Sabtu, 28 Mei 2022

Tragedi di Muscab FLP Tuban 2022


Tragedi di Muscab FLP Tuban 2022
Oleh: Joyo Juwoto

Seperti istilah tebak-tebak buah manggis, saya yang saat itu hadir di Muscab FLP Cab. Tuban tahun 2022, yang diselenggarakan di Sanggar Caraka Tuban, tahu persis akhir dari drama Muscab tersebut. Saya akan terpilih sebagai penerus estafet kepemimpinan di FLP Tuban masa bakti 2022-2024. Sangat terang memang tanda yang telah dibuat oleh teman-teman di FLP melalui polling yang dibuat oleh team. 
Saya sendiri sudah berulangkali mengemukakan, kalau saya tidak mau menduduki jabatan ketua. Saat itu saya merasa dilema. Jika saya mangkir dan tidak berangkat, kemungkinan besar saya tidak akan terpilih, tapi apa kata dunia? Kemudian jika saya berangkat hampir pasti saya diajukan sebagai bakal calon (jadi) ketua, arena secara polling nama saya bertengger di tiga besar. Berat.
Sebenarnya hati saya sempat lega, ketika rombongan mbak Tyzha datang bersilaturahmi ke rumah saya. Saat itu saya menyatakan tidak siap, dan saya mengajukan nama salah satu anggota FLP yang cukup kredibel untuk menduduki jabatan ketua. Qadarullah saat itu Kak Aulia yang saya ajukan sebagai bakal calon ketua sedang sakit, jadi tidak  bisa hadir menyambut tamu dari FLP Tuban.
Selang beberapa hari setelah kedatangan teamnya Kak Tyzha ternyata Kak Aulia dipanggil Tuhan, duka bagi FLP Tuban dan duka bagi saya pribadi tentunya. Pertarungan batin saya makin menjadi, saya sempat menghubungi teman sesama anggota FLP, pamrih saya  bisa menjadi team sukses saya untuk menggagalkan pencalonan diri saya sendiri. Bahkan saya sempat mengajak Mas Ical untuk menghadiri Muscab, agar dia  bisa memberikan suaranya untuk calon selain saya. Tapi makar saya gagal total. Mas Ical juga berhalangan hadir. 
Di forum FLP sebagaimana guyonan yang sering dilontarkan oleh teman-teman, di FLP itu seperti berada di Forum Lingkar Perempuan. Karena memang yang hadir saat itu perempuan-perempuan semuanya, sedang saya laki-laki sendiri. Sebenarnya FLP Tuban punya anggota laki-laki, tapi semuanya berhalangan hadir. Alhamdulillah tiada lawan ketampanan saya saat itu, demikian piker saya dalam hati. Namun sebagaimana yang telah direncakanan, datang tamu agung dari wilayah, beliau adalah Ketua FLP Jawa Timur, Ust. Muchlisin, B.K. bersama wakil beliau, Ust. Chairi, qadarullah mereka berdua kok lebih ganteng dan lebih cool dari saya, otomatis pada saat itu kebanggaan semu saya runtuh seketika. Ust. Muchlisin dan Ust. Chairi ini orangnya ramah dan baik. Grapyak semanak dan nyedulur, walau baru pertama kalinya kami bertemu, ini menjadi semacam obat penenang bagi jiwa saya yang gundah gulana sejak dari rumah.
Saya sempat berfikir kembali untuk tinggal glanggang colong playu, lari dari medan perang, saya mau ngumpet saja. Tapi ternyata saya tidak punya keberanian untuk mangkir dari Muscab. Mau ditaruh di mana muka seorang pendekar seperti saya yang harus lari meninggalkan gelanggang perang, saya akan tetap berangkat sambil menunggu keajaiban dari Tuhan.
Tenang-tenang suara hati saya terus berbisik menenangkan kecamuk di dada. Sesampai di Sanggar Caraka teman-teman FLP sudah beberapa yang datang. Saya celingak-celinguk mencari sosok yang saya harapkan bisa mengalahkan saya di pemilihan ketua nanti. Saya diam mengamati, sampai pada puncak acara pemilihan ketua ternyata sosok tadi tidak hadir juga. Jiwa saya ambyar sejadi-jadinya. 
Saya terus berusaha tenang melihat perkembangan Muscab, saya masih berharap ada keajaiban yang menghampiri. Saat itu calon ketua yang diajukan tinggal dua orang saja. Mbak Tyzha dan saya. Saat saya ditanya kesiapan dipilih sebagai calon oleh panitia, saya menyatakan tidak siap. Karena ketidaksiapan saya punya payung hukum dalam Ad/Art FLP. Jadi bakal calon boleh mengajukan keberatan untuk dicalonkan, ya hanya itu memang alasan saya. Ternyata alasan saya ditolak. Apes.
Giliran mbak Tyzha ditanya tentang kesiapan beliau, hati saya berdebar-debar. Beliau ternyata juga menolak dicalonkan kembali, padahal kesempatan beliau untuk dua periode terbuka lebar. Mbak Tyzha memaparkan alasan yang cukup membuat air  mata berlinang. Saya sendiri tidak menangis, air mata saya tidak keluar, tapi hati saya berdarah-darah. Laki-laki memang tidak menangis, tapi hatinya berdarah, Dik. Sebagaimana judul bukunya Rusdi Mathari.
Dari pemaparan alasan yang disampaikan mbak Tyzha akhirnya diterima oleh peserta Muscab. Praktis tinggal saya seorang diri sebagai calon ketua. Seperti menebak buah manggis tadi yang sudah jelas hasil akhirnya, saya pun ditetapkan sebagai ketua FLP Cab. Tuban periode 2022-2024. Innalillah.
Setelah terpilih sebagai ketua, sepatah dua patah kata saya sampaikan di forum musyawarah, I'm not alone, saya tidak sendiri, kita semua di FLP akan bekerjasama bahu membahu mensyiarkan dakwah FLP Tuban, semoga apa yang kita usahakan diridhoi Tuhan, dan dihitung sebagai amal kebaikan. Aamin.

Bangilan, 28/05/2022

2 komentar: