Perempuan
Sebagai Ibu Peradaban
Oleh: Joyo Juwoto
Saya
lebih suka menyebut istilah perempuan daripada wanita, walau sebenarnya
keduanya memiliki makna yang sama, namun secara semantik kata perempuan
memiliki makna yang berbeda dibandingkan dengan penggunaan istilah wanita.
Secara bahasa perempuan berasal dari bahasa Sanskerta dari kata empu yang
artinya seorang yang pandai, sedang wanita sendiri berasal dari kata wani
ditata, atau berani diatur. Diatur di sini maksudnya wanita lebih banyak menjadi
objek dari sebuah sistem patriarkis yang ada di tengah masyarakat.
Penggunaan
istilah perempuan atau wanita memang tidak begitu dihiraukan di tengah-tengah
masyarakat, tetapi dari makna semantik di atas sangat jelas penggunaan kata apa
yang tepat, dan seharusnya dipakai dan layak disandang oleh seorang yang
dikenal dari golongan Hawa ini. Perempuan adalah induk dari segala kebaikan,
perempuan adalah kodrat yang melekat pada sosok seorang ibu bagi tumbuhnya
sebuah peradaban.
Dalam
sistem masyarakat feodal, perempuan dianggap kanca wingkingnya kaum
laki-laki. Perannya hanya terbatas pada sumur, kasur, dan dapur saja. Seorang
perempuan dianggap ora ilok atau tidak pantas jika tampil di depan kaum laki-laki. Tetapi kita layak bersyukur
selalu ada tokoh atau golongan dari kaum perempuan yang berani mendobrak tembok
tebal patriarkis tersebut, agar wanita tidak selalu menjadi titik subordinat
dari kaum laki-laki.
Dalam
kehidupan masyarakat jahiliah pun tidak jauh beda dengan kaum feodal dalam
memperlakukan seseorang perempuan. Perempuan dianggap lebih rendah derajadnya
dengan benda-benda material, bahkan masyarakat jahiliah merasa malu jika
memiliki anak perempuan.
Ketika Islam
datang, kedudukan seorang perempuan cukup agung dan mulia, ia adalah seorang
yang memiliki kemuliaan tiga kali lipat dibanding seorang laki-laki yang
disebut sebagai ayah. Seorang ibu juga dianggap pemilik surga yang berada di
kedua telapak kakinya, suatu ibarat yang sangat luar biasa tentunya.
Ajaran
Islam sangat menghormati seorang perempuan, dalam al Quran ada surat an-Nisa'
yang artinya perempuan, di masjidnya Nabi Muhammad beliau juga menyediakan
pintu khusus untuk kaum perempuan, pintu itu terkenal dengan sebutan baabun
nisa'. Tidak hanya itu saja, ajaran Islam sangat menghormati seorang perempuan.
Dalam
sebuah haditsnya Rasulullah SAW bersabda: "dan yang menghinakan perempuan
hanyalah orang yang hina." Begitu jelas, tegas, dan gamblangnya kedudukan
seorang perempuan di mata Nabi Muhammad Saw. Beliau sangat menghormati kaum
perempuan, lebih-lebih seorang ibu.
Ada
kata mutiara yang cuku bagus untuk direnungkan: “Al mar’atu
imadul bilad waidza fasadat fasadatil bilad,” artinya: “Perempuan
adalah tiangnya negara, jika perempuan rusak , maka rusaklah suatu negara.”
Dari maqolah ini diibaratkan bahwa perempuan adalah tiang bagi sebuah
peradaban bangsa, jika tiang tersebut kokoh maka kuatlah sebuah bangsa, jika
tiang tersebut rapuh maka bangsa tersebut berada diambang kehancurannya.
Perempuan
adalah ibu bagi sebuah peradaban, hanya ibu yang baik yang akan melahirkan
generasi-generasi emas bagi peradaban suatu bangsa. Saya teringat dawuhnya
mbah Moen Sarang, begini dawuh beliau: "Nek milih bojo iku sing ora
patiyo ngerti dunyo. Mergo sepiro anakmu sholeh, sepiro sholehahe ibune."
Artinya: “Jika memilih istri sebaiknya memilih perempuan yang tidak begitu suka
dunia, karena seberapa sholeh anakmu tergantung dari seberapa sholeh
ibunya."
Dalam
dawuhnya yang lain, mbah Moen juga berkata: “Cari istri itu kalau bisa
yang bisa ngaji kitab, jangan yang hafal Al Qur’an yang didahulukan.” Dari dawuh
ini bisa kita fahami bahwa seorang istri yang pandai dan berpendidikan itu
lebih diutamakan daripada yang hanya sekedar hafal Al Qur’an saja. Jadi
pendidikan adalah modal utama bagi seorang perempuan untuk mampu dan berhasil
menjadi ibu yang baik dan hebat untuk anak-anaknya kelak.
Hafidz
Ibrahim, seorang penyair Sungai Nil menulis sebuah puisi yang sangat indah,
mengenai sosok perempuan yang berperan sebagai Ibu:
Ibu adalah sebuah sekolah, jika kau mempersiapkannya
Berarti kau telah mempersiapkan bangsa yang baik pokok
pangkalnya
Ibu adalah taman, jika kehidupan ini
menyiapkannya dengan siraman
Maka taman itu akan rindang serindang-rindangnya
Ibu adalah guru dari semuia guru yang
pertama dan utama
Bekasnya/ pengaruhnya akan selalu berdampak sepanjang masa
Lihatlah
betapa hebatnya seorang perempuan, menjadi ibu bagi sebuah peradaban bangsa.
Pahlawan-pahlawan yang hebat tentu dilahirkan oleh seorang perempuan yang hebat
pula. Dididik dengan baik, dan tentu didoakan agar anak-anaknya menjadi
manusia-manusia yang luar biasa. Anak-anak itu tumbuh dalam naungan cinta dan
kasih sayang seorang ibu.
Kita
banyak mengenal perempuan-perempuan hebat di sepanjang sejarah umat manusia,
baik yang mendidik dan melahirkan tokoh-tokoh besar semisal Ibu dari Imam
Syafi'i, Ibu dari Umar bin Abdul Aziz, maupun sosok perempuan hebat yang
berperan secara langsung dalam sebuah peradaban. Kita juga mengenal sosok
perempuan sebagai ulama, tokoh sufi, ilmuan, panglima perang, bahkan seorang
penguasa sebuah negara. Jadi menjadi perempuan tidak sekedarnya saja, karena
perempuan adalah ibu bagi tumbuh berkembangnya suatu peradaban bangsa dan
negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar