Kamis, 21 Juli 2022

Ken Arok

 Arok
Oleh: Joyo Juwoto

Kisah tentang Ken Arok sudah saya dengar semenjak kanan-kanak, saat sandiwara radio marak di masa itu. Ken Arok ini dikisahkan dalam. Sandiwara radio yang berjudul Sabda Pandita Ratu yang cukup tenar di era tahun 80-90an. Mendengarkan sandiwara radio adalah salah satu aktivitas yang cukup menyenangkan sebelum maraknya tayangan televisi yang akhirnya menggeser kegiatan mendengarkan radio, seperti era sekarang internet menggeser keberadaan pertelevisian di tengah masyarakat.

Saya masih ingat salah tokoh dalam sandiwara ini, yaitu Ken Arok, seorang yang digambarkan sangat liar dan suka membuat keonaran dan keributan, sehingga Ken Arok mendapatkan sebutan Singa Liar Padang Karautan. Untuk julukan ini ternyata tidak saya temui saat saya membaca buku Pararaton yang ditulis ulang oleh Gamal Kamandoko. 

Menurut apa yang saya ingat, julukan singa liar padang Karautan itu terkait aktivitas Ken Arok yang menjadi begal di sebuah tempat yang bernama Karautan. Di sini pula nantinya Ken Arok bertemu dengan guru ruhaninya yaitu Begawan Lohgawe yang akan mengubah arah hidupnya. Ini dulu yang saya bayangkan saat mendengarkan sandiwara radio, saya jadi ingat tentang pertemuan Brandal Lokajaya dengan Sunan Bonang di hutan Jatiwangi, dua peristiwa yang memiliki kemiripan cerita. Tapi apa yang saya bayangkan ini tidak sepenuhnya benar, pertemuan ken Arok dengan Guru Lohgawe ternyata di tempat lain, begitu yang saya baca di serat Pararaton. 

Saya membaca buku Kamal Kamandoko seperti menggugah kembali memori saya tentang sosok pemuda brandalan yang bernama Ken Arok tadi. Di serat Pararaton namanya sebenarnya adalah Ken Angrok, mungkin karena soal pengucapan A yang kadang dibaca Nga sehingga terjadi perubahan dari Angrok menjadi Arok. Seperti juga orang-orang kidulan seperti Ngawi, Sragen, Magetan, ada yang membaca kata alamin menjadi ngalamin, tapi walaupun ada perbedaan dalam pengucapan, semua bersepakat bahwa antara Arok dan Angrok adalah satu nama yang sama. 

Satu hal lagi yang saya ingat dari sandiwara radio tersebut, bahwa salah satu ciri dari Ken Arok itu tangannya lebih panjang dari kakinya, kemudian di telapak tangannya ada rajah yang dikenal sebagai rajah Kala Cakra. Sampai-sampai saat itu saya terobsesi mencari buku tentang rajah demi mencari rajah yang terkenal keampuhan untuk membakar bangsa jin tersebut. Benar saat itu saya berhasil mendapatkannya, entah buku itu ada di mana sekarang. 

Ken Arok tokoh yang dikisahkan dalam sandiwara radio yang saya dengar maupun dalam serat Pararaton adalah anak dari seorang perempuan dari dusun Pangkur yang bernama Ken Endok yang bersuamikan seorang laki-laki yang bernama Gajahpara. Dalam kisahnya, Ken Endok ketika akan pergi ke sawah mengantar makanan untuk suaminya, ia ditemui oleh Dewa Brahma. Dewa Brahma memilih Ken Endok untuk melahirkan anaknya, sehingga Ken Endok ini dilarang untuk berhubungan badan dengan suaminya. Jika itu dilanggar maka suaminya akan meninggal dunia.

Saya menduga kisah ini adalah sandi cerita yang dibuat oleh penulisnya, bahwa Ken Arok ini bukan anak sembarangan, walau terlahir dari seorang perempuan desa, bisa jadi ayah dari Ken Arok adalah seorang penguasa atau pembesar kerajaan saat itu. Menurut saya ini adalah cara untuk menyembunyikan sesuatu demi menjaga nama baik sang penguasa dengan cara membuat sandi cerita. 

Kisah selanjutnya Ken Endok sebenarnya sudah memberitahukan akan hal itu kepada suaminya, namun bagaimanapun juga Gajahpara sebagai seorang suami tentu mengajak istrinya untuk berhubungan badan, singkat cerita setelah kejadian itu Gajahpara pun meninggal dunia. Setelah genap usia kandungan Ken Endok ia pun melahirkan bayi laki-laki, bayi itu pun dibuangnya di kuburan. Kemudian bayi itu dipungut oleh seorang yang berprofesi sebagai pencuri yang bernama Lembong.

Karena diasuh seorang pencuri, Ken Arok pun tumbuh menjadi pemuda yang berandalan, tidak hanya itu Ken Arok juga suka berjudi hingga harta orang tua angkatnya habis. Setelah itu Ken Arok pergi meninggalkan keluarga Lembong, ia mengembara dan kemudian diambil anak angkat oleh seorang penjudi yang bernama Bango Samparan.

Lengkap sudah segala kejahatan dan kebrutalan dari seorang Arok, dari diasuh oleh seorang pencuri kemudian dididik oleh seorang penjudi, sehingga ia menjelma menjadi brandal yang sangat meresahkan masyarakat. Pernah suatu ketika ia ketahuan mencuri kemudian ia hampir dibunuh oleh massa. Ken Arok lari dan diselamatkan oleh kekuatan dewa Brahma. Karena Sejahat-jahatnya Arok ia adalah keturunan seorang dewa yang kelak akan menjadi wakil Brahma di muka bumi, begitu cerita dalam serat Pararaton. 

Kejahatan Arok ini akhirnya berakhir ketika ia bertemu dengan seorang pendeta yang baru datang dari tanah Jambudwipa, namanya Dang Hyang Lohgawe. Dalam puja semedinya ia mendapat petunjuk dari untuk mengasuh seorang pemuda yang bernama Ken Arok tadi. Akhirnya Sang Brahmana menuju tanah Jawa dengan cara terbang menaiki tiga rumput kekatang. 

Sesuai petunjuk dari dewa, Brahmana Lohgawe harus mencari pemuda tadi di arena perjudian. Sesampainya di sana, Lohgawe memperhatikan seorang pemuda yang memang telah muncul dalam puja semedinya, sehingga ia langsung menebak dengan benar nama pemuda tadi. Sang Brahmana pun berucap "Tentulah engkau yang bernama Ken Arok, engkau aku ambil sebagai anak. Kutemani engkau pada waktu kesusahan dan kuasuh kemana saja engkau pergi".

Pertemuan Ken Arok dengan Dang Hyang Lohgawe inilah yang akhirnya mengubah kondisi Ken Arok dari seorang berandalan menjadi prajurit kepercayaan Akuwu Tunggul Ametung di Kadipaten Tumapel yang mendekatkannya menuju garis takdir yang menjadikannya sebagai seorang raja besar di Tanah Jawa. Sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar