Minggu, 02 Mei 2021

Ramadhan Bulan Literasi





 Ramadhan Bulan Literasi 

Bulan Ramadhan adalah bulan al Qur'an, bulan yang penuh berkah di mana pada bulan ini Allah Swt menurunkan Al Qur'an dari langit ke bumi.

Kita tahu bahwa Al Qur'an yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw adalah surat al Alaq, atau masyhur disebut sebagai surat Iqra'. 

Kalimat Iqra' adalah perintah dari Allah untuk membaca. Setelah turun surat Iqra' sebagian ulama berpendapat   surat berikutnya yang turun adalah surat Al Qalam.

Surat Iqra' secara tersurat sangat jelas kita diperintahkan untuk membaca. Membaca apa saja, baik sesuatu yang tersurat maupun yang tersirat. Membaca ayat-ayat Allah, baik qauliyah maupun kauniyah. Ya, membaca ini menjadi perintah pertama Tuhan kepada hamba-hamba-Nya.

Untuk surat Al Qalam, artinya adalah pena. Di dalam surat ini Allah bersumpah demi pena. Tentu pena memiliki rahasia yang cukup besar hingga Allah menjadikannya sebagai kalimat sumpah. 

Tentu bukan suatu kebetulan jika setelah Allah memerintahkan membaca kemudian diikuti sumpah dengan pena. Ada kaitan erat antara aktivitas membaca dengan pena.

Dari serangkaian apa yang saya utarakan di atas, mulai dari turunnya Al Qur'an pada bulan Ramadhan, kemudian perintah untuk membaca, yang disusul sumpah atas nama pena maka saya mengambil sebuah kesimpulan bahwa bulan Ramadhan selain disebut sebagai bulan Al Qur'an maka ijinkan saya menyebutnya juga sebagai bulan literasi.

Saya rasa penyebutan ramadhan sebagai bulan literasi tidaklah berlebihan dan tidak menyalahi kaidah dalam agama kita. Karena memang pertama kali perintah Allah berkaitan dengan kegiatan literasi itu sendiri.

Terlebih, di bulan ramadhan umat Islam khususnya para santri di pondok pesantren banyak mengisinya dengan kegiatan literasi juga. Seperti membaca, mentelaah berbagat kitab-kitab klasik para ulama terdahulu dan berbagai kegiatan spiritualitas  seperti shalat sunnah tarawih, witir, dan wiridan.

Di setiap bulan Ramadhan, pondok-pondok pesantren di seluruh Indonesia banyak mengadakan pengajian kitab kuning atau dalam khasanah pesantren dikenal dengan istilah "Pasan". 

Pasan atau mengaji berbagai kitab-kitab klasik dalam bahasa Arab yang biasanya dimaknai menggunakan bahasa Jawa adalah sebuah kegiatan literasi yang luar biasa. Ini adalah tradisi literasi terbesar yang dilakukan oleh para santri secara serentak di bulan ramadhan yang patut mendapatkan perhatian. 

Para santri menyimak ulasan kitab yang dibaca oleh para Kiai kata perkata. Mereka dalam istilah pesantren nyasahi kitab, atau memberikan makna dengan tulisan Arab pegon di kitab yang mereka bawa sesuai dengan apa yang dibaca oleh sang Kiai. 

Ada pula santri yang menyimak hanya "nguping" saja. Maksudnya hanya mendengarkan dengan telinga tanpa repot-repot menyimak kitab yang dikaji oleh para Kiai. Biasanya ini dilakukan oleh santri-santri sepuh. Mereka mengaji hanya sekedar tabarrukan saja. 

Dengan tekun para santri tersebut mengaji dan mengkaji kitab-kitab berbahasa Arab tersebut hingga khatam di beberapa hari di bulan ramadhan.

Saya melihat tradisi pasan ini  adalah kegiatan literasi yang sangat luar biasa dari khazanah pesantren di Indonesia. Dari kegiatan ini saya berharap akan lahir tradisi keilmuan yang membawa perubahan besar bagi kehidupan kita dalam beragama, berbangsa dan bernegara. 

Bangilan, 17 Ramadhan 1442 H