Minggu, 14 Mei 2017

Taman Bunga Naila

Taman Bunga Naila
Oleh : Joyo Juwoto

Gemerlap embun yang menempel di pucuk-pucuk daun, ilalang  dan rumput yang hijau tampak berkemilau, butiran kecil mutiara itu berseri indah di bawah terpacaan cahaya matahari yang cerah di pagi hari. Suara burung emprit bercericit  di dahan pohon Jeruk di pojok rumah Naila dan Nafa. Tampaknya burung itu sedang menyambut pagi yang baru saja terbit dari ufuk timur. Cahaya kemerahan masih tampak menyelimuti kaki-kaki langit di balik bukit.

Di sebuah taman kecil, bunga-bunga kertas bermekaran merah menawan, kupu-kupu beterbangan hinggap di kanvas kelopak bunga yang menggoda hewan-hewan cantik, yang membantunya dalam proses penyerbukan. Kedua makhluk Tuhan itu saling bekerja sama membangun harmoni semesta, dalam rantai simbiosis mutualisme yang sempurna.

Naila baru saja menyelesaikan Shubuhnya, ia segera merapikan mukena pink yang dipakainya. Kemudian Naila menengok kamar adiknya, Nafa masih meringkuk dalam kehangatan selimut dan dalam pelukan guling kesukaannya.

“Fa...Fa...! ayo bangun ! hari telah siang” suara Naila pelan membangunkan adiknya yang masih terbawa mimpi. Sesekali tangan Naila menggoyang-goyangkan kaki Nafa yang masih pulas.

Merasa ada yang mengusik tidurnya, Nafa menggeliat, menggerakkan tubuhnya ke kanan, ke kiri, kemudian dengan perlahan kedua bola mata Nafa pun terbuka.

“Ada apa, Mbak ? aku masih ngantuk” ucap Nafa sambil mengucek-ucek kedua matanya dengan  tangan yang mungil.

“Ayo Fa, bangun. Lihat itu di halaman taman bunga kita bermekaran” Bunga yang kau tanam bulan lalu juga sudah mekar” Kata Naila menyemangati adiknya agar segera bangun.

“Benarkah ! Ayo mbak” Nafa segera bangun dan bergegas keluar kamar menuju samping halaman rumah mereka, yang di tanami bunga-bunga kertas.

“Wow...indahnya ! Merah merona ! Saya suka, saya suka” teriak Nafa kegirangan melihat bunga-bunga kertas itu bermekaran.

“Iya indah sekali bunga kertas itu, Fa, biar tetap segar dan tidak layu, ayo kita siram bunganya” Ajak Naila sambil mengambil bak kecil di dekat kran air. Kemudian Naila pun menyalakan kran itu, menunggu air memenuhi bak.
“Sini mbak, saya bantu menyiramnya”

Kedua gadis kecil itu pun menyiram bunga-bunga yang tumbuh subur di pekarangan rumah mereka.

Di bawah lentera pagi yang hangat, udara yang sejuk merasuk dada, diantara rumput-rumput hijau serta dalam lanskap merah bunga-bunga kertas, keindahan alam sungguh mempesona. Harmoni alam semesta lestari alam raya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar