Kamis, 31 Maret 2022

Perempuan Sebagai Ibu Peradaban

Perempuan Sebagai Ibu Peradaban

Oleh: Joyo Juwoto


Saya lebih suka menyebut istilah perempuan daripada wanita, walau sebenarnya keduanya memiliki makna yang sama, namun secara semantik kata perempuan memiliki makna yang berbeda dibandingkan dengan penggunaan istilah wanita. Secara bahasa perempuan berasal dari bahasa Sanskerta dari kata empu yang artinya seorang yang pandai, sedang wanita sendiri berasal dari kata wani ditata, atau berani diatur. Diatur di sini maksudnya wanita lebih banyak menjadi objek dari sebuah sistem patriarkis yang ada di tengah masyarakat.

Penggunaan istilah perempuan atau wanita memang tidak begitu dihiraukan di tengah-tengah masyarakat, tetapi dari makna semantik di atas sangat jelas penggunaan kata apa yang tepat, dan seharusnya dipakai dan layak disandang oleh seorang yang dikenal dari golongan Hawa ini. Perempuan adalah induk dari segala kebaikan, perempuan adalah kodrat yang melekat pada sosok seorang ibu bagi tumbuhnya sebuah peradaban.

Dalam sistem masyarakat feodal, perempuan dianggap kanca wingkingnya kaum laki-laki. Perannya hanya terbatas pada sumur, kasur, dan dapur saja. Seorang perempuan dianggap ora ilok atau tidak pantas jika tampil di depan  kaum laki-laki. Tetapi kita layak bersyukur selalu ada tokoh atau golongan dari kaum perempuan yang berani mendobrak tembok tebal patriarkis tersebut, agar wanita tidak selalu menjadi titik subordinat dari kaum laki-laki.

Dalam kehidupan masyarakat jahiliah pun tidak jauh beda dengan kaum feodal dalam memperlakukan seseorang perempuan. Perempuan dianggap lebih rendah derajadnya dengan benda-benda material, bahkan masyarakat jahiliah merasa malu jika memiliki anak perempuan.

Ketika Islam datang, kedudukan seorang perempuan cukup agung dan mulia, ia adalah seorang yang memiliki kemuliaan tiga kali lipat dibanding seorang laki-laki yang disebut sebagai ayah. Seorang ibu juga dianggap pemilik surga yang berada di kedua telapak kakinya, suatu ibarat yang sangat luar biasa tentunya.

Ajaran Islam sangat menghormati seorang perempuan, dalam al Quran ada surat an-Nisa' yang artinya perempuan, di masjidnya Nabi Muhammad beliau juga menyediakan pintu khusus untuk kaum perempuan, pintu itu terkenal dengan sebutan baabun nisa'. Tidak hanya itu saja, ajaran Islam sangat menghormati seorang perempuan.

Dalam sebuah haditsnya Rasulullah SAW bersabda: "dan yang menghinakan perempuan hanyalah orang yang hina." Begitu jelas, tegas, dan gamblangnya kedudukan seorang perempuan di mata Nabi Muhammad Saw. Beliau sangat menghormati kaum perempuan, lebih-lebih seorang ibu.

Ada kata mutiara yang cuku bagus untuk direnungkan: “Al mar’atu imadul bilad waidza fasadat fasadatil bilad,” artinya: “Perempuan adalah tiangnya negara, jika perempuan rusak , maka rusaklah suatu negara.” Dari maqolah ini diibaratkan bahwa perempuan adalah tiang bagi sebuah peradaban bangsa, jika tiang tersebut kokoh maka kuatlah sebuah bangsa, jika tiang tersebut rapuh maka bangsa tersebut berada diambang kehancurannya.

Perempuan adalah ibu bagi sebuah peradaban, hanya ibu yang baik yang akan melahirkan generasi-generasi emas bagi peradaban suatu bangsa. Saya teringat dawuhnya mbah Moen Sarang, begini dawuh beliau: "Nek milih bojo iku sing ora patiyo ngerti dunyo. Mergo sepiro anakmu sholeh, sepiro sholehahe ibune." Artinya: “Jika memilih istri sebaiknya memilih perempuan yang tidak begitu suka dunia, karena seberapa sholeh anakmu tergantung dari seberapa sholeh ibunya."

Dalam dawuhnya yang lain, mbah Moen juga berkata: “Cari istri itu kalau bisa yang bisa ngaji kitab, jangan yang hafal Al Qur’an yang didahulukan.” Dari dawuh ini bisa kita fahami bahwa seorang istri yang pandai dan berpendidikan itu lebih diutamakan daripada yang hanya sekedar hafal Al Qur’an saja. Jadi pendidikan adalah modal utama bagi seorang perempuan untuk mampu dan berhasil menjadi ibu yang baik dan hebat untuk anak-anaknya kelak.

Hafidz Ibrahim, seorang penyair Sungai Nil menulis sebuah puisi yang sangat indah, mengenai sosok perempuan yang berperan sebagai Ibu:

Ibu adalah sebuah sekolah, jika kau mempersiapkannya

Berarti kau telah mempersiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya

Ibu adalah taman, jika kehidupan ini menyiapkannya dengan siraman

Maka taman itu akan rindang serindang-rindangnya

Ibu adalah guru dari semuia guru yang pertama dan utama

Bekasnya/ pengaruhnya akan selalu berdampak sepanjang masa

 

Lihatlah betapa hebatnya seorang perempuan, menjadi ibu bagi sebuah peradaban bangsa. Pahlawan-pahlawan yang hebat tentu dilahirkan oleh seorang perempuan yang hebat pula. Dididik dengan baik, dan tentu didoakan agar anak-anaknya menjadi manusia-manusia yang luar biasa. Anak-anak itu tumbuh dalam naungan cinta dan kasih sayang seorang ibu.

Kita banyak mengenal perempuan-perempuan hebat di sepanjang sejarah umat manusia, baik yang mendidik dan melahirkan tokoh-tokoh besar semisal Ibu dari Imam Syafi'i, Ibu dari Umar bin Abdul Aziz, maupun sosok perempuan hebat yang berperan secara langsung dalam sebuah peradaban. Kita juga mengenal sosok perempuan sebagai ulama, tokoh sufi, ilmuan, panglima perang, bahkan seorang penguasa sebuah negara. Jadi menjadi perempuan tidak sekedarnya saja, karena perempuan adalah ibu bagi tumbuh berkembangnya suatu peradaban bangsa dan negara.


Minggu, 06 Maret 2022

Secangkir Kopi Yang Sunyi

Secangkir Kopi Yang Sunyi
Oleh: Joyo Juwoto

Aku tuangkan selaksa rindu pada secangkir kopi, kala gerimis meniris di temaram senja 

Aku hirup aromanya yang mewangi menguar ke udara menebar ketenangan jiwa

Aku cecap gelegak panas di secangkir kopi, dan menikmati sensasi pahit beserta manisnya

Dalam kelam aku tenggelam di telaga cangkirmu
Berkontemplasi di kehitaman  warnamu

Kopi ini menjadi candu yang membunuh hari-hari penuh sepi

Kopi ini menjadi kawan sejati kala diri tenggelam dalam lautan sunyi

Secangkir kopi, adalah rumah abadi pada lanskap sepi dan sunyi


Pacet, 01/03/22

Sajak Air Mata

Sajak air mata
Oleh: Joyo Juwoto


Air matanya menggenang
Tenang menyejukkan pandangan
Air mata yang menjadi mata air
Bagi telaga jiwa yang kering kerontang

Air mata itu adalah air mata keberkahan
Yang menyirami tunas-tunas muda
Menumbuhkan bunga-bunga harapan

Air mata itu memupus haus
Dari dahaga-dahaga kemarau berkepanjangan

Air mata itu air mata kasih dan cinta
Yang menghapuskan gundah gulana

Air mata itu telaga kasih
Tempat rindu berpulang
Dalam hangatnya dekapan cinta

Bangilan, 2/3/19