Jumat, 10 November 2017

Ziarah Ke Maqam Wali Janjang

Ziarah Ke Maqam Wali  Janjang
Oleh : Joyo Juwoto

Maqam Wali Janjang memang tidak setenar maqam wali-wali lain di tanah Jawa seperti maqam Sunan Bonang, Sunan Ampel, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga dan sunan-sunan lainnya yang jamak disebut oleh masyarakat sebagai Wali Songo. Walau demikian bukan berarti maqam wali janjang sepi pengunjung. Ada saja masyarakat yang datang dan berziarah di maqam yang berada di desa Janjang kecamatan Jiken Kabupaten Blora itu.

Konon Maqam Wali Janjang adalah maqam dua orang bersaudara keturunan dari keraton Jipang Panolan. Mereka adalah Pangeran Jati Kusuma dan Pangeran Jati Swara. Mereka berdua sampai di perbukitan Janjang kemudian menetap di sana hingga meninggal dunia. Maqam Janjang dianggap sebagai cikal bakal dan pepunden desa Janjang yang sekarang.

Saya kemarin (7/11/2017) berkesempatan berziarah untuk yang kedua kalinya ke maqam Janjang bersama beberapa orang teman. Ada Kamituo Kedungmulyo, Juru Kunci Maqam Keramat Dopyak, Pak Dhe Masyhari, ada calon Carik Sidokumpul, dan ikut serta dalam rombongan Mas Adi pemangku masjid Banaran Sidotentrem.

Jika di ziarah yang pertama saya tidak ketemu juru kunci maqam, untuk kunjungan saya yang kedua ini cukup istimewa, kami berlima berkesempatan masuk ke maqam Mbah Janjang. Walau harus menunggu lengsernya matahari senja, kami merasa gembira karena Pak Dhe Masyhari mengabarkan bahwa pak Inggi sebagai pemangku maqam Janjang siap datang dan membuka maqam.

Setelah hari hampir gelap, Pak Inggi datang, dengan ramah beliau mempersilakan kami menunaikan apa yang menjadi maksud kedatangan kami ke Janjang. Beliau pun membuka gembok maqam dan kami pun masuk untuk berziarah dan bertahlil di dalam maqam.


Setelah selesai bertahlil,kami pun duduk-duduk di beranda maqam sambil ngobrol-ngobrol sama Pak Inggi. Menurut Pak Ngasi, Kepala desa Janjang yang menjabat sekarang (2017) Mbah Janjang adalah seorang suci yang pada masa hidupnya suka menolong orang lain, banyak karomah yang dimiliki oleh Mbah Janjang, baik semasa hidupnya ataupun sesudah beliau berdua meninggal dunia.

Yang pasti hingga hari ini banyak orang-orang yang berziarah dan berwasilah dengan Mbah janjang. Masalah tujuan dan hasilnya kita serahkan kepada orangnya masing-masing, sebagai pemangku maqam saya hanya memfasilitasi keperluan peziarah saja. Ujar Pak Inggi Janjang.

Lebih lanjut pak Inggi juga mengatakan bahwa siapapun boleh berziarah di maqam Janjang, tidak peduli apapun agamanya, asal jangan saat pasaran legi dan wage. Karena itu sudah menjadi pantangan sejak mbah-mbah dulu, kata Pak Ngasi.
  

2 komentar:

  1. Mantab. Lihatlah sejarah supaya kita tahu siapa kita. Supaya ndak jumawa dan supaya ndak tergelincir. Lak nggeh ngoten tho, Mbah?

    BalasHapus
  2. Cerita sejarah jaman dahulu saya sangat suka sekali.. Mantap mbah, di bookmark rumiyin..

    BalasHapus