Selasa, 31 Januari 2017

Menikmati Keindahan Wisata Alam dan Sejarah di Sambonglombok

Menikmati  Keindahan Wisata Alam dan Sejarah di Sambonglombok
Oleh : Joyojuwoto

Sambonglombok adalah sebuah bendungan yang dibangun pada masa kolonial Belanda, yang berada di perbatasan antara dusun Mundri desa Sidodadi dengan dusun Sambonglombok desa Bangilan. Bendungan ini memiliki satu sudetan pintu air ke selatan yang mengalir membelah kota Kecamatan Bangilan hingga sampai di Kec. Senori. Bendungan Sambonglombok ini dipakai untuk membendung aliran sungai Kali Kening, agar air sungai bisa dimanfaatkan sebagai sarana irigrasi untuk pertanian. 

Bendungan yang memiliki luas sekitar dua hektar ini dibangun sejak pemerintah kolonial Belanda mencanangkan program politik etisnya, yang salah satu programnya adalah membangun sarana dan jaringan irigrasi untuk kepentingan pertanian. Tapi jangan salah, Belanda menerapkan program politik etis atau politik balas budi bukan sebab Belanda benar-benar ingin membalas budi kepada rakyat Indonesia, melainkan juga demi kepentingan kaum penjajah itu sendiri.

Politik etis yang digagas oleh Van De Venter ini kemudian direspon oleh Ratu Belanda, Ratu Wihelmina.  Dalam pidato kenegaraannya tahun 1901, Ratu Belanda ini mengatakan :

“Negeri Belanda mempunyai kewajiban untuk mengusahakan kemakmuran  dari penduduk Hindia Belanda.”

Pidato inilah yang akhirnya berimbas pada pembangunan sarana dan jaringan irigrasi, termasuk salah satunya adalah Bendungan Sambonglombok yang ada di Kec. Bangilan.

Selain disebut sebagai sambonglombok, orang-orang juga menyebutnya sebagai sambong Mundri, karena sebagian dari bangunan bendungan ini berada di wilayah Mundri. Namun saya lebih suka menyebutnya sebagai sambonglombok. Menurut cerita dari masyarakat setempat, bendungan ini dinamakan bendungan Sambonglombok  karena wilayah ini dulunya sering dilanda kebanjiran.  Dibendung bagaimanapun banjir tetap melanda pemukiman warga. Akhirnya setelah memalui tirakat dan petunjuk dari sesepuh dusun, warga disarankan untuk menanam lombok di sepanjang bantaran sungai .  Setelah warga menanam lombok inilah banjir tidak lagi menghantui rumah warga.

Mungkin kita bertanya apa hubungan tanaman lombok dengan banjir, tentu tidak ada hubungannya sama sekali. Tanaman lombok setinggi dan sebanyak apapun tidak akan mampu menahan arus banjir sungai Kali Kening, namun begitulah cerita yang ada di masyarakat setempat.  Bagaimanapun juga foklore memang tidak perlu diuji dan ditanyakan kebenarannya secara ilmiah.

Selain difungsikan sebagai sarana irigrasi bendungan Sambonglombok juga bisa dijadikan destinasi wisata bagi masyarakat. Hanya saja masalah yang selalu muncul selalu sama, yaitu kurangnya perhatian dari yang berwenang. Walau demikian, bendungan Sambonglombok dengan kondisi yang apa adanya tetap menawarkan panorama keindahan alam yang mempesona.

Selain panoramanya yang indah, bendungan Sambonglombok juga bisa dijadikan sebagai tempat pemancingan. Banyak ikan yang hidup di bendungan ini, seperti ikan Mujair, ikan wader bader, keting, dendeng, dan berbagai jenis ikan lainnya. Selain itu pengunjung juga bisa menjadikan tempat ini sebagai spot untuk selfi.

“Pemandangan di sini memang indah sekali, apalagi diramu dengan secawan romantisme dan kenangan yang manis” Kata Ical, salah seorang pemuda dari desa Sidodadi menuturkan kenangannya tentang sambonglombok.

“Kita bisa menangkap senja dan kemudian membawanya pulang sebagai kenangan di tempat ini” Kata Adib Riyanto, salah seorang penikmat senja sekaligus cerpenis ternama dari Kota Bangilan. Salah satu cerpennya yang berjudul “Senja Tenggelam di Kali Kening” yang diterbitkan oleh salah satu koran ternama adalah hasil inspirasi dari bendungan Sambonglombok.


Tidak berlebihan memang, jika bendungan Sambonglombok menyimpan keindahan dan bahkan juga kenangan yang manis. Khususnya bagi yang masa kecilnya banyak dihabiskan dengan bluron (mandi di kali) dan mencari ikan di bendungan ini. 

Senin, 30 Januari 2017

Bertetangga Yang Baik

Bertetangga Yang Baik
Oleh : Joyojuwoto


Dalam sebuah maqolah dikatakan :
اَلْجَارُ قَبْلَ الدَّارُ
“Pilihlah tetangga sebelum membangun rumah”

Sebelum membangun atau memilih rumah untuk tempat tinggal hendaknya kita memilih atau memperhatikan tetangga yang akan kita pergauli, apakah itu termasuk tetangga yang baik, atau tetangga yang kurang baik. Bagaimanapun lingkungan atau habitat sangat mempengarungi keberlangsungan kehidupan dalam berumahtangga dan bermasyarakat. Lingkungan yang baik akan menjadikan kebaikan semakin berkembang subur, jikalau mungkin kita yang kurang baik, maka kita minimal akan mendapatkan pengaruh positif dari lingkungan yang kita tinggali. Sebaliknya jika lingkungannya kurang baik akan menjadikan kebaikan terhambat, apalagi jika kita juga kurang baik maka tidak ada lagi jalan untuk menuju kebaikan.

Tetangga adalah orang yang paling dekat dengan kehidupan kita sesudah keluarga yang ada di rumah. Oleh karena itu kondisi tetangga sangat mempengaruhi suhu dan ritme kehidupan dalam sebuah rumah tangga. Tetangga yang baik adalah termasuk bagian dari kebahagiaan berumah tangga, begitu pula tetangga yang tidak baik akan menjadikan kehidupan rumah tangga kita ikut kurang nyaman. Oleh karena itu di dalam ajaran Islam terdapat hak dan kewajiban yang harus ditunaikan dalam bertetangga.

