Jumat, 14 Juli 2017

Besok Di Sini Akan Berdiri Pondok Besar!

Besok Di Sini Akan Berdiri Pondok Besar!
Oleh : Joyo Juwoto

KH. Misbah Zainil Mustafa Bangilan atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Bah, adalah seorang ulama yang alim, wira’i dan seorang Kiai yang insya Allah ma’rifatullah. Banyak kitab-kitab yang ditulis dan diterjemahkan oleh beliau ini, bahkan Mbah Bah juga menulis tafsir Al Qur’an 30 juz yang diberi nama kitab Al Iklil Fi Ma’ani at Tanzil. Di Bangilan sendiri tidak banyak ulama yang seperti beliau.

Dahulu saat Mbah Misbah menerjemahkan kitab-kitab klasik para ulama beliau dibantu oleh seorang santri lulusan Gontor, namanya Moehaimin Tamam. Selain menerjemahkan kitab tentu anak muda yang baru saja lulus dari pesantren di Ponorogo ini juga digunakan untuk nyantri dan menyerap ilmu dari Kiai Mbah Misbah. Sehingga tidak aneh jika suatu saat kelak, santri ini juga punya keinginan mendirikan pondok pesantren, sebagaimana Mbah Misbah juga mendirikan pondok sebagai media dakwah di tengah masyarakat.

Sebagai seorang yang alim dan arif billah tidak mengherankan jika dakwahnya Mbah Misbah di Bangilan khususnya di wilayah Karang Tengah Bangilan meninggalkan atsar pagi masyarakat. Hal ini terbukti bahwa ditempat mbah Misbah mendirikan pesantren, dulunya tempat itu masyarakatnya awam agama, dan jauh dari cahaya Islam. Seiring dengan perjalanan waktu, dengan penuh kesabaran, keihklasan dan keistiqamahan berdakwah, maka tempat yang dulunya belum mengenal Islam itu lama kelamaan diterangi dengan diinullah yaitu agama Islam.

Oleh karena itu jalan di sekitar pondoknya Mbah Bah disebut sebagai jalan Soponyono, karena siapa mengira tempat yang awalnya adalah tempat masyarakat awam agama, sekarang menjadi tempat yang dihuni oleh masyarakat santri, yang esok, siang, dan malam hari sibuk mengaji dan menderas kitab suci. Oleh karena itu jalan di dekat pondoknya mbah Misbah oleh masyarakat di sebut sebagai jalan Soponyono (Siapa menyangka).

Jika seorang hamba Allah telah diterangi cahaya Ilahi, maka nur ma’rifat ini yang akan menuntunnya dalam melangkah memperjuangkan agama Allah Swt, terbukti dengan kiprah mbah Kiai Misbah di Bangilan yag berhasil menyalakan obor hidayah di tengah gelap gulitanya masyarakat di mana beliau berdakwah.

Diantara tanda dari arif billahnya Mbah Misbah adalah sebuah dawuh ketika beliau ini sedang perjalanan Dan sampai di Jalan raya selatan Makam Kaji yang ada di dusun Punggur Desa Banjarworo Bangilan. Saat itu mbah Misbah bilang kepada santri yang nderekke beliau :

“Ngger! besok ning tanah kuwi bakal ngadek pondok pesantren sing gedhe!”
Dawuh mbah Misbah sambil mengarahkan jari telunjukknya ke arah lembah persawahan yang ada di selatan makam Kaji.

Santri yang nderekke mbah Misbah pun menyahut, “Nopo mboten teng tanah meniko, Yai?

Tanya santri kepada mbah Bah, sambil menunjukkan satu tanah yang agak  tinggi di sebelah timurnya lembah persawahan yang ditunjuk oleh Mbah Misbah.
Mbah Misbah hanya menjawab : “Ora...ora, sing siseh kono!”

Dawuhnya Mbah Bah ini diucapkan berkenaan dengan santri beliau yang membantu menerjemahkan kitab. Ya seorang santri yang saya ceritakan di awal tadi. Moehaimin Tamam bukanlah anak Kiai, beliau adalah putra Pak Badrut Tamam, seorang pedagang sukses di Bangilan. Hanya saja Pak Badrut Tamam ini sangat cinta dan hormat kepada Kiai. Hormat dan takdzimnya Pak Badrut Tamam inilah yang mungkin menjadi salah satu sebab anaknya kelak menjadi seorang Kiai dan akhirnya mendirikan pondok pesantren yang dikenal dengan nama Ponpes ASSALAM Bangilan Tuban.

Santri dari Gontor yang saya ceritakan tadi, yang juga Kiai saya, yaitu KH. Abd. Moehaimin Tamam, sebelum mendirikan pondok di Punggur, telah mendirikan Pondok Pesantren di Weden, kemudian pindah ke Bangilan. Dari Bangilan inilah pondok pesantren ASSALAM yang didirikan oleh KH. Abd. Moehaimin Tamam akhirnya melebarkan sayapnya mendirikan pondok pesantren ASSALAM putra, tepat di lokasi yang ditunjuk oleh jari ma’rifatullahnya Mbah Yai Misbah Zainil Mustofa. Wallahu a’lamu bis Showab.



3 komentar:

  1. Mantap mbah joyo, memang sudah terbukti dari pelosok ujung kota sudah banyak yang nyantri disana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Matur suwun, lan pandunganipun selalu mas Andhika...

      Hapus