Kamis, 29 Oktober 2020

Tadzkirah Terjemah Kitab Barzanji Karya Mbah Misbah Zainil Mustofa

Tadzkirah Terjemah Kitab Barzanji Karya Mbah Misbah Zainil Mustofa
Oleh: Joyo Juwoto

Beberapa waktu yang lalu saya membeli kitab Maulid Al Barzanji yang diterjemahkan dengan tulisan pegon oleh KH. Misbah Zainil Mustofa, atau yang akrab dipanggil Mbah Bah. 

Mbah Bah adalah seorang ulama kenamaan dari Bangilan Tuban yang banyak menulis kitab. Salah satunya yang baru saja saya baca ini. Di dalam pengantarnya beliau menulis tadzkirah tentang kegiatan Al Barzanji yang ada di tanah kelahiran beliau, yaitu Leteh Rembang. Berikut tulisan mbah Bah yang berbahasa Jawa saya alih bahasakan  ke bahasa Indonesia sesuai dengan kemampuan saya dalan menangkap tulisan mbah Bah. Silakan disimak di bawah ini. 

Ketika Mbah Bah mondok di Rembang, di Rembang ada kejadian yang berkaitan dengan penghormatan terhadap maulidurrasul Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ceritanya begini:

Di kampung Leteh ada seorang yang termasuk dari golongan awam, namanya Mbah Mul. Mbah Mul ini seorang pengrajin emas, atau istilahnya kemasan. 

Mbah Mul ini suka mengikuti pengajian kampung di ndalemnya Syaikhona Kholil Rembang. Sudah menjadi kebiasaan jika memasuki bulan Rabiulawal masyarakat mengadakan kegiatan hormat Maulid Al Barzanji di langgar sebelah utara rumahnya mbah Mul. Beliau tidak pernah ketinggalan, pasti mengikuti kegiatan muludan ini.

Ketika pembacaan al Barzanji sampai pada mahallul qiyam,  yaitu pada bacaan "Wa muhayyan kassyamsi minka mudhi'u" Mbah Mul melihat ada orang yang memakai jubah berwarna hijau. Dengan hiasan warna keemasan. 

Mbah Mul terkejut, ia menganggap yang datang adalah Kiai Kholil Rembang. Kemudian mbah Mul bersalaman dengan orang tersebut. Mbah Mul heran, karena ada Kiai Kholil datang tapi orang-orang tidak ada yang salaman dengan mbah Kholil. Kok yang salaman hanya dia sendiri. 

Tidak berselang lama, orang yang dianggap Kiai Kholil tadi keluar dari majelis, pulang. Mbah Mul masih dalam kondisi kebingungan, itu tadi siapa? 

Setelah selesai pembacaan Al Barzanji, mbah Mul agak marah sama jamaah kok tidak ada yang salaman dengan Kiai Kholil. Para jamaah juga heran melihat tingkah polah mbah Mul. Selain melihat mbah Mul setengah membungkuk saat pembacaan Al Barzanji, mereka juga mencium aroma wangi pada tangan mbah Mul. 

Akhirnya, Orang-orang yang ada di langgar sama berkeyakinan bahwa yang hadir tadi adalah Kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Terbukti semalaman bau wangi aroma minyak misik tersebut tidak hilang dari tangan mbah Mul, padahal beliau tidak memakai minyak tersebut.

Demikian salah satu fadhilah membaca Al Barzanji sebagaimana yang diceritakan oleh Mbah Bah. Seorang awam yang bernama Mbah Mul, karena kecintaannya kepada Kanjeng Nabi yang diungkapkan dengan mengikuti dan pembacaan Al Barzanji, beliau mendapatkan anugerah kasyah hingga bertemu dengan Sang Kekasih Sayyidina Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam. *Wallahu a'lam bis showab.*

Bangkalan, 12 Rabiul Awal 1442
Pesarean mbah Kholil

Rabu, 28 Oktober 2020

Yang Muda yang Berkarya

Yang Muda yang Berkarya
Oleh: Joyo Juwoto

Generasi muda adalah generasi pendobrak kebekuan sebuah peradaban. Generasi muda adalah generasi yang memiliki semangat membara untuk melakukan inovasi yang berarti bagi kehidupan masyarakat. Generasi muda adalah agen of change-nya peradaban, generasi yang membidani lahirnya semangat pembaharuan bagi  nilai-nilai kehidupan yang memasuki masa status quo bagi suatu bangsa. 

Suara bapak Proklamator Indonesia Bung Karno masih terdengar menggelegar, "Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia."

Lihatlah sejarah bagaimana peran pemuda menoreh tinta emas sejarahnya. Duo proklamator bangsa Indonesia Soekarno-Hatta mengawali gerakan kebangsaan pada usia yang sangat muda. 

Soekarno adalah diusia 15 tahun sudah melek politik. Ia bersama teman-teman di rumah bapak kosnya seorang tokoh besar yang dijuluki sebagai "Raja Jawa tanpa Mahkota" yaitu sang guru  bangsa HOS. Cokroaminoto, telah melahap pemikiran tokoh-tokoh besar seperti Thomas Jefferson, George Washington, Benyamin Franklin, dan tokoh-tokoh intelektual kelas dunia. 

Di usia remaja, Soekarno bersama kawan-kawan diskusinya telah aktif dalam kegiatan politik, ekonomi, dan sosial dalam wadah organisasi Trikoro darma. 

Demikan pula Bung Hatta, tokoh yang sangat lekat dengan buku dan tulisan ini telah merantau ke negeri Belanda untuk menuntut ilmu di usia 19 tahun. Di sana beliau berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Bung Hatta bersama Tjipto Mangoenkoesoema, Ki Hadjar Dewantara, dan Soekiman mendirikan perkumpulan yang dikenal dengan nama Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia Belanda).

Indische Vereeniging menjadi media diskusi kebangsaan para pemuda Indonesia saat itu. Karena fokus dari kegiatan organisasi ini adalah kemerdekaan Indonesia,  maka nama organisasi ini kemudian diubah lebih radikal lagi yaitu Indonesische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia). Perubahan nama ini dampaknya luar biasa, para pemuda pemberani ini telah berani menyuarakan nama Indonesia di kancah dunia.

Dalam karier pergerakannya, Hatta telah malang melintang mengikuti konferensi-konferensi tingkat internasional bertukar pikiran dengan tokoh-tokoh dunia dan diusia yang ke 25, Hatta memimpin rapat anti kolonialisme dan imperialisme di Brussels Belgia pada tahun 1927.

Bung Hatta yang saat itu sebagai ketua Perhimpunan Indonesia dengan beberapa kawannya, akhirnya ditangkap oleh pemerintah Belanda, karena dianggap membahayakan dan meresahkan. Hatta bersama Nazir Pamuntjak, Ali Sastroamidjojo, dan Abdul Madjid Djohodingrat dimasukkan 
jeruji penjara Casius-Straat. Dalam pembelaan di peradilan, Hatta menulis yang membuat geger masyarakat Eropa saat itu, "Indonesia Vrij" (Indonesia Merdeka).

Lihatlah! dan ambillah pelajaran dan hikmah dari dua pemuda yang pernah dimiliki bangsa ini. Mereka pemuda-pemuda yang berkarya untuk bangsa dan negara. Mereka adalah pemuda-pemuda yang harapan bangsa. 

Kita butuh pemuda sebagaimana yang dikatakan Bung Karno, pemuda yang mampu menggoncangkan dunia dengan prestasi dan karya yang bermakna tentunya . 

Soekarno-Hatta telah memberikan yang terbaik dengan apa yang mereka punya, sebagai harga yang layak dibayarkan untuk kemerdekaan negeri ini. Lalu apa yang akan kita berikan untuk tanah tumpah darah kita tercinta? 

Di hari Sumpah Pemuda yang ke 92 ini , mari kita berrefleksi, dan merenungkan kembali, apa yang bisa kita buktikan, dan kita baktikan untuk Ibu Pertiwi Nusantara tercinta. Salam Pemuda harapan bangsa. 


Bangilan, 28 Oktober 2020