Oleh karena itu Embah-embah kita zaman dahulu sering menasehati “pager mangkok iku luwih kuat tinimbang pager tembok.” (Pagar Mangkuk itu lebih kuat dibanding pagar tembok) Maksud dari ungkapan itu tentunya dalam bertetangga kita harus menjaga hubungan baik dengan tetangga. Menjalin hubungan baik itu diantaranya adalah dengan bersikap dermawan terhadap tetangga. Jika kita punya sesuatu makanan misalnya, maka jangan enggan untuk berbagi dengan tetangga kita. Dalam sebuah hadits Rasulullah menyarankan agar jika kita memasak daging kuah, maka hendaknya kita perbanyak airnya untuk kita bagikan kepada tetangga kita.

إِذَا طَبَحْتَ مَرَقَةً فَأَكْثِرْ مَاءَهَا وَتَعَاهَدْ جِيْرَانَكَ

Artinya : “Jika engkau memasak kuah, perbanyaklah airnya dan bagikanlah kepada tetanggamu.” ( Shahih Muslim 2625)

Rasulullah saw, memang sangat menganjurkan agar umat Islam memperhatikan urusan bertetangga, bahkan beliau bersabda : “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia menghormati tetangganya.” Tidak hanya satu dua hadits yang menunjukkan kewajiban menjaga hubungan baik dengan tetangga, banyak sekali hadits nabi yang membahas dan membicarakan dalam hal bertetangga yang baik.

Dalam surat An-Nisa ayat 36 Allah swt, berfirman :

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا

Artinya : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.”

Dalam ayat di atas, Allah menempatkan keluarga, keluarga, kerabat, anak yatim, orang miskin, dan tetangga dekat maupun jauh untuk kita pergauli dengan baik.

Dari sini sangat jelas bahwa bertetangga yang baik dengan siapapun tanpa memandang ras suku dan golongan adalah suatu kewajiban beragama yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Karena Allah tidak menyebutkan secara spesifik hanya tetangga seagama saja yang perlu dipergauli dengan baik.

Semoga kita semua bisa bertetangga yang baik, karena bertetangga yang baik adalah bagian dari menjalin dan menguatkan ukhuwwah baik ukhuwwah Islamiyyah, ukhuwwah wathoniyyah, dan tentu juga ukhuwah basyariyyah. Jika tali ukhuwwah itu terjaga maka akan tercipta kehidupan bermasyarakat yang aman, nyaman, damai, dan sentausa dalam ridho Allah swt. Aamiin.

Minggu, 29 Januari 2017

Waduk Punggur, Potensi Wisata Di Bangilan Tuban

Waduk Punggur, Potensi Wisata Di Bangilan Tuban 
Oleh : Joyojuwoto

Waduk Punggur mungkin nama yang masih  sangat asing dan jarang didengar di telinga masyarakat di wilayah kabupaten Tuban. Waduk ini memang tidak masuk di dalam agenda wisata Kabupaten, jadi wajar jika waduk ini tidak begitu dikenal oleh masyarakat. Tidak seperti tempat wisata lain seperti : Pemandian Bektiharjo,  Goa Ngerong, Goa Akbar, Goa Putri Asih, Pantai pasir Putih, Air terjun Nglirip, dan sederet nama tempat untuk berwisata yang sudah dikenal oleh masyarakat di kabupaten Tuban dan sekitarnya.

Waduk Punggur berada di desa Banjarworo Kec. Bangilan Kab. Tuban, tepatnya di tepi jalan raya Bojonegoro-Jatirogo, di dusun Punggur sebelah barat masjid Punggur ada jalan setapak masuk sekitar 500 meter ke arah utara. Waduk ini tidak terlalu luas dan biasa dipakai oleh petani setempat untuk pengairan sawah dan ladang. Selain itu waduk ini juga dipakai untuk wisata memancing bagi para warga di sekitar Kec. Bangilan. 

Sebenarnya waduk Punggur punya potensi besar untuk dikembangkan menjadi tempat wisata. Kita bisa mencontoh konsep waduk Tempuran di Kab. Blora yang juga sangat diminati oleh wisatawan karena ikan bakarnya. Waduk tempuran Blora memadukan wisata air dan kuliner. Kesamaan konsep ini perlu dicontoh, setidaknya dalam hal kulinernya, sehingga masyarakat Bangilan tidak perlu jauh-jauh ke Blora jika ingin menikmati sensasi ikan bakar segar. Tentunya perlu dukungan berbagai pihak untuk mengelola potensi waduk Punggur yang belum tergarap.  

Apalagi di era sosial media (Socmed) sangat mudah untuk mempromosikan dan memviralkan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah. Pihak pengelola bisa memanfaatkan facebook, twitter, instagram, dan berbagai fasilitas sosial media lainnya untuk berpromosi. Dengan kemudahan informasi dan komunikasi ini, saya kira konsep untuk menjadikan waduk Punggur sebagai wahana bersantai dan liburan sangat terbuka lebar.

Waduk Punggur yang letaknya langsung berbatasan dengan hutan-hutan memiliki view yang indah, dengan bukit-bukit kecil disekelilingnya menampak keeksotisan waduk ini. Sebenarnya Waduk Punggur dulu sangat ramai dikunjungi oleh masyarakat baik dari Tuban maupun luar kabupaten. Tidak aneh jika waduk Punggur pernah dijadikan sebagai tempat rekreasi dan bumi perkemahan. Bahkan waduk Punggur dulu diresmikan oleh gubernur Jawa Timur yang ke sembilan bapak Wahono.

Selain memiliki potensi untuk pertanian, waduk Punggur juga bisa dikembangkan potensinya dalam bidang perikanan. Banyak jenis ikan yang hidup di waduk Punggur, seperi mujaer, tombro, dendeng, keting, udang dan lain sebagainya. Di pinggiran waduk juga bisa ditanami pohon yang menghasilkan buah-buahan, seperi rambutan, klengkeng, jambu, mangga, dan berbagai pohon penghasil buah lainnya. Selain sebagai tanaman penghijauan pohon-pohon ini juga akan menambah pesona dari waduk Punggur.

Masyarakat bisa menanam dan mengambil hasil buah-buhan dan ikan dari waduk ini. Selain itu masyarakat juga bisa memanfaatkan waduk Punggur sebagai wisata kuliner. Di tepian waduk bisa dibangun gazebo-gazebo yang berfungsi sebagai warung ikan bakar. Pengunjung bisa langsung membeli ikan bakar segar dari memancing atau langsung beli di pemilik warung. Hal ini tentu akan menarik pengunjung dari luar maupun dari dalam wilayah Kab. Tuban, mengingat letak waduk berada di jalan poros kabupaten.

Tinggal bagaimana pihak desa dan warga sekitar mengelola waduk ini sehingga menarik para wisatawan untuk mengunjungi waduk Punggur. Jika dikelola dengan baik dan benar, Insyallah waduk punggur bisa menjadi primadona bagi wisatawana baik dari dalam maupun luar daerah, dan ini tentu membawa keuntungan bagi desa maupun masyarakat di sekitar waduk.

Kamis, 26 Januari 2017

Potensi Nelayan Darat Di Waduk Pacal Bojonegoro

Potensi Nelayan Darat Di Waduk Pacal Bojonegoro
Oleh : Joyojuwoto

Kabupaten Bojonegoro secara geografis memang tidak memiliki laut maupun area pertambakan yang luas, namun walau demikian wilayah Kabupaten Bojonegoro memiliki potensi menghasilkan sumber daya alam dari  biota laut maupun tambak khususnya yang berupa ikan dan udang. Masyarakat di daerah sepanjang aliran bengawan Solo dan daerah yang memiliki waduk yang cukup luas ini bisa bermata pencaharian sebagai nelayan darat. Dari Sungai dan waduk inilah masyarakat bisa menambah penghasilannya dengan mencari ikan dan udang di sungai atau di waduk.

Salah satu waduk yang cukup luas yang dimiliki oleh Kabupaten Bojonegoro adalah waduk Pacal. Luasnya sekitar 3.878 KM, denga kedalaman sekitar 25 M. Waduk ini terletak di desa Kedungsumber Kec. Temayang. Beberapa waktu yang lalu saya sempat mampir dan mengunjungi waduk ini, menurut tulisan yang saya baca di salah satu sudut bangunan, waduk ini dibangun sekitar tahun 1933. Ternyata prediksi saya benar, setelah saya lihat di google waduk ini dibangun oleh Belanda pada tahun itu.

Waduk Pacal selain dipakai untuk keperluan irigrasi pertanian, ternyata juga dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk mencari sumber penghasilan dari mencari ikan. Banyak jenis ikan yang bisa diambil dari waduk ini, mulai dari udang, ikan Nila, Ikan Patin, Ikan wader, dan ikan Gloso.
Seperti lazimnya nelayan di laut, nelayan darat di waduk Pacal juga memakai peralatan yang biasa dipakai oleh nelayan laut, seperti jaring, jala, pancing dan tidak ketinggalan perahu jukung. Dari waduk itulah para warga mencari ikan. Hasil tangkapan dari waduk biasanya langsung dijual di pinggiran waduk kepada para pengunjung atau warga setempat.

Ketika mampir kesana bersama anak dan istri, Kami tertarik untuk membeli ikan hasil tangkapan dari waduk Pacal sebagai oleh-oleh. Ikan Nila, Patin, atau wader mungkin sudah biasa, dan yang menarik perhatian saya dan istri adalah jenis ikan Gloso. Di jalan poros Bojonegoro-Nganjuk, tepatnya di dekat Jembatan di tepi hutan saya sempat melihat warung yang menyediakan masakan ikan Gloso, tapi kami tidak mampir.

Ikan-ikan yang dijual di rentengi dengan tali dari janur daun kelapa, satu renteng berisi sekitar 10-12 ikan. Satu renteng ikan Nila dijual seharga 35 ribu rupiah, sedang ikan Gloso lebih murah lagi, satu renteng ikan Gloso seharga 15 ribu rupiah.

Saya sendiri belum pernah tahu dan belum pernah makan jenis ikan ini, mungkin saja jenis ikan ini hanya ada di waduk pacal, saya sendiri kurang tahu. Akhirnya saya dan istri pun membeli satu renteng ikan Gloso untuk kami bawa pulang. Rasa-rasanya tidak sabar ikan merasakan sensasi dan citarasa ikan Gloso dari waduk pacal. Kira-kira enaknya dimasak apa ya ?

Ikan Gloso dan ikan-ikan lain dari waduk pacal bisa dimanfaatkan warga sekitar untuk menambah penghasilan, selain dijual mentah, ikan ini juga dijual di warung-warung di sekitar waduk. Masyarakat Bojonegoro bisa menjadikan ikan Gloso sebagai brand bagi wisata kuliner di sekitar waduk Pacal. Penasaran dengan ikan Gloso, silahkan kunjungi waduk pacal yang ada di desa Kedungsumber, Temayang Kab. Bojonegoro.

Rabu, 25 Januari 2017

Aku Adalah Samudera

Aku Adalah Samudera
Oleh : Joyojuwoto

Aku adalah Samudera
Membentang luas tak terbatas
Membiru sunyi  berkontemplasi pada langit

Aku adalah Samudera
Memeluk hening  pada debur gelombang meradang
Meriak  air memercik kebisuan yang panjang

Aku adalah samudera
Muara segala resah
Hilir  segenap sampah
Delta semua dosa

Aku adalah samudera
Secauk mata air
Dari air mata semesta

Bangilan, 25/1/17


Selasa, 24 Januari 2017

Pram dan Emansipasi Kaum Perempuan

Pram dan Emansipasi Kaum Perempuan
Oleh : Joyojuwoto

Hampir seluruh buku-buku yang ditulis oleh Pram (Pramodya Ananta Toer) memberikan perhatian khusus terhadap kondisi dan nasib kaum perempuan. Entah itu pembelaan terhadap hak-hak dan eksistensi perempuan, entah itu memaparkan masalah-masalah yang dihadapi oleh kaum perempuan, hingga perjuangan keras yang dilakukan oleh tokoh-tokoh perempuan dalam buku-buku Pram.

Hal ini dapat kita lihat dari beberapa tulisan Pram yang judulnya langsung memakai nama perempuan, seperti Midah Simanis Gigi Emas, Larasati, atau judul yang lain yang juga dekat dengan perempuan seperti Gadis Pantai, Panggil Aku Kartini Saja, Perawan Remaja dalam Cengkraman Militer, atau bahkan dalam Arus Balik pun Pram menempatkan Idayu, seorang perempuan dari Awis Krambil, sebagai tokoh sentral yang sangat membekas di pikiran para pembaca.

Tidak hanya itu saja, hampir semua karya-karya Pram tersimpan bara semangat untuk  menyuarakan pembelaannya terhadap nasib perempuan. Seakan karya-karya Pram adalah panggung bicara bagi kaum Hawa untuk melawan ketidakadilan dan penindasan yang menimpa mereka. Lihatlah betapa kuat karakter tokoh-tokoh perempuan yang dibangun Pram dalam karyanya. Dalam tetralogi Pulau Buru yang telah diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia, Pram menampilkan gerakan emansipasi yang dilakukan oleh kaum perempuan dalam tokoh Sanikem atau yang lebih dikenal dengan sebutan Nyai Ontosoroh.

Pram memang punya perhatian besar terhadap masalah-masalah klasik yang dihadapi kaum hawa sejak zaman dahulu bahkan hingga masa sekarang, yaitu budaya patriarkisme yang menganggap bahwa perempuan menjadi bagian dari subordinasi kaum lelaki. Pram begitu intens mengadvokasi nasib perempuan dari penindasan budaya yang telah mapan dan mengakar, Pram juga mengedukasi kaum perempuan agar mereka bisa menjadi sosok yang berani, berdikari, mandiri, berjiwa merdeka, hingga kedudukan yang sejajar dengan kaum lelaki.

Namun Pram bukanlah sosok pejuang emansipasi yang lepas kontrol dan kebablasan, seperti yang banyak digagas oleh para pejuang gender. Pram tetap proposional meletakkan faham emansipasi ini. Lihatlah perkataan Nyai Ontosoroh mengenai emansipasi dalam karya Pram : “Jangan panggil aku perempuan sejati jika hidup hanya berkalang lelaki...Namun bukan berarti aku tak butuh lelaki untuk aku cintai...”  

Entah karena dipengaruhi oleh kehidupan masa kecil Pram yang punya kedekatan emosional dengan Ibunya, atau mungkin karena hubungan Pram dengan bapaknya yang kurang harmonis, sehingga melatarbelakangi kepenulisan Pram banyak membicarakan nasib perempuan. Namun yang pasti Pram adalah sosok yang sangat lantang menyuarakan pembelaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan terhadap kaum perempuan.

Sebagai seorang penulis dan sastrawan besar Pram berusaha menarasikan ide-ide dan gagasannya dalam tulisan yang tidak hanya bernilai artistik semata, Pram tidak hanya membangun karyanya dengan kata-kata yang indah dan mempesona, namun Pram juga sangat teguh memegang kredo sastra sebagai realisme sosialis,  bagi Pram jika sastra tidak memberikan ruang perhatian terhadap kehidupan sosial di masyarakat, maka sastra itu ibarat bunga-bunga yang tercerabut akarnya dari tanah. Tulisan itu sebentar akan layu kemudian mati, dan tidak meninggalkan jejak dan makna apapun. Oleh karena itu Pram sangat berani menyuarakan realitas sosial di dalam karya tulisnya.

Nama Pram mungkin jarang sekali atau bahkan tidak pernah disebut sebagai pahlawan emansipasi bagi kaum perempuan, namun diakui atau tidak Pram selalu menempatkan kaum pemilik surga di telapak kaki ini, sebagai tokoh yang nyaris tidak memiliki watak dan karakter antagonis. Pram selalu memberikan pembelaan total terhadap kaum Hawa. Mungkin saja Pram adalah anak yang sholeh dan sangat berbakti kepada ibunya, sehingga karya-karyanya menampilkan sosok perempuan-perempuan yang emansipatif.

Pram memang punya modal psikologis yang kuat untuk menampilkan perempuan-perempuan dalam karya-karyanya, hal ini disinggung dalam karya memoarnya yang berjudul: Nyayi Sunyi Seorang Bisu, Pram bercerita panjang lebar tentang perempuan-perempuan yang telah membentuk dan mengukir jiwa raganya.

Jadi tidak heran jika Pram menaruh perhatian atas masalah perempuan pada sebagian besar karya-karyanya. Namun bagi Pram pembelaannya bukan pada masalah perempuan semata, namun lebih pada nilai-nilai kemanusiaan yang dicampakkan oleh budaya kepongahan dari feodalisme, patriarkisme, dan kekolotan tradisi yang perlu dikritisi.

Apa kita perlu mengusulkan Pram menjadi pahlawan emansipasi kaum perempuan ? Saya kira Pram tidak pernah membutuhkan gelar itu !



          

Sabtu, 21 Januari 2017

Blogger Tuban Dan Deklarasi Masyarakat Tuban Anti Hoax

Foto : Kak Rizal, Ketua RTIK Tuban
Blogger Tuban Dan Deklarasi Masyarakat Tuban Anti Hoax
Oleh : Joyojuwoto

Hoax atau berita palsu menjadi semacam  wabah penyakit yang membahayakan dan meresahkan masyarakat luas, hal ini yang melatarbelakangi gerakan “Deklarasi Masyarakat Anti Hoax” yang dilaksanakan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas PGRI Ronggolawe (Unirow) Tuban. Deklarasi ini dilaksanakan hari Jumat, tanggal 20 Januari 2017, di halaman depan kampus Unirow Tuban.

Deklarasi Deklarasi Masyarakat Anti Hoax kemarin dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari Kapolres Tuban, AKBP  Fadly Samad, Komandan Kodim 0811 Tuban, Letkol inf Sarwo Supriyo, Kepala Kominfo Tuban, Hery Prasetyo, Ketua PWI Tuban, Pipit Wibawanto, Sekretaris Dinas Pendidikan Tuban, Nur Khamid, Kabag Humas dan Protokol Pemkab Tuban, Agus Wijaya. Selain itu juga hadir dari berbagai komunitas yang ada di Tuban, seperti RTIK Tuban, Mas Rizal, dari blogger Tuban sekaligus ketua FLP Tuban, Bu Nafakhatin Nur Ghozali, dan ada pula dari komunitas literasi Gerakan Tuban Menulis (GTM), Mas Mutholibin.

Melihat fenomena di media sosial yang sudah darurat hoax, sebagai blogger yang banyak berkecimpung di dunia maya harus ikut serta dalam memerangi penyakit yang meresahkan masyarakat ini. Bahkan sebelum deklarasi kemarin, blogger Tuban sudah selangkah di depan dengan membuat tulisan dengan tema “Gerakan Nitizen Untuk Tuban Anti Hoax.”

Gerakan Nitizen Untuk Tuban Anti Hoax yang dilaksanakan oleh komunitas blogger Tuban diikuti oleh tujuh orang blogger. Kemarin kata kunci “Tuban Anti Hoax” di google pun banyak dihiasi tulisan dari teman-teman dari komunitas blogger.

          Sebagai blogger maupun RTIK tentu harus faham konten-konten yang membangun dan mencerahkan masyarakat, saring sebelum sharing, bijak dalam bersosial media, menghindari hoax, memilih dan memilah sebuah berita, dan tentu berusaha menjadi barisan terdepan dalam memerangi hoax dengan cara banyak menulis konten-konten yang baik dan terpercaya di blognya, kemudian di share ke sosial media. Dengan demikian masyarakat mendapatkan informasi dan berita yang bermanfaat.

          Blogger dan RTIK sudah seharusnya berada di barisan terdepan untuk melawan segala bentuk hoax yang ada di sosial media. Dan mari dukung kebijakan pemerintah dengan menjadi blogger yang terus menulis dan memposting sesuatu yang baik, benar, dan bermanfaat. 


Kamis, 19 Januari 2017

Belalang, Kuliner Musiman di Kabupaten Tuban

Belalang, Kuliner Musiman di Kabupaten Tuban
Oleh : Joyojuwoto

Musim penghujan tidak hanya dirindukan oleh para petani saja, namun para pecinta kuliner musiman, juga sangat merindukan datangnya musim para petani menggarap lahan pertaniannya. Jenis kuliner yang hanya ada di rentang bulan Oktober hingga di bulan April seperti walang (belalang), belut, jamur liar, keong sawah dan beberapa bahan baku kuliner yang hanya ada di musim penghujan. Di musim kemarau pun ada namun jumlahnya tidak sebanyak jika musim penghujan tiba.

Untuk jenis kuliner belut dan jamur sekarang relatif selalu ada, karena belut dan jamur sudah mulai banyak diternakkan dan dibudidayakan oleh masyarakat. Sedang belalang dan keong sawah yang tidak disetiap waktu ada. Walau demikian citarasa masakan keong sawah bisa digantikan oleh kijing yang banyak di dapatkan di sungai, atau bisa juga  diganti dengan jenis kerang-kerangan di laut. Kuliner belalang yang kelihatannya susah untuk dicarikan padanan rasa dan jenisnya.

Untuk bisa merasakan sensasi citarasa kuliner belalang kita perlu menunggu musim penghujan, karena koloni belalang mulai banyak ditemukan saat musim tanaman jagung atau padi mulai meninggi. Sebenarnya belalang pun bisa kita dapatkan pada musim kemarau, namun jumlahnya sedikit dan itu pun harus mencarinya di hutan-hutan atau di area semak-semak di ladang, namun ya itu jumlahnya sangat sedikit. Jadi kita harus bersabar dan menunggu waktu yang cukup lama untuk bisa merasakan gurih dan renyahnya kuliner belalang goreng, ataupun oseng belalang.

Menurut Ibu Alfi Syahara Addin Nur Kholidah, salah seorang penyuka kuliner Belalang yang tinggal di Bangilan Tuban, ia harus menunggu lima bulan untuk bisa menikmati gurihnya belalang kesukaannya. “Aku sampek ngiler, ngenteni lima ulan, dan baru kali ini mendapatkan belalang” kata beliau, yang juga seorang guru madrasah di MI Nahdhotut Tholibin Kedungmulyo Bangilan.

Lebih lanjut Bu Alfi, memberikan resep mengolah belalang biar gurih dan renyah. Sebelum diolah belalang di rendam dulu di air yang hangat kemudian di bersihkan sayap dan kotorannya. Setelah bersih belalang dibacem dulu dengan air yang telah diberi penyedap, setelah itu digoreng dengan minyak yang mendidih dan tiriskan. Selanjutnya siapkan bumbu-bumbunya seperti bawang merah, bawang putih, dan lombok secukupnya. Bahan-bahan itu kemudian dirajang dan digongso. Baru kemudian belalang tadi dimasukkan kembali ke wajan penggorengan bersama bumbu-bumbunya, dan jadi deh, oseng belalang siap untuk disantap.

Kuliner belalang tidak hanya dijumpai di wilayah Kecamatan Bangilan saja, di kecamatan-kecamatan lain juga banyak ditemukan para pengepul dan penjual belalang. Seperti di Jatirogo, Kenduruan, Parengan, Montong dan Kecamatan-kecamatan yang wilayahnya ada lahan pertaniannya atau pun hutan. Para pemburu belalang biasanya menangkap belalang pada malam hari dengan menggunakan seser. Kemudian belalang hasil buruan itu dimasukkan ke dalam wadah botol bekas air minum kemasan untuk dijual. Biasanya pemburu belalang akan menjual sendiri hasil buruannya, kalau tidak begitu kadang pula pembeli, seperti tetangga-tetangga dekatnya akan datang untuk membeli. Lebih sering lagi hasil buruan itu akan diambil oleh pengepul, baru kemudian dipasarkan kepada konsumen.

Belalang mentah dalam satu botol wadah bekas air minum yang besar biasanya dipatok harga 22 hingga 25 ribu rupiah. “Biasanya kami menjual belalang mentah yang belum di bersihkan, per botol seharga 22 hingga 25 ribu rupiah, jika sudah bersih dan tinggal masak biasanya seharga 27 hingga 30 ribu rupiah per botol.” kata Mas Imam Orjen Sholawat, salah seorang yang menjual belalang online melalui akun facebooknya.

Jika anda penasaran dengan kuliner ini, anda bisa memasak sendiri belalangnya, atau anda langsung bisa mencarinya di warung-warung kaki lima yang menyediakan kuliner belalang goreng. Silahkan mencoba sensasinya, dijamin anda akan ketagihan.




Rabu, 18 Januari 2017

Kesederhanaan adalah jalan keutamaan

Kesederhanaan adalah jalan keutamaan
Oleh : Joyojuwoto

Keutamaan itu pada kesederhaan, dan celakalah orang yang suka berlebih-lebihan. Tiada kebaikan sama sekali pada sifat berlebih-lebihan, walau itu dalam hal ibadah sekalipun.

Jika dalam hal ibadah dan kebaikan saja kita dilarang untuk melampaui batas, maka tentu akan lebih tercela lagi perbuatan buruk yang dilakukan secara terus menerus dan melampaui batas. Allah swt angat membenci sikap isyrah atau berlebih-lebihan ini, sebagaimana yang tercantum dalam firman-Nya surat Al A’raf ayat 31 :
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ (٣١)
Artinya : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

Memakai pakaian, makan, dan minum adalah perbuatan yang diperbolehkan oleh Allah swt, namun jika aktivitas itu dilakukan secara berlebihan maka Allah tidak menyukainya. Oleh karena itu hendaknya kita bisa membatasi diri dari sikap berlebihan ini, baik dalam hal pakaian, makan, dan minum.

Rasulullah saw juga sangat membenci sikap berlebihan ini, dalam sebuah haditsnya beliau yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah saw bersabda :
ألا هلك المتنطّعون
“Ketahuilah, celaka orang-orang yang berlebih-kebihan – tiga kali.”

Kesederhanaan adalah jalan keutamaan, sebagaimana yang dikatakan oleh Syekh Al Ghulayain dalam kitab Idhohnya :
من نسد الفضيلة فليطلبها في الإعتدال
Artinya : “Barangsiapa yang menginginkan keutamaan, maka hendaknya ia mencarinya pada sikap sederhana.”

Sederhana di sini menyangkut dalam berbagai aspek sosial kehidupan, baik yang berdimensi amaliyah maupun yang berdimensi ibadah.  Sebaik-baik urusan adalah yang tengah-tengah, tidak terlalu ekstrim ke kiri dan juga tidak terlalu ekstrim ke kanan. Di tengah  dan seimbang di posisi antara dua titik ekstrim, karena pada jalan tengah inilah letak jalan keselamatan, baik keselamatan di dunia maupun keselamatan di akhirat.

Dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda :
خير الأمور أوسطها
“Sebaik-baik perkara adalah yang tengah-tengah”


Oleh karena itu tempuhlah jalan kesederhanaan dalam hidup, agar kita mendapatkan kemuliaan dan kemudahan dalam hidup ini. Janganlah melampai batas, walau itu dalam kebaikan sekalipun. Segala sesuatu yang melampaui batas sangat dibenci dan menyebabkan kecelakaan dan kesengsaraan. Mau hidupmu bahagia, bersikaplah sederhana dalam segala hal.

Senin, 16 Januari 2017

Blogger Tuban : Gerakan Nitizen Untuk Tuban Anti Hoax

Blogger Tuban : Gerakan Nitizen Untuk Tuban Anti Hoax
Oleh : Joyojuwoto

Untuk mendukung gerakan Masyarakat Indonesia Anti Hoax,  blogger Tuban melouncing program Gerakan Nitizen Untuk Tuban Anti Hoax. Program ini diikuti oleh sekitar tujuh penulis yang tergabung di group komunitas blogger Tuban. Tema yang ditulis tersebut kemudian diposting di blognya masing-masing blogger, kemudian tulisan itu diunggah dan disebarkan secara luas di media sosial, baik melalui facebook, twitter, instagram secara bersama pada hari Ahad kemarin (15/1/2017).

Program ini digagas oleh komunitas blogger Tuban atas usulan dari Mas Fakhruddin seorang blogger Tuban yang kini tinggal di Jakarta. Menurut Mas Fakhruddin, “Blogger harus berada di barisan terdepan untuk melawan segala bentuk hoax yang ada di media sosial.” begitu tutur blogger kelahiran Kapu Merakurak.

Selain itu dalam artikel yang saya tulis sendiri, terdapat point yang menyebutkan bahwa seorang blogger harus bisa memberikan contoh bersosial media yang baik dan sehat, dengan cara menghindari membagikan, mengelike, mengomentari dan memberikan respon terhadap konten-konten yang tidak jelas sumbernya.” Begitu kira-kira garis besarnya.

Gerakan Nitizen Untuk Tuban Anti Hoax ini memiliki tujuan dan harapan agar masyarakat Tuban khususnya sadar akan bahaya hoax, sehingga masyarakat selektif dalam memilih konten berita, baik di berita yang ada dunia maya maupun di dunia nyata.  

Selain itu program ini juga diharapkan bisa mengedukasi masyarakat agar dalam bersosial media tidak mudah mempercayai suatu berita sebelum melakukan tabayun, cek dan ricek terlebih dahulu dari sumber yang terpercaya.

Adapun tulisan dari para blogger yang kemarin di posting untuk Gerakan Nitizen Tuban Anti Hoax adalah sebagai berikut :



Demikian sedikit sumbangsih dari komunitas blogger Tuban untuk masyarakat anti hoax, semoga ada manfaatnya. 

Minggu, 15 Januari 2017

Tuban Anti Hoax : Tau Enggak Hoax Itu Lebih Kejam Daripada Pembunuhan

Tuban Anti Hoax : Tau Enggak Hoax Itu Lebih Kejam Daripada Pembunuhan
Oleh : Joyojuwoto

Akhir-akhir ini  istilah kata hoax sangat marak ditulis dan diperbincangkan, baik di media sosial maupun di kehidupan nyata sehari-hari. Hoax sendiri berasal dari bahasa Inggris yang artinya adalah berita bohong, kabar burung, informasi palsu, dan hal-hal lain yang berkenaan dengan ketidakbenaran suatu berita. Dalam bahasa agama hoax  ini bisa dikategorikan atau bisa disebut sebagai fitnah.

