Pohon
Murbei di Pekarangan Rumah Nenek
Oleh
: Joyo Juwoto
Buah murbei adalah
buah kesukaan Naila, sayangnya di rumah Naila tidak ada pohon murbei. Di rumah
nenek ada pohon murbei yang cukup subur,pohonnya menulang tinggi dengan daun
yang menghijau, sejuk dipandang mata. Jika musim berbuah, pohon murbei
kelihatan merah merona dahan dan rantingnya dipenuhi buah murbei yang ranum
menggoda. Apabila buah murbei telah masak warnanya berubah kehitaman, seperti
buah anggur yang berwarna hitam. Rasanya manis-manis kecut.
Bulan ini pohon
murbei sedang berbuah lebat, biasanya anak-anak kampung sama berebutan
mengambil buah murbei yang telah masak, ada yang memakai galah, ada yang
memanjat pohon murbei, karena pohon murbei agak rapuh, biasanya jika ada anak
yang memanjat dilarang oleh nenek, agar batang pohon dan ranting murbei tidak
patah, serta membahayakan anak yang memanjatnya.
Selain disukai oleh anak-anak,
buah murbei yang telah masak juga disukai oleh burung-burung kecil pemakan
buah, di pagi hari biasanya burung-burung itu telah berbondong-bondong hinggap
di dahan dan ranting pohon murbei. Burung-burung itu bercericit ramai sekali,
berpesta ria buah murbei. Setelah dirasa kenyang burung-burung itu kemudian
terbang ke angkasa dan menghilang entah ke mana.
Pada suatu sore Naila
dan Nafa yang sedang berkunjung di rumah neneknya melihat buah murbei di
samping rumah neneknya berbuah lebat. Naila dan Nafa ingin sekali memetik buah
murbei itu. “Nafa, ambil galah di pojokan rumah, ayo kita memetik buah murbei”
ajak Naila kepada adiknya yang saat itu sedang bermain pasir di halaman rumah
nenek, bersama teman-temannya.
“Wow, buahnya banyak
sekali ya, mbak Naila. Aku juga ingin memetiknya” ucap Nafa. Dua gadis kecil
itu bersama teman-temannya kemudian sibuk memetik buah murbei dengan galah.
Buah-buah itu kemudian dikumpulkan dan di makan bersama.
Gadis-gadis kecil itu
bergembira ria memanen buah murbei yang ada di pekarangan rumah nenek. Mereka
berlomba-lomba mendapatkan buah murbei sebanyak-banyaknya.
Karena di rumah Naila
tidak ada pohon murbei, ia ingin sekali menanam pohon murbei di samping rumahnya.
Naila yang belum tahu caranya bertanam murbei bertanya kepada neneknya. “Nek,
Naila ingin punya pohon murbei sendiri di rumah, bagaimana cara menanamnya?”
Sang nenek yang saat
itu sedang duduk-duduk di serambi depan rumah kemudian beranjak menuju ke arah pohon
murbei. Kemudian dengan sebilah sabit,
nenek memotong salah satu dahan pohon itu. Cres!, sekali tebas dahan itu telah
terpotong. “Dahan ini bawa pulang, besok pagi tancapkan saja ke tanah, kemudia
jangan lupa sirami setiap hari, pagi dan sore hari”
“Nanti setelah
beberapa minggu pasti tunasnya telah tumbuh, yang penting Naila harus rajin-rajin menyiramnya ya?” begitu
petunjuk nenek kepada Naila dalam bertanam murbei kesayangannya.
“Wah...ternyata
sangat mudah ya bertanam murbei? kata Naila. “Cukup ditancapkan dahannya,
kemudian rajin menyiramnya”.
Naila sangat senang
sekali, ia akan segera mempunyai pohon murbei sendiri. Terbayang di pikirannya
sebuah pohon murbei dengan daun yang segar menghijau, menyejukkan pandangan di halaman
rumahnya. Ia tentu akan sangat senang jika pohon murbei itu kemudian tumbuh
besar dan subur, kemudian menghasilkan buah yang lebat dan ranum. “Alangkah
indahnya, oh...pohon murbei”. bisik Naila dalam hati sambil ia tersenyum-senyum
sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar