Rabu, 22 Februari 2017

Sendang Nganget Petirtaan Zaman Majapahit

Sendang Nganget Petirtaan Zaman Majapahit
Oleh : Joyojuwoto

Sesuai dengan namanya sendang Nganget adalah sebuah sendang yang airnya anget (hangat), sendang ini berada di lereng sisi barat gunung Lodito, sebuah gunung purba yang telah mati dan hanya menyisakan bukit yang tidak terlalu tinggi. Sendang Nganget letaknya ini secara geografis berada di perbatasan tiga desa, yaitu desa Kedungjambangan Kec. Bangilan, desa Sidotentrem Bangilan dan desa Sidorejo Kec. Kenduruan.

Sendang Nganget yang berada di lereng gunung Lodito ada dua tempat, satunya yang sendang Nganget Wedok, dan yang kedua bernama sendang Nganget Lanang. Nganget Wedok ini yang sering dijadikan jujugan warga untuk berobat, sedang Nganget Lanang berada di sisi barat sekitar 500 meter dari Nganget Wedok. Nganget Lanang tidak ada sendangnya, hanya berupa belik-an kecil yang ada pancurannya. Oleh karena itu oleh warga disebut sebagai Nganget Lanang.

Sendang Nganget ini dipercaya oleh masyarakat bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit, tidak hanya sekedar penyakit ringan seperti gatal-gatal, panu, kadas, dan kurap saja, namun juga penyakit berat seperti stroke pun bisa sembuh jika mau berobat di sendang ini. Begitu kepercayaan dari masyarakat.

Warga dari wilayah Kab. Jawa Tengah yang banyak datang untuk berobat, karena menurut kepercayaan warga, sendang Nganget memang sangat cocok dengan warga dari wilayah baratnya Nganget. Entah hal ini kebetulan atau karena faktor apa, yang jelas begitulah kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat.

“Orang yang berobat di sini kebanyakan dari Jawa Tengah, banyak yang jodo dan sembuh setelah berendam di sini” ujar salah seorang pengunjung.

Walau demikian bukan berarti masyarakat yang tinggal di sebelah timurnya Nganget tidak ada yang datang. Masyarakat sekitar pun sangat antusias dengan pemandian yang ada di hutan KPH Jatirogo ini. Mulai dari sekedar keperluan mandi berendam di airnya yang hangat, dan juga tempat ini digunakan sebagai wisata lokal.

Selain itu sendang Nganget juga biasa dipakai untuk bumi perkemahan (buper), lokasinya di sebelah baratnya Nganget Wedok. Lokasi Buper di Nganget ini tidak terlalu luas, sehingga cocok dipakai untuk kegiatan kemah Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) atau kemah-kemah lain yang pesertanya tidak terlalu banyak.

Selain tempatnya yang nyaman dan asri, di lokasi Nganget ini juga telah dilengkapi sarana MCK sehingga pengunjung atau peserta perkemahan bisa lebih nyaman ketika berkemah dan berwisata di tempat ini.

Menurut foklore masyarakat setempat, sendang Nganget berhubungan erat dengan legenda pertarungan Resi Blacak Ngilo melawan Sunan Bonang. Sebaimana cerita-cerita legenda selalu ada kejadian yang kadang tidak masuk di akal, termasuk munculnya cerita sumber air Nganget dari bekas tancapan tongkatnya Sunan Bonang yang akhirnya menjadi sebuah sendang ini.

Terlepas dari legenda di atas, Sendang Nganget memang punya cerita sejarah yang buram, tidak ada satu pun sumber tertulis atau prasasti yang ditemukan mengenai tempat ini. Menurut perkiraan penulis, sendang Nganget dulunya kemungkinan adalah sebuah petirtaan di zaman Majapahit. Hal ini diketahui dari peninggalan pondasi bangunan dan batu bata merah yang identik dengan batu bata era kerajaan Majapahit.

Batu bata kuno di bekas bangunan di Nganget tidak sama dengan batu bata yang sekarang, ukurannya lebih besar dan lebih tebal. Saya pernah melihat jenis batu bata ini sama persis dengan model batu bata di petilasanya Empu Supa di Kayangan Api yang berada di Kec. Ngasem Kab. Bojonegoro. Dari sinilah saya berasumsi sendang Nganget telah ada sejak zaman Majapahit. Kemungkinan dulunya adalah sebuah petirtaan.

Bekas sisa bangunan kuno itu sekarang masih ada, tepatnya berada di sisi selatan dari lokasi perkemahan, atau di sebelah baratnya mushola yang dibangun oleh Mbah Kasrah, ada gundukan tanah yang agak tinggi yang dikeramatkan oleh warga.

“Pak, nanti siswa-siswinya jangan boleh bermain-main di tanah gundukan itu ya ! itu sisa bangunan kuno, tidak apa-apa, cuma jaga-jaga saja agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.” Kata salah seorang penjaga pemandian saat kemarin saya bersama beberapa asatidz mengantarkan siswa-siswi KMI ASSALAM Bangilan Tuban untuk berkemah di sana.

Selain gundukan tanah sisa bangunan kuno, ada lagi tempat yang juga dianggap keramat. Tepatnya di sisi timur dari bangunan warung yang dibangun oleh warga.

“Di sisi timur, di lereng gunung Lodito di belakang warung itu ada lokasi yang juga keramat, di situ ada ular ghaibnya” Kata ustadz Marwan yang kemarin ikut memberikan pembekalan kepada para peserta kemah.

Kepercayaan dan kearifan lokal masyarakat di sekitar lokasi Nganget perlu kita hormati, walau semua tetaplah kembali kepada kekuasaan Tuhan. Yang pasti di manapun bumi kita pijak, di situ langit harus kita junjung bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar