Senin, 06 Februari 2017

Pram Berulang Tahun, Google Pasang Doodle

Pram Berulang Tahun, Google Pasang Doodle
Oleh : Joyojuwoto


Hari ini tanggal  6 Februari adalah hari istimewa bagi penulis dan sastrawan ternama Pramoedya Ananta Toer. Walau di dalam negeri, pemerintah sendiri kurang memberikan apresiasi dan penghargaan yang positif terhadap karya-karya Pram, namun dunia luar sangat mengagumi pria kelahiran dari Blora ini. Ada banyak karya Pram yang diterbitkan dan diterjemahkan ke dalam bahasa asing.

Jika kita membuka mesin pencari google hari ini, akan tampak gambar ilustrasi seorang lelaki tua, berambut putih dan berkaca mata. Di depannya terdapat sebuah mesin ketik manual. Ilustrasi gambar tersebut adalah salah satu bentuk perayaan ulang tahun google atas kelahiran Pram di tahun 1925 silam. 

Google menampilkan doogle Pram hari ini adalah sesuatu yang luar biasa. Walau telah meninggal dunia sejak sepuluh tahun silam, jejak Pram masih tampak, bahkan gaungnya semakin nyaring saja, tidak hanya di kalangan para pembaca karya-karya Pram, namun masyarakat semakin banyak yang peduli dan menggali ide-ide Pram di dalam tulisan-tulisannya.

Mungkin salah satu faktor yang mendasarinya adalah banyaknya Pramisme di google, sehingga perusahaan mesin pencari ini memberikan penghargaan dengan menampilkan ilustrasi Pram di halaman depannya. Saya kira bukanlah hal yang berlebihan jika sosok Pram menjadi google doogle, karena penulis yang mengakrabi penjara di sebagian besar hidupnya ini memang memiliki karya yang banyak dan menginspirasi kaum muda dari dulu hingga sekarang.

Sayang seorang anak bangsa  dengan karya yang sangat berbobot dan produktif ini kehilangan jejaknya di tanah kelahirannya sendiri, di tanah tumpah darahnya sendiri. Di tanah yang ia cintai dengan sepenuh hati. Semenjak zaman kolonial Belanda hingga masa kemerdekaan, Pram sudah berurusan dengan ruangan yang berjeruji besi.

Tulisan-tulisan Pram yang tajam menyengat terhadap ketidakadilan dan kesewenang-wenangan menjadikannya dimusuhi kaum penjajah Belanda. Tidak hanya itu saja, di zaman Orla pun Pram tak kunjung jera, dia tetap menulis dengan tema-tema kritik sosial sehingga menjadikannya bermusuhan dengan penguasa saat itu. Bagai anak bengal Pram terus berulah, di zaman Orba Pram tetap menulis dengan tajam. Penanya bagai pedang seorang ksatria yang menerjang dan membabat apa saja yang berbau ketidakadilan dan kemanusiaan. Hampir selama 10 tahun pram di bui di Pulau Buru oleh Orde Baru dengan tuduhan sebagai golongan kiri alias komunis.

Bagi Pram penjara hanyalah tempat yang hanya mampu membelunggu fisiknya saja, tidak dengan jiwanya. Pram tetap bebas dan terus menulis dari balik penjara. Karyanya yang monumental “Tetralogi Pulau Buru” lahir dan dibesarkan saat ia di penjara di Pulau Buru Maluku. Karya-karya Pram dari penjara ini bersuara lebih keras lagi kepada publik di dalam dan luar negeri.

Bagi Pram, menulis bukanlah sekedar bermain retorika bahasa dan bukan hanya sekedar bermain-main di keindahan kebun kata. Sastra haruslah mencerminkan realitas sosial yang ada. Oleh karena itu Pram sangat keras menyuarakan pembelaannya terhadap humanisme sosial. Dan Pram adalah seorang keras kepala yang layak dipilih sejarah sebagai orang yang memegang teguh kredo sastra sebagai realisme sosial.

Di akhir tulisan ini, saya mengucapkan selamat berulang hari lahir kembali kagem beliau, semoga Pramoedya Ananta Toer mengabadi bersama kebaikan karya-karyanya, dan semoga beliau di tempatkan di tempat yang layak di sisi-Nya. Aamiin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar