Oleh: Joyo Juwoto
Siluet wajahmu kueja sepanjang perjalanan
Dan dalam deretan bayang-bayang cemara
Kurindui rinai senyummu dalam buai cinta yang syahdu
Mendekap dinginnya malam yang menusuk kalbu
Kekasihku adalah pohon-pohon cemara
Yang tercipta dari kerling matamu, yang menyimpan misteri
Dan senyapnya kegelapan yang menyelimuti hati
Irama degup jantungmu masih kudengar diantara kelok jalan yang menanjak terjal
Deru mobil bagai dengus nafasmu yang berbisik lembut di lembah dadaku
Bromo, tebing dan jurangmu kujelajahi, dan kupahatkan kenangan sepanjang waktu, di bongkahan batu-batu keabadian
Desau dan risau anginmu membisik pada cemara yang menari di mabuk asmara
Bromo, wajahmu bukan hanya sekedar keindahan belaka
Ada gelap di malammu yang bisu
Ada terjal di Puncakmu yang kelabu
Ada dingin di lembah ngaraimu yang beku
Dan derai cemaramu merangkai kidung asmara di puncak keabadian cinta
Bromo, kenanganku padamu abadi, terpatri dalam bait-bait puisi ini.
Puncak Penanjakan, 17/09/2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar