Kamis, 06 Februari 2020

Kacang Tuban

Kacang Tuban
Oleh: Joyo Juwoto

Istilah kacang Tuban mungkin belum begitu populer di tengah-tengah masyarakat, bahkan saya ragu orang Tuban sendiri familiar dengan istilah ini. Yang ada orang-orang menyebutnya kacang cina. Saya sendiri tidak tahu asal-usul dan sejak kapan jenis kacang itu dikenal dengan nama kacang Cina.

Selain dikenal dengan sebutan kacang cina, ada pula yang menyebutnya sebagai kacang tanah, kacang jabut. Mungkin karena isinya ada di dalam tanah yang kemudian dipanen dengan cara dijabut, maka nama itu melekat pada jenis kacang yang memiliki istilah latin cukup rumit ini, Arachis hypogaea L.

Kacang tanah, atau kacang cina ini biasanya dikonsumsi dengan cara digoreng, dibumbui garam sama bawang yang kemudian dikemas plastik atau kertas. Inilah camilan enak.yang dikenal dengan nama kacang asin. Kacang tanah ini juga menjadi bahan baku industri pecel. Hampir di semua tempat tentu mengenal makanan ini, yang populer orang-orang menyebutnya sebagai pecel Madiun.

Selain itu kacang tanah atau kacang cina tadi juga diproduksi menjadi camilan model kacang beringin, kacang Sukro, kacang dua kelinci dan kacang Garuda yang pabriknya ada di Pati. Model yang pertama itu menjadi camilan yang cukup legendaris.

Dari sekian hasil dari olahan kacang tanah tadi tidak ada satupun yang menyebut nama kacang Tuban. Atau setidaknya ada produk yang menjadi branded milik kota Tuban.  Padahal menurut saya branding kacang Tuban ini harus ada, kalau tidak ada perlu segera diadakan.

Mengapa harus ada dan diadakan? Branding untuk kekhasan suatu daerah itu menurut saya cukup penting, Tuban ini sementara dikenal dengan kekhasan makanannya berupa toak, legen, seafood, dan yang melegenda adalah camilan ampo, secara khusus mungkin nanti saya akan menulis tentang ampo yang legendaris ini.

Kacang tanah, atau kacang cina ini belum menjadi branding di kota Tuban, padahal produksi kacang Tuban ini kualitasnya cukup bagus dan punya nama di pasaran. Sementara yang saya tahu di pasaran wilayah Bangilan dan Jatirogo, produk kacang tanah ini dikuasai oleh produk kacang Tuban dan kacang impor dari India, entah di kecamatan-kecamatan lain di wilayah Tuban.

Walau kacang tanah dari India cukup punya nama, namun pembeli sendiri lebih memilih kacang Tuban. Padahal harganya antara kacang India dan Tuban terpaut cukup banyak. Lebih mahal harga kacang Tuban. Satu kilo kacang Tuban bisa sampai 25ribu, sedang kacang India sekitar 19ribu perkilonya.  Rupanya faktor citarasa menjadi salah satu faktor pilihan pembeli. Kacang Tuban lebih gurih dan nyanten, sedang kacang India terkesan hambar, sepo.

Sayangnya produksi kacang Tuban kadang-kadang tidak mencukupi kebutuhan pasar, akhirnya mau tidak mau jika kacang Tuban sedang kosong, pembeli beralih membeli kacang India. Mau bagaimana lagi, produksi kacang harus terus berjalan, akhirnya kacang apapun diambil. Hal ini yang menurut saya bisa menjadi perhatian pihak terkait untuk bisa memenuhi kebutuhan pasar, sehingga produk dalam negeri bisa mencukupi kebutuhan pasar kita.

Sebenarnya tidak hanya kacang, kedelai, bawang putih, dan berbagai kebutuhan pasar kita banyak dikuasai produk-produk impor. Saya tidak tahu apa memang petani kita tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar, atau jangan-jangan memang ada mafia dalam kegiatan impor ini. Entahlah, saya tidak punya kapasitas untuk menengok hal-hal yang demikian.

Saya hanya berharap, kelak masyarakat kita bisa berdikari dalam hal apapun, termasuk dalam hal perkacangan, perbawangan dan perkedelain ini. Kita tunggu peran pemerintah. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar