Jumat, 09 November 2018

Kedelai

Kedelai
Oleh: Joyo Juwoto

Kedelai adalah jenis tanaman polong-polongan sebagai salah satu sumber utama protein nabati. Keledai bisa diolah menjadi berbagai macam bahan pangan, seperti tempe, tahu, kecap, tauco dan lain sebagainya. Selain itu kedelai juga bisa dikonsumsi dengan cara digodog, digoreng, maupun dibakar secara langsung.
Dulu di kampung jika musim panen kedelai, anak-anak kampung biasa membakar kedelai sesudah acara panen raya. Biasanya acara bakar-bakaran ini digelar di halaman langgar atau halaman rumah sambil jagongan sesudah sholat isya'.
Kedelai  dibakar di tumpukan jerami kering atau klobot jagung, karena memang membakar kedelai tidak memerlukan api yang panas membara. Api dari jerami, klaras (pelepah pisang yang sudah kering) atau klobot jagung cukup untuk membuat kedelai matang dan siap disantap beramai-ramai.
Setelah kobaran api dari pembakaran padam, dipastikan kedelai telah matang, bahkan ada yang gosong. Setelah itu kedelai dinikmati bersama di tempat sisa pembakaran tanpa perlu menyediakan wadah. Tentu saja kedelainya masih bercampur dengan abu hitam sisa pembakaran.
Tidak heran jika setelah pesta makan kedelai tangan dan mulut clontengan berwarna hitam. Tidak jarang anak-anak kampung sambil nglethik kedelai bakar saling mencoreng muka temannya dengan abu sisa pembakaran, sehingga setelah pesta makan muka mereka seperti Kopasus yang baru saja mengikuti ujian pembaretan.
Setelah selesai makan-makan biasanya anak-anak kampung berlarian menuju sungai untuk mandi. Kegembiraan masa anak-anak di kampung  yang sedemikian menjadi hal yang sangat dirindukan.
Berbicara mengenai kedelai dengan segala  varian masa silamnya terasa indah dan penuh dengan kenangan, apalagi kita menjadi bagian dari romantika perkedelaian. Namun sayang nasib kedelai pribumi tidak seindah kenangan yang pernah singgah di hati.
Harga kedelai pribumi masih kalah jauh dengan kedelai impor, industri pertempean kita juga belum bisa berpaling dari turis kedelai luar negeri, sekedar melirik kedelai pribumi pun enggan. Hal ini tentu menjadi masalah bagi para petani kedelai di negeri ini.
Banyak faktor mengapa kedelai luar negeri masih mendominasi, salah satunya adalah kualitas kedelai luar negeri memang lebih bagus dari kedelai pribumi, selain itu kebijakan dari pemerintah mengenai impor kedelai juga perlu ditinjau ulang.
Kakak saya memproduksi tempe, jadi sedikit banyak saya tahu mengenai kualitas kedelai turis dan kedelai pribumi. Kedelai turis tampilannya lebih putih dan bersih, tampangnyanya juga lebih besar dibandingkan dengan kedelai pribumi. Oleh karena itu, jika kedelai pribumi ingin merebut kemerdekaan di tanah tumpah bibitnya, maka perlu ada perbaikan kualitas tentunya.
Mengingat tempe yang berbahan baku kedelai masih menjadi primadona di kancah perdapuran emak-emak. Jadi perlu adanya kebijakan dan terobosan baru yang bisa memberikan ruang bagi perkedelaian pribumi untuk tumbuh berkembang dengan baik.
Bangilan, 9/11/2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar