Jumat, 12 April 2019

Batik dan Penanda Identitas ke-Indonesiaan Kita


Batik dan Penanda Identitas ke-Indonesiaan Kita
Oleh: Joyo Juwoto

Ketika kita berbicara tentang identitas maka ada hal unik, original, dan khas tentang suatu hal yang menandai sebuah objek yang sedang kita bicarakan. Jika Eropa identik dengan pakaian jasnya, bangsa Arab tampak dari pakaian jubahnya, maka Indonesia juga memiliki kekhasan, yaitu pakaian batiknya.
Suatu bangsa yang memiliki kekhasan yang menjadi warisan intelektual dan budaya masyarakat, adalah bangsa yang memiliki kebesaran sebagai sebuah bangsa. Kekhasan itu menjadi sebuah wisdom lokal yang tidak dimiliki oleh bangsa lain, ini yang menjadikan kekhasan atau ciri lokal menjadi pembentuk sebuah identitas.
Berbicara mengenai ciri lokal, bangsa Indonesia termasuk gudangnya wisdom lokal. Kita memiliki ratusan suku, ratusan bahasa daerah, hingga berbagai kearifan lain yang tidak dimiliki oleh bangsa lain di dunia, salah satunya adalah batik.
Batik di Indonesia jenisnya sangat banyak, hampir di setiap daerah memiliki kekhasan tersendiri. Kita mengenal batik Solo, batik Jogja, batik Pekalongan, batik Cirebon, batik Lasem, batik Tuban, dan masih banyak lagi yang tidak perlu saya sebutkan di sini, karena saking banyaknya.
Selain itu setiap daerah juga memiliki corak batik yang beraneka ragam, menyesuaikan dengan corak budaya, geografis, sosiologis, nilai-nilai religius bahkan fungsi dari penggunaan batik itu sendiri.
Di daerah Tuban tempat di mana saya tinggal, juga memiliki jenis batik yang dikenal dengan sebutan batik Gedog. Nama batik gedog ini sendiri diambil dari cara membuat kain dengan alat yang disebut sebagai jantra. Suara alat pemintal benang ini berbunyi dog dog dog, sehingga nama kain batiknya disebut sebagai batik gedog. Sebuah pengambilan nama yang cukup sederhana.
Berbicara mengenai batik gedog di Tuban saya punya seorang teman di komunitas blogger Tuban, namanya mbak Nur Rochmah, beliau seorang yang ibu rumah tangga yang tekun menggeluti dunia perbloggeran. Selain itu Mbak Nur Rochmah ini juga mempunyai toko batikdi Jl. AKBP Suroko no. 21 Tuban Jawa Timur. Kemampuan mbak Nur dalam literasi dan dunia perbloggeran ternyata sangat membantu dan bermanfaat bagi pengembangan bisnisnya di dunia perbatikan.
Walau terbilang pemain baru, dan bukan orang yang mengerti betul tentang seluk beluk perbatikan, ternyata mbak Nur mempunyai target bisnis yang cukup bagus, beliau menyebutnya sebagai resolusi bisnis tahun 2019. Untuk melihat langkah dan usaha beliau dalam mengembangkan bisnisnya dalam perbatikan ini bisa kita sima lebih detailnya di blognya mbak Nur di laman https://www.nurrochma.com/2019/01/resolusi-bisnis-2019-batik-tulis-gedog-online.html
Selain memiliki toko di kota Tuban, Mbak Nur juga memperkenalkan batik-batiknya di instagram. Pembaca bisa mengunjungi akun instagram batiknya Mbak Nur Roghmah di @versia.batik. Semoga ke depan Mbak Nur Rochmah rajin ikut serta mensosialisasikan batik melalui akun instagramnya tersebut, agar masyarakat luas tahu tentang dunia perbatikan di Tuban maupun di wilayah-wilayah sekitarnya.
Karena bagaimanapun juga, budaya batik memiliki muara untuk dipasarkan dan diperkenalkan di pasaran. Sebaik apapun produk tentu memiliki fungsi yang salah satunya harus marketable, layak jual. Selain untuk fungsi-fungsi yang lainnya, seperti fungsi budaya, ketrampilan, nilai filosofis, dan tentu nilai ekonomis bagi masyarakat perlu mendapatkan perhatian.
Dari sini toko batik memiliki peran penting dalam proses penjualan dan pendistribusian hasil karya batik masyarakat. Oleh karena itu guna menunjang industri batik masyarakat, Perlu adanya konsep penjualan yang bisa dilirik pasar lokal maupun pasar global. Di sinilah peran toko batik ikut serta menyemarakkan budaya perbatikan nasional.

2 komentar: