Minggu, 10 Desember 2017

Titi Kala Mangsa di Bumi Tuban

Titi Kala Mangsa di Bumi  Tuban
Oleh : Joyo Juwoto

Saat perayaan hari jadi Kota Tuban yang ke 724 kemarin ada hal yang sangat menarik bagi saya, salah satunya adalah hadirnya presiden Jancukers Mbah Sujiwo Tejo. Kehadiran Mbah Sujiwo Tejo memang tidak direncakanan,sehingga kehadirannya menjadi kejutan bagi jama’ah maiyah Tuban. Saya sendiri juga tidak mengetahui kehadirannya, namun beberapa saat sebelum Cak Nun dan Kiai Kanjeng naik panggung, saya melihat foto Sujiwo Tejo dan Cak Nun yang dishare oleh Mbak Nining penyiar radio pradya suara.

Jika diperkenankan mengaku, saya memang termasuk jama’ah maiyah Cak Nun, walau saya tidak selalu hadir di pengajian Cak Nun. Paling-paling saya hadir di pengajian yang dekat dengan tempat tinggal saya saja, namun demikian saya sering membaca dan menyimak tulisan-tulisan Cak Nun dari buku yang ditulisnya maupun dari internet.

Sedang Sujiwo Tejo, saya juga mengidolakannya. Saya suka dengan quote-quotenya yang cetar membahana. Saya juga suka tulisan-tulisannya, begitu juga dengan lagu-lagunya. Menurut saya Sujiwo Tejo orangnya ini memang njancuki. Saya dulu sering menyimak foto-foto senja di time line twitternya.

Melihat kedatangan Presiden jancukers, akhirnya melalui siaran radio Pradya  suara, saya  ikut menyimak dari rumah acara maiyah yang diselenggarakan di alun-alun Tuban itu. Sebelum  kedatangan mbah Sujiwo Tejo ke Tuban, saya sudah suka dengan lagu dan lirik-lirik yang dibawakan oleh beliau, walau demikian dari sekian lagu yang baru saya hafal hanya lagu dengan judul “Titi Kala Mangsa”. Jika tak percaya, Anda bisa mencoba meminta saya menyanyikan lagu itu, bila sedang enak hati, tentu saya dengan senang hati akan bernyanyi untuk anda.

Lagu Titi Kala Mangsa sebagaimana lagu-lagu Mbah Sujiwo Tejo lainnya bercengkok Banyuwanginan dan bernuansa kejawen magis, dan yang pasti lagu ini dan lagu-lagu Sujiwo Tejo lainnya selalu menyimpan pralambang dan makna yang cukup dalam. Coba perhatikan liriknya :

“Titi Kala Mangsa”

“Wong takon, wosing dur angkara
antarane rika aku iki
sumebyar ron-ronaning kara
janji sabar, sabar sak wetara wektu
kala mangsane Nimas, titi kala mangsa
Titi Kala Mangsa

Pamujiku dibisa
sinudya korban djiwangga
pamungkase kang dur angkara
Titi Kala Mangsa

Agar kita memahami isi dan pesan yang terkandung di lirik lagu itu, tentunya kita harus tahu arti bait perbaitnya. Karena era jaman now, tidak semua orang mampu memahami lirik lagu Mbah Sujiwo Tejo yang memakai bahasa Jawa. Secara bebas arti dari lagu itu kira-kita demikian :

“Pada Suatu Ketika”

Orang-orang sama bertanya, kapan berakhirnya keangkara murkaan
Diantara engkau dan aku
daun-daun kara betebaran
Bersabarlah, bersabarlah untuk sementara waktu
Nanti suatu ketika dinda, pada suatu ketika

Doaku semoga
korban jiwa raga berkurang
akhir dari keangkara murkaan
adalah pada suatu ketika”

Dari lagu itu, mungkin tidak secara gamblang kita memahami makna yang terkandung di bait-bait liriknya, karena memang Mbah Sujiwo Tejo gemar berteka-teki dengan lirik lagunya. Tapi setidaknya lagu ini mengisyaratkan bahwa keangkara murkaan akan selalu ada di setiap zaman dan waktu. Semua itu adalah keniscayaan kehidupan, tetapi Mbah Sujiwo Tejo juga berharap dalam doaya agar korban dari keangkara murkaan itu berkurang, karena akhir dari keangkara murkaan adalah titi kala mangsa itu sendiri, atau pada suatu ketika yag tidak pernah selesai.

 Jika keangkara murkaan tidak pernah selesai, atau akan selalu ada di setiap titi kala mangsa, maka jawabannya hanyalah apakah kita yang ikut mengusahakan dan mendoakan agar korban-korban dari nafsu angkara murka tidak banyak berjatuhan, ataukah justru kita menjadi  sumber dari keangkara murkaan itu sendiri, tentu jawabannya kita telah maklum semua. Salam Rahayu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar