Oleh: Joyo Juwoto
Ini adalah kedua kalinya saya ke Rembang dalam rangka sowan Gus Mus. Di Tahun 2019 saya bersama rombongan teman-teman dari Pondok sowan ke ndalem beliau dalam rangka hari lebaran, sayangnya saat itu Gus Mus sedang tidak enak badan, sehingga sowan saya waktu itu yang masih di masa pandemi qadarullah belum bisa bertemu dengan beliau. Saat itu yang menerima tamu adalah putra mantu beliau pengampu ngaji ihya online, Gus Ulil Abshar Abdalla. Alhamdulillah.
Jika mengingat sowan saya yang pertama itu saya merasa malu sendiri, karena waktu itu saya membawa buku saya yang berjudul Dalang Kentrung Terakhir. Niat saya tabarrukan ke beliau Gus Mus. Karena tidak bisa langsung bertemu Gus Mus, akhirnya buku itu saya titipkan Gus Ulil. Entah bagaimana kelanjutannya, Gus Ulil inbox di FACEBOOK, beliau berkenan membeli buku saya tersebut. Sebenarnya saya lebih suka menghadiahkan buku itu, tapi beliau bersikeras membeli, saya pun hanya bisa sami'na wa atho'na, sendiko dawuh marang dawuhnya beliau. Buku Dalang Kentrung Terakhir dan buku Tiga Menguak Pram akhirnya saya kirimkan ke alamat beliau di Pondok Gede Bekasi. Sungguh ini adalah suatu kebahagiaan yang tak terkira bagi saya.
Setelah sowan saya pertama tahun 2019 silam tidak bertemu Gus Mus, di lebaran selanjutnya saya belum juga berkesempatan untuk sowan beliau. Alhamdulillah anugerah untuk sowan akhirnya kesampaian juga, ceritanya waktu itu saya diajak ngobrol sama pegiat rumah persinggahan mas Nahrus untuk membahas kegiatan road show Puisi Menolak Korupsi (PMK) yang rencananya akan digelar di Kabupaten Tuban. Dari obrolan ini akhirnya saya, Nahrus, dan Mas Rosyid Singgahan bersepakat untuk sowan ke Gus Mus, siap tahu beliau ada waktu untuk hadir pada kegiatan PMK di Tuban. Kalaupun beliau tidak bisa rawuh, yang pasti kami punya kewajiban untuk sowan dan meminta doa serta restu dari beliau untuk mengadakan kegiatan PMK.
Jumat pagi sekitar jam setengah tujuh mas Nahrus dan mas Rosyid janjian berangkat dari Singgahan, sedang saya menunggu di pertigaan Puthogoro utara rumah saya. Kami bertiga pun meluncur ke Rembang. Perjalanan dari Bangilan ke Rembang kurang lebihnya satu jam. Menurut info dari teman, Gus Mus bisa disowani sekitar pukul sepuluh, akhirnya kami berhenti terlebih dahulu di alun-alun Rembang. Kami ngopi dan menikmati nasi kucing yang dibawa mas Rosyid dari rumah.
Sekitar setengah jam kami di alun-alun, selanjutnya Carry merah tahun 80-an yang disopiri mas Nahrus membawa kami menuju Leteh, ndalemnya Gus Mus. Mobil carry lawas yang bandel ini juga yang nantinya berjasa mengantarkan kami ziarah ke makam RA. Kartini dan ke Pataba di Blora. Tidak susah untuk mencari ndalem Gus Mus, selain beliau memang seorang tokoh dan Kiai kelas dunia akhirat, memang jika Jumat pagi Gus Mus ini rutinan memberikan pengajian kepada masyarakat. Jalanan dan pondok beliau dipenuhi para muhibbinnya, sehingga pondok Gus Mus ini mudah untuk dikenali.
Kami sempat ikut ngaji nguping, karena kami sampai di lokasi pondok kurang dari jam sepuluh pagi. Tepat jam sepuluh pengajian selesai, orang-orang sama buyar kembali melanjutkan aktivitasnya. Setelah pengajian inilah Gus Mus biasa open house untuk menerima tamu. Waktu itu ada beberapa tamu yang ingin sowan. Ada yang sowan karena mengadukan permasalahan hidupnya, ada yang sowan pamit dan minta doa berangkat umroh, dan berbagai hal lainnya. Kami pun yang juga punya hajat ikut serta duduk menunggu beliau menemui kami.
Alhamdulillah sebelum teh dan jajanan yang dihidangkan tandas kami minum, Gus Mus sudah keluar menemui para tamu. Kami antri. Ketika tiba giliran kami, Kami ditanya oleh dari mana, maka serempak kami menjawab dari Tuban. Mas Nahrus sebagai jubir kemudian matur tentang agenda PMK yang akan digelar di Tuban. Karena bertepatan dengan bulan Isra' mi'raj yang mana beliau sudah sangat padat sekali agendanya, maka kami kebagian hari. Tak apa, yang terpenting kami bisa sowan beliau adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Sebagai momentumnya kami pun berfoto dengan beliau.
Setelah dirasa cukup, serta sudah tidak ada lagi hal yang dibahas, kami pun memohon diri untuk pamit, biar gantian dengan tamu yang lain yang akan sowan beliau. Melihat banyaknya tamu pada pagi itu. Setelah undur diri dari Leteh, kami meluncur ke arah Blora menjemput asa yang juga tertunda, ziarah ke makam RA Kartini dan juga silaturahmi ke Pataba sowan ke Mbah Soesilo Toer setelah sekian purnama tak bersua.
Bangilan, 15 Februari 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar