Tidak banyak yang tahu
bahwa Sultan Pajang yaitu Sultan Hadiwijaya memiliki putra-putri yang tersebar
di berbagai daerah. Diantaranya berada di Ds. Janjang Kec. Jiken Kab. Blora.
Dalam buku-buku sejarah Putra-putri Sultan Hadiwijaya yang terkenal adalah Pangeran
Benawa dan seorang putri sulungnya yang dinikahi oleh Arya Pangiri Bupati
Demak.
Kabupaten Blora khususnya
wilayah Cepu dan sekitarnya adalah wilayah yang memiliki sejarah dan foklore
yang cukup banyak mengenai kelanjutan dari kesultanan Pajang, khususnya era
Jipang Panolan yang dipimpin oleh Pangeran Benawa.
Salah satunya adalah
Pesarean Eyang Jatikusuma dan Eyang Jati Suwara yang berada di perbukitan
Janjang. Kemarin saat liburan saya dan beberapa teman menyempatkan diri
berziarah di puncak Janjang. Wilayah Janjang yang secara administratif masuk
Kecamatan Jiken ini berada di tengah-tengah hutan. Hamparan pohon-pohon jati
yang menjadi primadona wilayah ini masih cukup banyak. Bukit-bukitnya menghijau
royo-royo terasa indah dipandang mata.
Letak Janjang dari
Kabupaten Blora sendiri sekitar 30 Km,
sedang dari kecamatan Jiken masuk ke arah utara sekitar 10 Km. Rumah saya walau
berada di wilayah Kab. Tuban, namun secara geografis sangat dekat dengan
Janjang. Rute dari desa saya Sidotentrem Kec. Bangilan untuk menuju Janjang
cukup dekat dan medannya adventure banget.
Mulai dari Sidotentrem
perjalanan menuju kearah barat juga mengasyikkan. Melewati daerah pegunungan
Nglateng kemudian menuju ke arah selatan lewat Duren menyebrangi sungai yang
dangkal hingga sampai di wilayah perbatasan tiga kabupaten. Kabupaten Blora,
kabupaten Bojonegoro, dan kabupaten Tuban. Daerah perbatasan ini dikenal dengan
sebutan Singget, yaitu wilayah yang menjadi perbatasan tiga kabupaten tadi.
Perjalanan dari Singget
walau di tengah-tengah hutan namun jalannya relatif baik, kecuali yang
menyebrangi sungai tadi, masih makadam dan sangat licin jika musim penghujan.
Dari Singget arah Janjang adalah ke arah barat daya melewati dusun Nanas. Untuk
menambah sensasi perjalanan lebih mengasyikkan saya dan rombongan sengaja
berhenti sejenak untuk menikmati panorama ngarai dari dusun Nanas sambil ngopi
di sebuah warung di bawah pohon mente. Ya pohon mente juga banyak tersebar di
sepanjang perjalanan kami menuju Janjang.
Dari Nanas kami
melanjutkan perjalanan ke arah Bleboh. Bleboh adalah sebuah desa yang berada di
Ke. Jiken yang berada diantara barisan bukit-bukit. Seakan-akan perbukitan yang
mengelilingi wilayah tersebut menjadi benteng alami bagi desa itu. Dari Bleboh
letak Pesanggrahan Janjang sudah dekat, bahkan puncak bukitnya pun kelihatan. Kami
pun terus memacu motor kami hingga sampai di depan maqam dua putra dari Sultan
Hadiwijaya tadi.
Pemandangan alamnya
sungguh luar biasa, karena Janjang berada di perbukitan maka kami bisa melihat
rumah-rumah penduduk yang tersebar di bawahnya. Karena saat itu tidak ada juru
kuncinya maka kami hanya melihat-lihat maqom dari luarnya saja. Kemudian kami
naik ke puncak yang lebih tinggi yang mana di situ konon tempat Eyang Jati
Kusuma bertapa. Ada puluhan undakan dari beton yang memudahkan kami menaiki
punggung bukit. Diatas bukit terdapat cungkup batu pertapaan yang juga terkunci.
Udara bertiup sepoi-sepoi menyegarkan suasana siang itu. Sejauh mata memandang
tampak perkampungan warga dan juga hamparan hutan jati.
Di atas pertapaan itu
terdapat pos pantau perhutani, tingginya kira-kira 40 M. Kami naik ke atas dan
menikmati sensasi ketinggian yang mendebarkan. Perjalan yang luar biasa dan
kami sangat-sangat menikmatinya. Sekian. Joyojuwoto
Itu semacam petilasan gitu ya mas? Nggak terlampau keliatan ya bekas2nya
BalasHapus