Jika fitnah sangat dibenci oleh agama, begitu pula dengan hoax juga sangat dibenci karena kemudharatannya yang membahayakan segi-segi kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu siapapun yang ikut membagikan, menyebarkan dan memviralkan, mendistribusikan berita hoax maka ia bisa kena tindak pidana dengan ancaman hukuman enam tahun penjara dan denda 1 milyar, sesuai yang termaktub dalam pasal 28 ayat 1 Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Sebagai seorang Muslim yang baik, jangan sampai kita melakukan aktifitas baik itu mengirim, mengeshare, me-ngelike sebuah tulisan yang tidak atau belum tahu asal-usul dan sumbernya secara jelas, karena hal ini biasanya yang menjadikan kita terjebak dalam hoax. Oleh karena itu hendaknya kita bisa membiasakan dan menahan diri dari menyebarkan sebuah berita yang belum jelas sumbernya. Perlu ada cek and ricek, saring sebelum sharing dan tentu kita perlu melakukan verifikasi dan tabayun terlebih dahulu kepada pihak yang terkait sebelum kita ikut-ikutan mengesharenya .

Kita harus menyadari bahwa, mengeshare sebuah berita hoax di media sosial merupakan tindakan dan perbuatan yang melanggar etika dan moral beragama. Jadi melakukan hoax, baik itu mengelike dan mengeshare sebuah konten yang berisi berita palsu maka bisa dikategorikan sebagai perbuatan fitnah. Dalam ajaran agama fitnah lebih kejam daripada sebuah pembunuhan. Jadi kita juga bisa memakai slogan “Hoax lebih kejam daripada pembunuhan.” Sebagaimana yang tercantum dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 217 yang berbunyi :
والفتنة أكبر من القتل
Artinya : “Dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan”

Berita hoax atau fitnah tidak hanya mengancam eksistensi persatuan dan kesatuan bangsa dan negara, namun juga menjadikan kondisi masyarakat tidak stabil, resah, dan selalu dirundung kecemasan serta memancing konflik dan kebencian. Oleh karena itu masyarakat yang sudah jengah dan gerah dengan beredarnya berita-berita palsu di sosial media di beberapa kota di Indonesia beberapa hari yang silam mendeklarasikan Masyarakat Anti Hoax.

Kami pun dari kelompok nitizen dan blogger Tuban ingin memberikan sedikit sumbangsih tulisan yang bertemakan “Tuban Anti Hoax.” Tulisan ini nantinya akan posting di blog kami masing-masing, dan akan kami viralkan di sosial media dengan harapan dan tujuan agar blogger Tuban khususnya selalu berhati-hati dan mawas diri agar jangan ikut-ikutan terjebak dalam penyebaran berita-berita yang berbau hoax.

Kami para blogger, ingin ikut serta mengkampanyekan berinternet dan bersosial media yang sehat, dengan cara menghindari membagikan konten-konten baik itu link berita, gambar atau foto meme, atau hal-hal lain yang berkenaan dengan pemberitaan yang bernada menghasut dan menciptakan kebencian di tengah-tengah masyarakat luas.

Sebagai seorang yang terpelajar, tentunya kita harus melakukan perlawanan terhadap segala bentuk hoax, dengan data yang valid dan kebenaran yang bisa dipertanggungjawabkan. Karena ciri dan watak seorang terpelajar adalah berlaku adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan, sebagaimana yang diungkapkan oleh sastrawan dari Blora, Pramoedya Ananta Toer.

Mari bersama blogger Tuban mendeklarasikan gerakan melawan segala bentuk hoak dengan akal sehat dan pikiran yang terbuka luas. Teliti sebelum membagi, saring sebelum sharing, cek dan ricek sebelum menekan tombol like. Salam BT (bloggertuban).




Sabtu, 14 Januari 2017

Ajari Anakmu Berenang

Ajari Anakmu Berenang
Oleh : Joyojuwoto

Dunia anak adalah dunia bermain, anak akan sangat menyukai segala bentuk permainan yang mengeksplor segala kemampuan gerak fisik maupun psikologis anak. Oleh karena itu anak sangat suka aktif bergerak tanpa mengenal lelah.  Diantara permainan yang sangat bagus dan digemari  anak-anak adalah bermain air. 

Media bermain di air seperti berenang sangat bagus untuk perkembangan anak, karena selain berfungsi melatih gerak otot anak, berenang ini juga bisa meningkatkan keberanian pada anak, selain itu tentu kemampuan berenang ini bisa dijadikan modal dasar agar anak bisa beradabtasi dengan dunia ait. 

Membekali anak dengan kemampuan berenang ini sangat penting sekali untuk menghindarkan diri  si anak dari bahaya tenggelam. Betapa banyak kejadian anak-anak bermain di air kemudian tenggelam tanpa mampu menyelamatkan dirinya dari bahaya air, padahal wahana air ini sangat disukai anak tanpa tahu akan bahaya yang mengancamnya.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ad Dailamiy, Rasulullah saw bersabda : 
"'Allimuu aulaadakum al sibaahata wal rimaayata"  

Artinya : "Ajarilah anak-anakmu berenang dan memanah"

Hadits Nabi di atas menganjurkan agar kita membekali anak kemampuan dasar untuk membela diri yaitu dengan berenang dan memanah. Dalam Hafits lain pun Rasulullah saw memerintahkan agar orang tua mengajari anak-anak mereka menunggang kuda.

Dari sini dapat diambil pelajatran bahwa Rasulullah saw menginginkan umatnya menjadi umat yang kuat dan terbaik. Mampu mempertahankan harga dirinya, membela kaum lemah, dan tentu kemampuan itu bisa dipakai untuk berjihad di jalan Allah swt. 

Oleh karena itu, ajarilah anak-anakmu berenang dan memanah sebagaaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah saw.



Rabu, 11 Januari 2017

Seruling Senja

Seruling Senja
Oleh : Joyo Juwoto

“Gimana Ngger, bapak dan Emak tidak sanggup menyekolahkanmu ke SMP ? Tidak ada biayanya”

Suara bapak pelan namun agak bergetar, mungkin beliau menahan berbagai perasaan yang berkecamuk dalam dirinya sendiri, pertarungan batin antara kecewa, marah, dan ketidakberdayaan menghadapi kenyataan bahwa anaknya hanya akan lulus Sekolah Dasar saja, tanpa sanggup melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Aku hanya diam tertunduk, keinginanku untuk bisa sekolah di kota kecamatan akan kandas walau sebenarnya aku sangat menginginkannya. Aku ingin seperti teman-teman sebayaku, yang setelah lulus dari SD di kampung, mereka melanjutkan sekolah ke SMP yang ada di kota kecamatan.

Betapa riang dan gembiranya mereka, senyum anak-anak yang mulai menginjak remaja dengan semangat dan harapan serta cita-cita yang melambung tinggi di angkasa. Tiap pagi mereka akan memakai seragam yang tidak lagi merah putih, seperti waktu di SD, bersepatu rapi, menenteng tas di punggung, tiap pagi hari mengayuh harapan dengan riang, bersama-sama berangkat sekolah ke tempat yang lebih jauh lagi, yaitu di kota Kecamatan.

“Ah bahagianya mereka yang  bisa melanjutkan sekolah ke SMP, mereka akan memiliki teman-teman baru, pengalaman baru, dan tentu mereka akan sering melihat mobil yang ada di jalan-jalan besar di kota kecamatan” batinku sambil tetap terdiam di hadapan bapak.

Bapak masih duduk di dingklik sambil menghabiskan lintingan kreteknya yang terbuat dari klobot jagung. Kadang beliau terbatuk-batuk karena kreteknya hanya berisi tembakau magak yang tidak ada campuran cengkehnya. Bisa rokokan seperti itu saja sudah suatu keberuntungan di tengah kondisi ekonomi yang memang serba susah. Sesekali beliau menarik nafas panjangnya, kemudian melepaskannya pelan-pelan. Seakan ingin membuang beban kehidupan yang menghimpit dadanya yang ceking itu dengan perlahan.

“Aku harap kamu tidak kecewa dengan keputusan bapak dan emak, tahun depan kalau ada rejeki kamu boleh melanjutkan sekolahmu” lanjut bapak agak ragu sambil memberikan harapan kepadaku yang masih terdiam di depannya.

“Tidak papa bapak aku tidak jadi melanjutkan ke SMP, toh di rumah bisa membantu bapak dan  emak di sawah, kalau tidak begitu aku mau jadi pangon sapi  di Ndoro Bandi, nanti kalau dapat bagian akan kupergunakan untuk biaya sekolah di tahun depan”

Bapak sebenarnya kurang setuju aku jadi pangon, walau sebenarnya pekerjaan pangon sudah kuakrabi sejak kecil. Menggembala sapi, menyabit rumput, membersihkan kandang sapi, ngguyang sapi di kali, dan pekerjaan-pekerjaan lain yang berkenaan dengan dunia seorang gembala.

Aku sangat mencintai dunia gembala, siang hari biasanya kami membawa sapi-sapi ke tepi hutan untuk merumput, di sana bersama gembala lain yang juga anak-anak sekampungku akan bersama menunggui sapi-sapi itu dengan berbagai kesibukan yang menyenangkan. Mulai dari mencari belalang, jamur, burung dan buah-buahan liar di hutan.

Menjelang senja berwarna jingga, kami akan menggiring sapi-sapi pulang ke kandang, kami kadang menaiki punggung sapi sambil berdendang riang dengan seruling yang mendayu memenuhi lembah dan sawah. Sebelum sampai rumah, sapi-sapi itu akan melepas lelah untuk minum dan mandi di kedung sungai yang jernih. Kami pun mandi bersama sapi-sapi itu.

Walau demikian, menjadi seorang pangon bukanlah pekerjaan yang enak, walau nanti sang pangon dapat paroan dari anak-anak sapi yang digembalakannya, biasanya satu tahun berlalu sapi baru akan punya seekor anak, dan itu menjadi haknya Ndoro, di tahun berikutnya jika sapi beranak lagi baru menjadi haknya pangon. Hampir selama dua tahun pangon bekerja keras siang dan malam pada seorang Ndoro tanpa dibayar. Baru di akhir tahun kedua pangon akan mendapatkan haknya, seekor Pedet. Setelah itu terserah sama pangon, ingin melanjutkan menjadi pangon atau memutuskan untuk keluar saja.

Bapak punya dua ekor sapi, sapi itu dipakai untuk mengerjakan ladang yang hanya beberapa petak saja. Akulah yang bertanggungjawab mengurusi sapi-sapi itu. Jika tidak pada masa menggarap ladang dan sawah, sapi itu aku gembalakan di padang rumput di tepi hutan, kalau tidak gitu, aku harus menyabit rumput untuk persediaan makanan sapi.

“Kamu tidak perlu menjadi pangon, kedua sapi itu saja kamu urusi. Carikan rumput atau bawa ke tepi hutan biar mencari rumput segar di sana. Nanti jika si babon beranak juga bisa kamu pakai untuk biaya sekolah” Kata bapak menjawab keinginanku untuk menjadi pangon.
***

Siang hari setelah dari sekolah biasanya aku pergi ke tepi hutan untuk menggembalakan sapi, kalau tidak begitu ya mencari rumput di tegalan, pada malam harinya kami anak-anak kampung pergi ke langgar untuk mengaji dan tidur di sana. Anak lelaki usia delapan hingga sepuluh tahun di kampungku pantang tidur di rumah, mereka biasanya akan tidur bersama-sama di langgar kampung.

Tapi kali ini beda, pagi hari aku sudah tidak sekolah, karena memang aku tidak melanjutkan ke SMP idaman di kota kecamatan. Aku jadi banyak waktu nganggur di rumah. Walau nanti siang dan malam hari aktivitasku tetaplah sama, bersama teman-teman menggembalakan sapi dan malam harinya mengaji di langgar.

Tiap pagi sekarang kesibukanku berubah, jika dulu setelah bangun pagi, mandi, sarapan pagi, kemudian pergi ke sekolah di SDN Sidotentrem II yang tidak begitu jauh dari rumah. Sekarang pagi hari aku harus mencari kesibukan baru, jika teman-temanku pergi mengayuh sepedanya ke kota kecamatan, sedang diriku pagi hari harus segera mencari rumput untuk si babon, agar si babon cepat gemuk dan segera bunting.


Bagaimanapun cita-citaku untuk bisa melanjutkan sekolah di SMP di kota kecamatan tidak boleh tertunda lagi. Aku ingin punya pengalaman baru, teman baru, harapan baru, dan aku ingin melihat mobil-mobil yang menderu di jalan raya di kota kecamatan.