Kedelai
Oleh: Joyo Juwoto
Oleh: Joyo Juwoto
Kedelai
adalah jenis tanaman polong-polongan sebagai salah satu sumber utama protein
nabati. Keledai bisa diolah menjadi berbagai macam bahan pangan, seperti tempe,
tahu, kecap, tauco dan lain sebagainya. Selain itu kedelai juga bisa dikonsumsi
dengan cara digodog, digoreng, maupun dibakar secara langsung.
Dulu di
kampung jika musim panen kedelai, anak-anak kampung biasa membakar kedelai
sesudah acara panen raya. Biasanya acara bakar-bakaran ini digelar di halaman
langgar atau halaman rumah sambil jagongan sesudah sholat isya'.
Kedelai
dibakar di tumpukan jerami kering atau klobot jagung, karena memang membakar
kedelai tidak memerlukan api yang panas membara. Api dari jerami, klaras
(pelepah pisang yang sudah kering) atau klobot jagung cukup untuk membuat
kedelai matang dan siap disantap beramai-ramai.
Setelah
kobaran api dari pembakaran padam, dipastikan kedelai telah matang, bahkan ada
yang gosong. Setelah itu kedelai dinikmati bersama di tempat sisa pembakaran
tanpa perlu menyediakan wadah. Tentu saja kedelainya masih bercampur dengan abu
hitam sisa pembakaran.
Tidak
heran jika setelah pesta makan kedelai tangan dan mulut clontengan berwarna
hitam. Tidak jarang anak-anak kampung sambil nglethik kedelai bakar saling
mencoreng muka temannya dengan abu sisa pembakaran, sehingga setelah pesta
makan muka mereka seperti Kopasus yang baru saja mengikuti ujian pembaretan.
Setelah
selesai makan-makan biasanya anak-anak kampung berlarian menuju sungai untuk
mandi. Kegembiraan masa anak-anak di kampung yang sedemikian menjadi hal
yang sangat dirindukan.
Berbicara
mengenai kedelai dengan segala varian masa silamnya terasa indah dan
penuh dengan kenangan, apalagi kita menjadi bagian dari romantika perkedelaian.
Namun sayang nasib kedelai pribumi tidak seindah kenangan yang pernah singgah
di hati.
Harga
kedelai pribumi masih kalah jauh dengan kedelai impor, industri pertempean kita
juga belum bisa berpaling dari turis kedelai luar negeri, sekedar melirik
kedelai pribumi pun enggan. Hal ini tentu menjadi masalah bagi para petani
kedelai di negeri ini.
Banyak
faktor mengapa kedelai luar negeri masih mendominasi, salah satunya adalah
kualitas kedelai luar negeri memang lebih bagus dari kedelai pribumi, selain
itu kebijakan dari pemerintah mengenai impor kedelai juga perlu ditinjau ulang.
Kakak
saya memproduksi tempe, jadi sedikit banyak saya tahu mengenai kualitas kedelai
turis dan kedelai pribumi. Kedelai turis tampilannya lebih putih dan bersih,
tampangnyanya juga lebih besar dibandingkan dengan kedelai pribumi. Oleh karena
itu, jika kedelai pribumi ingin merebut kemerdekaan di tanah tumpah bibitnya,
maka perlu ada perbaikan kualitas tentunya.
Mengingat
tempe yang berbahan baku kedelai masih menjadi primadona di kancah perdapuran
emak-emak. Jadi perlu adanya kebijakan dan terobosan baru yang bisa memberikan
ruang bagi perkedelaian pribumi untuk tumbuh berkembang dengan baik.
Bangilan, 9/11/2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar