Tuhan)
“Lila lamun
kelangan nora gegetun
trima yen ketaman
sak serik sameng dumadi
tri lagawa nalangsa srah ing bathara”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar