Perkembangan Seni Sastra
Istilah “sastra” memiliki arti tulisan. Secara lebih luas, sastra dapat diartikan pembicaraan tentang berbagai tulisan yang indah bentuknya dan mulia isinya.
Ditilik dari segi bentuk, karya sastra adalah sesuatu yang dapat menyenangkan hati, sedangkan bila ditilik dari segi isi, karya sastra memiliki nilai guna bagi siapa saja yang mampu menggapresiasikannya.
Perkembangan Seni sastra
Seni sastra zaman kuno dikembangkan melalui tradisi lisan (folklore), yaitu tradisi yang diwariskan dari mulut ke mulut dan disampaikan dalam bentuk cerita atau dongeng. Kemudian pada zaman aksara seni sastra dikembangkan dalam bentuk tulisan-tulisan atau karya sastra yang ditulis pada daun lontar. Kebanyakan karya sastra era ini berasal dari zaman Hindu Budha. Karya-karya tersebut diantaranya :
1. Bharatayuda karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh
2. Gatotkacasraya karya Mpu Panuluh
3. Smaradahana karya Mpu Darmaja
4. Wrattasancaya dan Lubdhaka karya Mpu Tanakung
Pada akhir abad 16-17 M, perkembangan seni sastra banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam akibat dari munculnya peradapan Islam di Nusantara. Karya sastra tersebut diantaranya :
1. Asrar al Arifin, Syair perahu, Syair dagang, syair si burung pingai, karya Hamzah Fansuri
2. Tibyan fi ma’rifat al adyan, sirot al mustaqim, bustan as salatin, karya Nuruddin ar Raniri
3. Mir’at al iman mir’at al mu’minin karya Syamsudin Pase.
Sedang di zaman Indonesia sastrawan-sastrawan yang kita kenal diantaranya :
1. Chairil Anwar
2. Sutan Takdir Alisyahbana
3. H.B. Yasin
4. Ajip Rosidi
5. Hamka
6. NH. Dini
7. Umar Kayam
8. Sapardi Djoko Damono
9. Taufiq Ismail
10. WS. Rendra
Penggolongan seni sastra di Indonesia dalam beberapa zaman :
a. Pujangga Lama
Karya sastra yang dihasilkan sebelum abad XX. Karya sastra era ini didominasi oleh syair, pantun, gurindam, dan hikayat.
b. Sastra Melayu Rendah
Karya sastra yang dihasilkan sejak tahun 1870-1942, yang berkembang di lingkungan masyarakat Cina dan masyarakat Indo-Eropa
c. Angkatan Balai pustaka
Karya sastra Indonesia sejak tahun 1920-1950 yang dipelopori oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerpen, drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan karya sastra angkatan Pujangga Lama.
d. Pujangga Baru
Angkatan ini muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karyya sastra khususnya yang menyangkut nasionalisme dan kesadaran kebangsaan.
e. Angkatan ‘45
Karya sastra angkatan ini diwarnai pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya.
f. Angkatan 50-an
Ditandai dengan terbitnya majalah satra Kisah asuhan HB. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra didominasi cerpen dan kumpulan puisi.
g. Angkatan 50-60-an
h. Angkatan 66-70-an
Ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Sastrawan era ini diantaranya Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuaunto, Gunawan Muhammad, Sapardi Djoko Damono, Satyagraha Hurip, dan Paus Sastra Indonesia H.B. Jassin.
i. Dasawarsa 80-an
Era ini didominasi karya sastra yang bergenre roman percintaan dan sastrawan wanita.
j. Angkatan Dasawarsa 2000-an
Karya sastra era ini merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 90-an seiring dengan jatuhnya Orde Baru.
k. Cybersastra
Sastra era internet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar