Minggu, 05 September 2021

Menulis adalah jalan sunyi namun pesannya abadi

"Menulis adalah jalan sunyi namun pesannya abadi"
Oleh: Joyo Juwoto

Sedang Quote di atas saya dapati di lembar buku kedua yang berjudul "Rekontruksi Pendidikan Nasional." Buku itu khusus dihadiahkan kepada Saya oleh penulisnya sendiri, Dr. Ngainun Naim, seorang penulis produktif yang kelahiran dari kota Tulungagung.

Membaca judul  buku yang ditulis pak Ngainun tentu kepala Saya jadi berkernyit, lidah Saya berat, otak Saya bereaksi keras, ini buku ilmiah yang bakalan menguras konsentrasi otak, dan meminjam istilah Pak Ngainun sendiri, buku ini bakalan membuat migrain pembacanya.

Membaca buku memang ada yang memiliki fungsi rekreatif, semisal membaca novel, membaca cerpen, buku traveling, ataupun membaca puisi. Ini semua adalah buku-buku yang bergenre otak kanan.

Tapi otak perlu dibiasakan juga membaca buku-buku yang serius, dan ilmiah. Semisal membaca jurnal ilmiah, agar kita terbiasa juga membaca buku yang cocok dikonsumsi otak kiri, agar seimbang diantara keduanya.

Buku Pak Ngainun ini dicetak oleh penerbit Teras yang beralamat di Jogja pada tahun 2009, namun sekilas saat Saya mengintip daftar isinya, buku ini sangat relevan dengan kondisi pendidikan kita hari ini.

Saya tak hendak meresensi buku beliau, karena Saya belum khatam membacanya. Saya baru membaca Pengantar penulis, menengok daftar isinya, dan baru mulai menapaki lembar di bab pertama.

Saya perlu pelan-pelan mengunyah buku ini, menelaahnya kembali, menikmati sensasi otak yang agak berat, dan dahi yang berkerut, Saya harus hati-hati, takut tersedak dengan bahasanya yang disajikan secara ilmiah, yang dibumbui dengan istilah yang kadang asing bagi Saya. 

Ya beginilah kalau kurang membaca buku ilmiah, susah sendiri jika menemukan kalimat-kalimat asing, sampai perlu membuka dan bertanya pada Mbah google segala. Tapi Saya bertekad mengkhatamkan buku pak Ngainun ini, bukan apa-apa, jangan-jangan buku ini bisa Saya jadikan salah satu rujukan thesis yang akan Saya tulis nanti. Tentu sangat membahagiakan sekali.

Mendapat kiriman buku dari Pak Dr. Ngainun ini adalah sebuah keberkahan tersendiri, ibarat  kejatuhan buah durian, karena buku ini Saya dapatkan secara gratis. Ada dua buku yang beliau kirim ke Saya, satunya adalah buku yang berjudul "Moderasi Beragama Dalam Bernegara" yang ditulis oleh Forum Penyuluh Agama Islam Kab. Tulungagung.

Saya tahu, pak Ngainun mengirimkan bukunya guna menyemangati Saya yang mulai kendor dalam menulis, semoga apa yang beliau usahakan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah Swt. Sebagaimana yang beliau pesankan, menulis adalah jalan sunyi namun pesannya abadi, semoga bisa Saya lampaui. Aamin. 

Bangilan, 05/09/21

2 komentar:

  1. Mas Joyojuwoto selalu punya banyak ide menulis seperti air mengalir, perlahan-lahan, tenang dan segar. Mantap Mas Joyojuwoto.

    BalasHapus